AM. Waskito : Bangsa Ini Berhutang Besar Kepada Islam
Bismillahirrahmaanirrahiim,,,.
Selama ini masih banyak masyarakat Indonesia yang membenci jika Syari’at Islam diberlakukan di Indonesia. Kalangan seperti itu misalnya politisi sekuler, tokoh-tokoh NU, kalangan TNI, Polri, tokoh-tokoh akademisi, media-media massa sekuler, aktivis LSM, misionaris gereja, kaum seniman, dll. Di mata mereka, Syari’at Islam akan berdampak menghancurkan NKRI. Tetapi pada saat yang sama, setelah merdeka 65 tahun kondisi NKRI justru sangat terpuruk. Sementara faktanya, bangsa ini tidak pernah sebentar pun melaksanakan Syari’at Islam.
Selama ini masih banyak masyarakat Indonesia yang membenci jika Syari’at Islam diberlakukan di Indonesia. Kalangan seperti itu misalnya politisi sekuler, tokoh-tokoh NU, kalangan TNI, Polri, tokoh-tokoh akademisi, media-media massa sekuler, aktivis LSM, misionaris gereja, kaum seniman, dll. Di mata mereka, Syari’at Islam akan berdampak menghancurkan NKRI. Tetapi pada saat yang sama, setelah merdeka 65 tahun kondisi NKRI justru sangat terpuruk. Sementara faktanya, bangsa ini tidak pernah sebentar pun melaksanakan Syari’at Islam.
Bangsa Ini Berhutang Besar Kepada ISLAM
Saat diatur paham nasionalis-sekuler, keadaan NKRI ancur-ancuran seperti saat ini. Di sisi lain Syari’at Islam dibenci setengah mati, padahal bangsa ini tak pernah sehari pun melaksanakan sistem Syari’at Islam, sejak merdeka. Sesuatu yang belum pernah dilaksanakan dibenci mati-matian, sedangkan sesuatu yang justru sudah gagal selama 65 tahun terus dipuja-puja. Aneh sekali memang. Syari’at Islam tidak boleh dituduh sedikit pun, karena memang belum pernah diterapkan di Indonesia.
Di jaman sebelum NKRI, kerajaan-kerajaan di Nusantara sudah melaksanakan Syari’at Islam. Terbukti, hidup mereka baik-baik saja. Tidak pernah terdengar di masa itu ada isu kelaparan, kemiskinan, tragedi kemanusiaan, wabah penyakit, bencana alam mengerikan, dll. Bahkan di masa itu, kaum Muslimin beberapa kali berhasil mengusir penjajah. Hanya karena kelicikan penjajah dan keserakahan bangsawan-bangsawan pemuja syahwat, akhirnya bangsa ini terjajah kaum kolonial. Menurut catatan sejarah, Amangkurat I, putra Sultan Agung di Mataram Yogya, pernah mengumpulkan 5000-6000 ulama atau ustadz dari seluruh Jawa, lalu dia bantai orang-orang shalih itu seluruhnya. Itu pun kalau Mataram dianggap sebagai kerajaan Islam, padahal kemusyrikan di dalamnya pekat sekali.
Sejujurnya, banyak sekali jasa-jasa Syari’at Islam bagi bangsa Indonesia. Banyak sekali jasa Syari’at Islam bagi keutuhan NKRI. Hanya saja, semua itu tidak tampak di mata orang-orang bodoh. Mereka tahunya hanya membenci, membenci, dan membenci Syari’at Islam, sambil tidak tahu malu sehari-hari merasakan pertolongan Syari’at Islam. Mereka membenci sesuatu yang bermanfaat melindungi, menyelamatkan, memberi sejahtera, dan kehidupan baginya.
Jasa Syari’at Islam sangat besar bagi bangsa ini. Adapun bagi tokoh-tokoh seperti Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, Ulil Abshar, Azyumardi Azra, Dawam Rahardjo, Musdah Mulia, Syafi’i Ma’arif, dan sejenisnya; demi Allah jasa-jasa mereka terhadap bangsa ini tidak ada seujung rambut pun dibandingkan jasa-jasa Syari’at Islam. Bahkan Syari’at Islam telah “menghidupi” orang-orang tersebut. Tanpa Islam, mereka tak ada harganya di mata manusia.
Berikut ini sebagian jasa-jasa Syari’at Islam bagi kehidupan bangsa Indonesia :
(1) ISLAM MENYATUKAN BANGSA INDONESIA
Ini adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Dalam tubuh bangsa ini terdapat sangat banyak etnis dan berbeda-beda bahasanya. Demi Allah, bukan Pancasila atau Sumpah Pemuda yang menyatukan bangsa ini, tetapi Islam lah penyatunya. Andaikan di negeri ini bukan mayoritas Islam, NKRI tak akan pernah terbentuk selamanya. Lihatlah bangsa-bangsa di Eropa, Afrika, atau Asia yang bukan mayoritas Muslim! Mereka berpecah-belah dalam negeri-negeri kecil, meskipun sama-sama Nashrani, meskipun sama-sama Hindu, Budha, atau penganut Taoisme. Islam membuat bangsa ini bisa disatukan. Padahal perbedaan etnis itu sangat berpeluang memecah-belah bangsa.
(2) SPIRIT ANTI PENJAJAHAN
Tidak dipungkiri, bahwa Islam adalah agama yang sangat anti penjajahan. Islam tidak pernah menjajah siapapun, dan tidak mentoleransi penjajahan dimanapun. Dalam ajaran Islam, penjajahan adalah puncaknya kezhaliman, maka akan dilawan sampai titik darah penghabisan. Sejak jaman Pangeran Baabullah di Ternate, Fatahillah, Adipati Yunus, Sultan Iskandar Muda, sampai era Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Tgk. Chik Di Tiro, sampai era penjajahan Jepang, bahkan sampai era kemerdekaan, Islam selalu menjadi spirit perlawanan anti penjajah. Jendral Soedirman dalam berbagai kesempatan selalu menyebut hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang bermakna : “Siapa yang tak pernah mempersiapkan diri untuk berjihad, atau tidak ada niat di hatinya suatu ketika untuk berjihad, maka dia akan mati dalam salah satu cabang kemunafikan.” Jika dalam masa modern perlawanan anti penjajahan itu tidak muncul, karena dalam kesadaran bangsa Indonesia kondisi kita selama ini merdeka (padahal sejatinya terjajah).
(3) ISLAM MEWARNAI SEJARAH BANGSA INI
Banyak sekali catatan sejarah yang disandarkan kepada Islam di negeri ini. Mulai dari sejarah kedatangan saudagar-saudagar pendakwah Islam, sejarah kerajaan-kerajaan Islam, sejarah perlawanan Muslim menentang penjajahan, sejarah tokoh-tokoh Muslim, sejarah bangunan-bangunan peninggalan Islam, sejarah karya-karya Muslim, sejarah pustaka Islami, dan sebagainya. Andaikan semua catatan sejarah Islam itu dihapus dari diri bangsa ini, kita akan kehilangan teramat banyak catatan sejarah. Mungkin akan kehilangan 70 % catatan sejarah yang kita miliki.
(4) ISLAM MEMBENTUK BAHASA INDONESIA
Peranan Islam dalam membentuk bahasa Indonesia sangat kuat. Tokoh-tokoh Muslim, media-media Muslim, organisasi-organisasi Islam sudah memilih bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, sebelum ada Sumpah Pemuda tahun 1928. Syarikat Dagang Islam, Syarikat Islam, Muhammadiyyah, NU, Persis, Al Irsyad, sudah memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, sebelum Sumpah Pemuda. Padahal saat yang sama organisasi seperti Boedi Oetomo lebih suka memakai bahasa Belanda dan Jawa, sebagai bahasa pengantar komunikasi mereka. Dalam khazanah bahasa Indonesia, kata-kata seperti : Kalimat, bait, syair, syarat, wajib, waktu, bina, pasal, masyarakat, rakyat, majelis, dewan, badan, jasmani, musyawarah, wakil, musibah, kitab, kertas, daftar, sakit, kesumat, pikiran, kalbu, lezat, nafas, insan, serikat, paham, hukum, istirahat, sifat, urusan, dll. Belum kata-kata yang sudah jelas merupakan bagian dari Islam, seperti: Al Qur’an, Syari’at, Shalat, Sunnah, fiqih, nikah, ukhuwwah, muamalah, Ramadhan, Haji, dll. Semua itu adalah serapan dari bahasa Arab yang dimasukkan oleh bangsa kita ke dalam bahasa Indonesia. Dalam kalimat ini, “Masyarakat menyadari makna pemahaman dan ilmu dengan akal pikiran.” Dalam kalimat ini seluruhnya diambil dari bahasa Arab, selain ‘dan’ dan ‘dengan’. Andaikan semua sumbangan Islam ini dihapus dari bahasa Indonesia, kita akan kehilangan konten bahasa yang besar. Belum lagi pengaruh bahasa Arab dalam struktur (grammar) bahasa Indonesia.
(5) ISLAM MENJIWAI RUH PANCASILA DAN UUD 1945
Inilah adalah fakta besar yang selama ini tidak diakui. Bahkan banyak aktivis Islam tidak menyadari masalah ini. Dapat dikatakan, tanpa peranan Islam, bangsa Indonesia tak akan pernah punya Pancasila dan UUD 1945. Dalam Pancasila ada 5 sila, yang masing-masing intinya: Ketuhanan (yang Maha Esa), kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial. Semua nilai-nilai itu diajarkan dalam Islam, seluruhnya. Begitu juga Pembukaan UUD 1945 yang intinya: Sifat anti penjajahan, mensyukuri kemerdekaan sebagai rahmat Allah, cita-cita melindungi jiwa rakyat Indonesia, mensejahterakan bangsa, mencerdaskan bangsa, dll. semua itu sangat kuat dijiwai oleh SPIRIT ISLAM. Dari mana lagi bangsa ini belajar nilai-nilai moral demikian, kalau bukan dari khazanah Islam. (Tetapi bukan berarti pula seluruh isi UUD 1945, terutama bagian batang tubuh, mencerminkan nilai-nilai Islami). Maka itu tidak mengherankan kalau orang-orang Liberal tidak pernah mau menengok Pancasila dan UUD 1945. Mereka selalu berdalih dengan kalimat “Bhineka Tunggal Ika”. Darimana kalimat itu diperoleh? Dari lambang Garuda Pancasila, bagian pita yang dicengkeram kaki garuda itu. Lihatlah, orang-orang Liberal itu mencari dalih apa saja yang bisa dipakai, meskipun hanya sebuah kalimat di kaki garuda.
(6) ISLAM MEMBANTU MEMBANGUN PENDIDIKAN, KESEHATAN, SOSIAL
Sejak lama kaum Muslimin sudah mandiri, sebelum NKRI merdeka tahun 1945. Pada tahun 1905 Haji Samanhoedi di Solo membentuk SDI (Serikat Dagang Islam). Lalu HOS. Cokroaminoto tahun 1912 membentuk SI sebagai organisasi perlawanan nasional anti penjajahan. Lalu Muhammadiyyah berdiri, dan ormas-ormas lain. Sejak awal, kaum Muslimin sudah mandiri, tidak terlalu berharap disuapi oleh pemerintah. Wajar jika saat ini berdiri ribuan yayasan, lembaga, LSM, atau ormas Islam, yang berkhidmah di bidang pendidikan, kesehatan, panti asuhan, santunan fakir-miskin, dll. Karena sejak jaman kolonial, hal ini sudah ada. Andaikan seluruh urusan masyarakat dibebankan ke pundak negara, tanpa peran kemandirian kaum Muslimin, bangsa ini akan sengsara. Tidak terbayang ketika ada jutaan manusia tidak mendapat sekolah, tidak mendapat pelayanan kesehatan, ada jutaan yatim-piatu, fakir-miskin, dan orang terlantar yang terabaikan oleh negara. Karena rasa tidak tega di hati kaum Muslimin, membuat mereka peduli dengan keadaan masyarakat yang menderita. Meskipun kemudian, Islam selalu dimusuhi oleh para penjajah dan kaki tangan mereka, dengan segala kedoknya.
(7) ISLAM MEMBENTUK PERADABAN RELIGIUS
Ajaran Islam sangat berpengaruh mewarnai kebudayaan bangsa Indonesia. Lihatlah mulai dari budaya jabat tangan (musafahah), mengucap salam, memberi nama-nama yang baik, shilaturahmi, penamaan hari, penggunaan bulan Qamariyah, tradisi akikah, penikahan, pemakaman, doa sehari-hari, membaca Al Qur’an, membaca shalawat, pembagian hak waris, pemakaian hukum-hukum muamalah, makan dengan tangan kanan, ucapan seperti “alhamdulillah, insya Allah, masya Allah, astaghfirullah”, tradisi busana Muslim, memakai sarung, perayaan hari raya, bahkan sampai budaya seni seperti kaligrafi, arsitektur masjid, bordir, hiasan ornamen, qashidah, dll. Semua budaya itu bersumber dari Islam, bukan dari agama lain, bukan dari filsafat materialisme, kapitalisme, liberalisme, sosialisme, nasionalisme, dll.
(8) ISLAM MEMBERIKAN IBADAH RITUAL
Selain mempengaruhi budaya, ajaran Islam memberikan anugerah lain bagi bangsa ini, yaitu sumber kebutuhan spiritual berupa ibadah-ibadah. Untuk membuktikan betapa besarnya anugerah ibadah ini, layak kita ketahui bahwa sejak lama di kalangan negara-negara maju di Barat muncul gelombang spiritualisme. Ia adalah kesadaran dan kemauan yang kuat untuk mempelajari warisan spiritual bangsa timur, seperti yoga, shufisme, meditasi, dll. Hal itu sekedar menunjukkan, bagaimana jadinya jika sebuah bangsa tidak memiliki ritual-ritual ibadah. Pasti jiwanya akan hancur berkeping-keping. Dalam hal ini Islam memberikan banyak anugerah ibadah seperti: Wudhu, Shalat, puasa, berdoa, membaca Al Qur’an, istighfar, bacaan kalimat thaiyibah, ibadah Haji, dll. Andaikan semua anugerah ini ditarik dari bangsa Indonesia, tentulah kita semua akan binasa dan kehilangan kebahagiaan spiritual besar.
(9) ISLAM MEMBERIKAN ILMU DAN WAWASAN
Islam adalah satu-satunya agama yang berbasis ilmu. Bahkan metode ilmiah Islam sanggup mengalahkan metode sains materialis Barat. (Sebenarnya, metode sains Barat itu juga berasal dari khazanah keilmuwan Islam di Andalusia Spanyol. Hanya saja, bangsa Barat tidak jujur dalam dua hal. Pertama, mereka mengklaim keilmuwan itu dari tangan mereka sendiri, padahal sejatinya dari Islam di Andalusia. Kedua, semula sains bersifat Ketuhanan, bukan berdasar filsafat materialisme seperti yang didoktrinkan oleh kaum atheis Barat). Banyak sekali wawasan keilmuwan yang disumbangkan Islam kepada bangsa Indonesia. Misalnya, di bidang bahasa, Al Qur’an, Al Hadits, sejarah, ibadah, hukum fiqih, waris, jual-beli, akhlak, spiritualitas, penikahan, pembinaan keluarga, pendidikan generasi, dll. Dari agama lain atau ideologi nasionalisme, sekularisme, kapitalisme, kita tidak akan mendapat semua itu.
(10) ISLAM MEMBERIKAN KONTRIBUSI MORAL
Hal ini juga tidak diragukan lagi. Islam mengajarkan nilai-nilai kebaikan, menolak kejahatan, kriminalitas, terorisme, korupsi, kezhaliman, penindasan, monopoli, dll. Islam melindungi jiwa manusia, harta, akal, keturunan, kehormatan, stabilitas sosial, martabat bangsa, dll. Bahkan perlindungan Islam kepada rakyat Indonesia jauh melebihi perlindungan KUHP. Dalam KUHP, perbuatan zina, melacur, memfitnah, praktik ribawi, kebohongan publik, tidak mendapat sanksi. Kalau dalam Islam, perbuatan seperti itu ada sanksi-nya, demi melindungi kehidupan manusia. Andaikan bangsa ini semata-mata menganut hukum positif, tanpa menganut norma-norma keislaman, niscaya NKRI ini sudah berkeping-keping sejak lama.
(11) ISLAM MEMBERIKAN SOLUSI MASALAH SOSIAL
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap menghadapi masalah-masalah. Islam datang memberikan solusi bagi semua masalah-masalah itu. Solusi demikian tidak bisa diberikan oleh ajaran sekularisme, nasionalisme, kapitalisme. Islam memberikan jalan keluar berupa : nasehat, berdoa, shilaturahmi, musyawarah, perdamaian (ishlah), memaafkan, diambil sumpah, nadzar, dll.Dan solusi-solusi itu selama ini aktif dipakai masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah mereka. Malah solusi seperti itu dipakai juga oleh orang-orang Liberal, meskipun sehari-hari mereka mencari nafkah dengan memusuhi Islam. Bahkan para penjajah pun menggunakan solusi-solusi yang sama.
(12) ISLAM MENGAJARKAN KETAATAN HUKUM
Tanpa disadari, Islam telah mengajarkan bangsa ini untuk taat hukum. Ketaatan hukum itu diajarkan melalui komitmen halal-haram dalam Syari’at Islam. Masyarakat memelihara hukum halal-haram dalam kehidupan mereka. Sampai ketika mau membeli biscuit, susu, atau mie instant, mereka melihat label halal-nya dulu. Ketaatan kepada hukum halal-haram ini dilakukan atas kesadaran sendiri, tanpa mengharap imbalan atau perhatian dari siapapun. Mereka taat hukum halal-haram karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Lalu kesadaran seperti itu dalam kehidupan nasional diimplementasikan dalam bentuk sikap sadar hukum. Saat seorang Muslim menghindari perbuatan kriminal, menolak korupsi, menolak kezhaliman dan penindasan, taat aturan lalu-lintas, taat aturan sosial untuk maslahat bersama, dll. hal itu dilakukan karena kesadaran hukumnya sangat kuat. Mereka taat secara mandiri, tanpa harus diawasi. Hal ini dilatih melalui ketaatan kepada hukum halal-haram dalam Islam.
(13) ISLAM MEMBANGUN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Andaikan bangsa Indonesia mau mengadopsi sistem ekonomi Islam, dijamin mereka akan mendapatkan kualitas kesejahteraan hidup yang tinggi. Bangsa ini justru mengambil ‘racun’ sebagai ganti ‘madu’ yang menyehatkan. Islam menolak korupsi, menolak monopoli, menolak kapitalisme, menolak liberalisme, menolak spekulasi, menolak perjudian, menolak ribawi, menolak ekonomi mafia, menolak ekonomi kolonialisme, dll. Tetapi semua kejahatan ekonomi itu malah dipeluk erat-erat oleh bangsa Indonesia. Sangat disayangkan sekali. Akhirnya, Islam membantu masyarakat bangsa ini dengan apa saja yang mampu diberikan, misalnya berupa zakat, infaq, sedekah, konsep jual-beli sinergis, bagi hasil, kejujuran dalam transaksi, dll. Sayang, sayang sekali, bangsa Indonesia tidak memahami betapa pemurahnya ajaran Islam dalam urusan ekonomi dan kesejahteraan. Kita justru kemudian menyerahkan urusan ekonomi kepada Mafia Berkeley yang jelas-jelas merupakan agen kolonial asing.
(14) ISLAM MENGAJARKAN KONSEP IKHLAS
Ini adalah konsep luar biasa dalam agama ini. Seorang Muslim diajarkan sikap ikhlas dalam amal-amalnya. Sikap ikhlas membuat karya-karya orang beriman bermanfaat bagi masyarakat luas. Mereka berkarya bukan cari muka, untuk memperkaya diri, atau untuk mencapai pengaruh politik egosentris. Tidak sama sekali, tetapi karena ikhlas kepada Allah. Dalam lapangan apapun, apakah dunia kerja, profesional, bisnis, pendidikan, layanan sosial, ibadah, studi, pelestarian lingkungan, dll. Semua dilakukan secara ikhlas. Hanya saja, harus diakui, akhir-akhir ini masalah keikhlasan ini telah mengalami krisis hebat. Banyak orang beramal tidak lurus untuk kemaslahatan Islam dan kaum Muslimin; tetapi lebih karena kepentingan diri atau syahwat golongan. Ketidak-ikhlasan itulah yang membuat kerja-kerja bangsa kita dicabut berkahnya.
(15) ISLAM MEMBERIKAN HARAPAN KEPADA MASYARAKAT
Harapan itu sangat penting. Tanpa harapan, tidak akan ada optimisme. Tanpa optimisme, manusia tidak akan melakukan kerja apapun. Hingga Barack Obama dalam pemilu di Amerika, dia menang setelah menawarkan “hope”. Tidak jelas, apakah harapan itu nyata atau hanya retorika. Ajaran Islam jelas memberikan harapan yang tinggi kepada bangsa Indonesia. Harapan apa itu? Harapan keselamatan di Akhirat nanti, harapan selamat di alam kubur, harapan mendapat syurga. Itulah setinggi-tinggi harapan yang ada dalam benak manusia. Tentu saja, harapan itu bersifat PASTI. Berbeda dengan harapan yang ditawarkan oleh Obama.
Apakah harapan keselamatan di Akhirat dan mendapat syurga itu pasti? Ya, jelas pasti! Sebab harapan itu ditegaskan berulang-kali (sangat sering) dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Selagi Kitab Allah dan Sunnah Nabi masih kokoh di tengah-tengah kita, selama itu pula harapan tersebut mengandung KEPASTIAN. Harapan keselamatan di Akhirat dan mendapat syurga, membuat bangsa Indonesia rela menderita, rela hidup susah, menebus segala kesulitan dan kemiskinan. “Tidak apa-apa sengsara di dunia. Asalkan tidak sengsara di Akhirat,” demikian yang sering dikatakan oleh masyarakat. Bahkan dengan harapan seperti inilah sebenarnya eksistensi bangsa Indonesia terus terpelihara. Andaikan sudah tidak ada lagi orang-orang yang meyakini janji-janji Allah Al Malik, niscaya hancur berkeping-keping bangsa ini.
Sampai disini dapat disimpulkan, bahwa sumbangan Syari’at Islam bagi kehidupan bangsa Indonesia sangat besar. Ini adalah sumbangan yang tak akan bisa dibayar oleh apapun juga. Bahkan dapat dipastikan, tanpa Syari’at Islam, NKRI tidak akan terwujud dan bertahan sampai saat ini. Tidak akan ada Indonesia, tanpa peranan dan kontribusi Syari’at Islam.
Namun atas semua itu, yang paling terasa sangat GETIR adalah ketika berbagai komponen bangsa ini beramai-ramai mengeroyok, memusuhi, bahkan memerangi Syari’at Islam. Mereka mengklaim, bahwa Syari’at Islam adalah MUSUH bangsa Indonesia. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Tanpa Syari’at Islam, bangsa ini akan hancur. Tetapi mengapa Syari’at Islam malah dimusuhi habis-habisan seperti itu? Inilah ALASAN TERBESAR mengapa bangsa Indonesia selalu hidup menderita, terlunta-lunta, tertindas, penuh korupsi, kezhaliman, bencana alam, konflik sosial, tragedi berdarah, kemiskinan, pengangguran, kehancuran moral, kriminalitas, dll. Segala kebobrokan merajalela dimana-mana. Ya itu tadi, mereka telah diberi kemurahan yang sangat besar dengan Syari’at Islam, tetapi malah memusuhi Syari’at Islam.
Bacalah : “La in syakartum la azidannakum, wa la in kafartum inna adzabi la syadid” (sungguh jika kalian bersyukur, akan Aku tambah nikmat-Ku; namun jika kalian kufur nikmat, ketahuilah bahwa siksa-Ku sangat pedih).
Sejujurnya, permusuhan terhadap Syari’at Islam ini realitas yang SENGAJA DICIPTAKAN. Siapa lagi penciptanya kalau bukan para penjajah asing? Kalau Syari’at Islam tegak, mereka akan kehilangan periuk nasi dan asap dapur. Mereka menggunakan agen-agennya –dari kalangan bangsa kita sendiri- untuk memusuhi Syari’at. Bahkan mereka memakai politisi “partai Islam” untuk menghalangi bangkitnya Syari’at Islam di bumi Nusantara.
Masalah ini sudah jelas dan gamblang. Tidak multi tafsir lagi. Demi Allah, tidak ada apapun yang paling besar jasanya bagi bangsa Indonesia (NKRI), selain Syari’at Islam. Hanya karena kebodohan, kedengkian, dan kelicikan saja, yang membuat bangsa ini memusuhi Syari’at Islam. Akibat pemusuhan itu pula bangsa ini telah dikepung aneka-rupa penderitaan mengerikan. Dan bila permusuhan itu semakin menggila, sungguh NKRI ini akan hancur. Ketika kehancuran itu terjadi, manusia Indonesia akan menjerit-jerit, berteriak-teriak histeris seperti lolongan anjing, meratap, merintih, hujan air mata tumpah dimana-mana. Mereka merasakan kepiluan besar, begitu pilunya sampai mereka tak sanggup menangis lagi. Mereka menyesali kehancuran yang tidak bisa kembali. Mereka mengutuk dirinya karena mau diadu-domba untuk memusuhi Syari’at Islam.
Kehancuran NKRI adalah sesuatu yang tampak di depan mata. Tanda-tandanya sangat kuat. Kita seolah hanya sedang menanti waktunya saja. Hal ini terjadi karena kesalahan bangsa Indonesia dalam memusuhi Syari’at Islam. Ada dua solusi untuk menyelamatkan bangsa ini : Tegakkan Syari’at Islam dan singkirkan penjajahan asing! Hanya itu solusinya. Tidak ada solusi lain.
Caranya, tegakkan hukum Syari’at Islam di provinsi-provinsi mayoritas Muslim. Bagi provinsi mayoritas non Muslim, silakan menempuh hukum yang mereka sepakati, asalkan tetap dalam kesatuan NKRI. Demikian spirit yang dikehendaki oleh Piagam Jakarta. Warga mayoritas non Muslim bisa memilih hukum Belanda, hukum agama mereka, atau hukum lain. Jangan sekali-kali mereka meminta merdeka, atau melepaskan diri dari NKRI. Bila gerakan separatis itu terus dilancarkan, Jihad Fi Sabilillah akan menghadapinya. Insya Allah.
Tidaklah yang kita inginkan dalam segala urusan ini, selain melakukan perbaikan, sekuat kesanggupan.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. Wallahu A’lam bisshawaab
------------------
Penulis : Ustadz AM. Waskito
Post a Comment