Sepintas Kisah Nabi Syits (Set)
Menurut kisah Islam, setelah kematian Habil, Adam sangatlah marah kepada Qabil. Kemudian Adam memiliki anak kembar kembali bernama Syits dan 'Azura. Syits memiliki arti "hadiah", karena Allah telah memberikan hadiah kepada Adam berupa seorang anak soleh, setelah kematian anaknya yang bernama Habil. Syits selain sebagai anak yang berbakti, ia diyakini sebagai seorang nabi dan rasulallah. Sebagai seorang nabi, Syits menerima perintah-perintah dari Allah yang ditulis dalam 50 suhuf/sahifah.(Hadits Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Abu Dzar al-Ghifari dikutip dalam Tarikh Thabari, Jilid 1, hal. 152)
Nabi Syits bin Adam selanjutnya adalah orang yang dipercaya memegang
risalah kenabian setelah Nabi Adam wafat. Sebagai seorang Nabi, Syits
menerima lembaran-lembaran wahyu dari Allah Ta’ala. Diriwayatkan dari
Abu Dzar Al-Ghifari, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam,
“sesungguhnya Allah menurunkan seratus empat puluh shahifah, dan kepada
Syits sebanyak 50 shahifah.” [Tarikh Ath-Thabari 1/152].
Nabi Syits adalah saudara Habil dan Qabil, beliau dilahirkan setelah
peristiwa kematian Habil karena kejahatan saudaranya, Qabil. Nabi Syits
terpilih karena faktor kecerdasannya, ketakwaannya, kezuhudannya dan
kepatuhannya, sifat-sifatnya yang mulia inilah yang membuatnya lebih
unggul dibandingkan anak-anak Nabi Adam yang lainnya. Dikatakan bahwa
usia beliau mencapai 920 tahun. Ketika ajalnya datang dia berwasiat
kepada anaknya, Anusy, maka dia melaksanakan perintah Allah. Kemudian
setelahnya adalah anaknya, Qanin. Kemudian anaknya, Mahla’il, dialah
orang yang diklaim merupakan moyang bangsa Persia. Dia menguasai tujuh
daerah, dia juga merupakan orang pertama yang menebang pohon, membangun
kota dan benteng besar. Dia yang membangun kota Babilonia dan kota Sus
Al-Aqsha, dikatakan bahwa dia mengalahkan iblis dan bala tentaranya lalu
mengusir mereka dari bumi. Ketika dia meninggal, tampuk kepemimpinan
diwariskan oleh anaknya, Yard. Ketika Yard wafat, dia berwasiat kepada
anaknya, Khanukh. Khanukh inilah yang kita kenal dengan nama Idris
Alaihissalam menurut pendapat yang masyhur.
Allahu a’lamu bishawab.
Nabi Syits tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an dan riwayat-riwayat
yang menjelaskan mengenai beliau terutama bersumber dari ahli kitab
Yahudi dan Nashrani atau riwayat Israiliyat yang tidak bisa dipastikan
keshahihannya. Ada pula riwayat dari tanah Jawa yang menyebutkan bahwa
beliau adalah putra Nabi Adam yang setelah ayahnya wafat, maka beliau
mengembara dan tiba di suatu daerah, lalu beliau menetap disitu kemudian
beranak pinak dan keturunan dari beliau inilah yang kemudian menjadi
leluhur raja-raja di tanah Jawa. Terhadap kisah gharib yang tak ada
asal-usulnya ini, cukuplah kita katakan, Allah-lah yang Maha Mengetahui
hal-hal yang ghaib. (silahkan baca disini: https://id.wikipedia.org/wiki/Set#cite_note-7)
Post a Comment