Mengapa Membaca Tahmid, Tahlil dan Takbir Masing-masing 33 kali?

Bismillaahirrohmaanirrohiim... Sesungguhnya saya tak lebih dari hamba Allah yang dho'if lagi faqir, serta rentan terhadap khilaf maupun salah.Aku tidak berniat menggurui atau menasehati. Siapalah diri ini untuk menasehati orang lain, sebab diri ini pun jauh dari kata sempurna. Jangan bercanda, tidak ada manusia yang sempurna dimuka bumi yang maha luas ini, yang ada hanya mereka yang mencoba untuk lebih baik.

Mengapa membaca dzikir Tahmid, Tahlil dan Takbir masing-masing 33 kali? h a y o mengapa a n t u m tahu nggak???

Dalam hadits yang berisi tata cara berzikir setelah shalat, Rasulullah Saw. hanya menganjurkan kita untuk membaca tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing 33 kali. Beliau tidak menerangkan apa rahasia di balik bilangan itu, mengapa harus 33 kali?

Bagi orang yang rajin beribadah dan menginsafi besarnya manfaat zikir, jumlah itu sangat sedikit, ragam bacaannya pun juga kurang variatif. Coba Anda perhatikan zikir-zikir khusus dalam tarekat-tarekat sufi, jauh lebih banyak dan lebih beragam daripada zikir setelah salat wajib. 

Tarekat N i k m a t u l l a h misalnya, pendiri t h o r e k a t ini menganjurkan pengikutnya untuk mewiridkan kalimat tahlil 100 kali, lalu kalimat La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazh zhalimin (Tiada tuhan selain Engkau Yang Maha Terpuji, sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim) 110 kali.

Ini masih belum termasuk bacaan lain yang agak panjang. Sebaliknya, bagi pemalas yang tidak menyadari faedah zikir, jumlah 33 adalah rasanya terlalu banyak. Jangankan untuk berzikir sebanyak itu, tidak langsung berdoa setelah salat saja sudah prestasi luar biasa. Jadi, jumlah 33 ini sangat relatif, tergantung sejauh mana seseorang menyadari manfaat berzikir.

Karena Rasulullah Saw. tidak menerangkan rahasia di balik angka itu, para ulama kemudian berusaha mengungkap maknanya. Ada yang menyatakan bahwa jumlah bacaan zikir sejatinya melambangkan A s m a’ A l H u s n a. Jika bacaan t a s b i h, t a h m i d, dan t a k b i r yang berjumlah 33 dijumlahkan, maka hasilnya adalah 99, sama persis dengan banyaknya nama-nama Indah Tuhan seperti yang tertuang dalam Al Quran dan as Sunnah.


“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya,” (QS Al-A’raf [7]: 180).
“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama. Orang yang memeliharanya pasti masuk surga. Sungguh, Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil,” (HR Bukhari-Muslim)

Untuk membenarkan pendapat ini, ia mengumpulkan semua argumentasi yang mendukung dan sesuai. Seperti :

1. Angka 33 dan 99 adalah angka ganjil (ganjil di sini adalah antonim kata genap, bukan ganjil dalam arti aneh). Allah Yang Maha esa adalah 1 (baca : ganjil) dan menyukai bilangan yang ganjil. Jadi, jumlah ini hakikatnya adalah bukti kecintaan-Nya terhadap jumlah yang ganjil, sesuai dengan jumlahNya. Oleh sebab ini jugalah, sebagian besar masalah yang berhubungan dengan agama berjumlah ganjil. Misalnya, rukun Islam (5), jumlah shalat wajib (5), jumlah semua rakaat shalat wajib (17), jumlah nabi dan rasul yang wajib diketahui (25), dsb.

2. Semua makhluk Allah yang ada di langit dan di bumi senantiasa bertasbih mengagungkan-Nya dengan cara masing-masing sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih memuji-Nya, tetapi kamu semua tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun,” (QS Al-Isra’ 17: 44).

Bilangan adalah satu di antara sekian banyak makhluk Tuhan yang pasti juga bertasbih memuji-Nya. Jadi tidak menutup kemungkinan cara bilangan itu bertasbih adalah menyesuaikan diri dengan jumlah nama-nama indah Tuhan.

3. Banyak fenomena alam yang mengukuhkan angka 99. Salah satu contohnya adalah garis telapak tangan manusia. Kalau diamati secara saksama, garis tangan kanan membentuk angka 18 dalam tradisi Arab, sementara garis tangan kiri membentuk angka 81. Jika kedua angka ini ditambahkan, maka hasilnya adalah 99 sesuai dengan "A s m a’ A l H u s n a". lihat gambar dibawah ini.

Allah Swt. pasti mendesain setiap detail dari tubuh manusia sesuai dengan keagunganNya. Sebab, dalam hadits yang populer di kalangan sufi diriwayatkan Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam sesuai dengan citra-Nya.”

Penciptaan yang sesuai dengan citra Ilahi ini membuat setiap inci unsur fisiologis manusia sejatinya memiliki rahasia yang bertalian dengan kemuliaan-Nya. Sayangnya, sampai saat ini tidak banyak manusia yang berhasil menyingkap rahasia itu dengan baik. Mungkin seiring dengan pergantian waktu, kita akan menemukan bagian-bagian tubuh lainnya yang secara jelas melambangkan kesucianNya.

Sepintas, semua argumentasi ini tampak logis dan rasional. Tapi secara pribadi saya tidak sependapat karena semuanya sarat dengan kelemahan. Kalau dikatakan bahwa akumulasi jumlah bacaan zikir itu adalah 99 dan sesuai dengan jumlah "A s m a' A l H u s n a", itu benar, tapi ingat bahwa nama-nama Allah tidak terbatas 99. Sudah banyak pakar teologi yang menemukan dalam Al Quran terdapat lebih dari 99 nama yang mengacu pada Tuhan. Lantas bagaimana dengan hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim di atas?

Saya lebih memaknainya sebagai lambang kesempurnaan Tuhan, bukan sebagai jumlah nama-namaNya. Karena dalam tradisi manusia, angka 9 merupakan angka tertinggi yang sering dilambangkan sebagai omega. Bilangan 99 menunjukkan bahwa Tuhan memiliki kesempurnaan ganda, kesempurnaan yang tak mungkin disetarai oleh siapa pun. Dalam bahasa sehari-hari kita menyebutnya dengan "M a h a". Kalau begitu, mengapa hanya 99, cukupkah jumlah itu untuk mewakili kesempurnaanNya.

Wallahu alam bishowab

--------------------------------
Dinukil : dari Mukjizat Zikir Setelah Salat, karya Luqman Junaedi, Hikmah Mizan

Tidak ada komentar