Benarkah Bapak Moyang Jin Berbeda dengan Syaitan?

Banyak orang beranggapan bahwa Iblis itu adalah nenek moyang dari Jin dan itu benar.
Anda penasaran mari kita telaah ulasan saya berdasarkan referensi kitab suci al-quran dan as-sunnah maupun ulama yang muktabar.


Dari referensi dari buku “Dialog Dengan Jin Muslim” karya Muhammad Isa Dawud, Iblis merupakan golongan Jin dan bukan sebaliknya. Sedangkan syaitan adalah makhluk yang tercipta sebagai akibat dari perkawinan antara Iblis dengan Jin perempuan pengikutnya. Iblis diketahui hanya ada satu dan diberi rupa yang buruk oleh Allah SWT karena bersikap sombong dengan tidak bersujud kepada Nabi Adam AS, lalu diusir dari surga. Oleh karena itu, keturunannya yaitu syaitan juga memiliki rupa yang buruk.

Lalu siapakah nenek moyang Jin dan Iblis? Makhluk itu bernama Jan yang memiliki kepandaian yang luar biasa, hampir sama seperti malaikat. Jan diakui oleh kalangan Jin sebagai nenek moyang mereka. Dengan kata lain, Iblis itu adalah nenek moyang syaitan bukannya Jin. Dalam Bukunya “Dialog Dengan Jin Muslim” karya Muhammad Isa Dawud.

Dalam al-quran jelas bahwa Iblis atau lucifer atau azazil adalah moyangnya bangsa jin yang baik dan Jin yang jahat. Jadi Iblis ini adalah "Syaitan Pertama" Dan Iblis termasuk mahluk yang ditangguhkan hingga akhir zaman.

Bangsa Jin memiliki jenis kelamin seperti halnya manusia yaitu, pria dan wanita, mereka sanggup beranak-pinak dan berkembang-biak

“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku,...”(Al-Kahfi 18:50)

Kemudian bangsa Jin juga diyakini bisa mati(Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu doanya, beliau melantunkan: “Aku berlindung dengan kemuliaan-Mu yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Dzat yang tidak akan mati. Sementara jin dan manusia akan mati.” (HR. Bukhari no. 7383 dan Muslim no. 2717) sebelum datangnya hari kiamat, kecuali Iblis yang umurnya telah ditangguhkan.

Dan Jan adalah lawan jenisnya Iblis yang menurut Muhammad Isa Dawud adalah moyangnya bangsa jin. Jadi kesimpulan saya bahwa moyangnya bangsa Jin adalah Iblis seperti halnya Bani Adam dan Siti Hawa. menurut Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menambahkan: “Iblis adalah abu al-jan (bapak para jin).

Karena iblis ditangguhkan hingga akhir zaman maka Iblis beranak pinak mempunyai sifat-sifat jahat (karena unsur apinya /narnya masih kuat). Sedangkan keturunan Jin yang kawin antara sesama jin menghasilkan generasi yang baik (jin muslim) dan yang buruk (jin kafir) karena sifat unsur apinya (nar) berkurang sebagai contoh ada jin yang tinggal dilautan.  Dari Jabir r.a. ia berkata : rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di lautan. Dari sana dia mengirim pasukannya untuk membuat fitnah (mengacau atau membencanai) umat manusia. Maka siapa yang lebih besar membuat bencana, dialah yang lebih besar jasanya (terhormat) di kalangan mereka". (HR.Muslim: 2813-Shahih Muslim: 2408)

Diantara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir seperti halnya manusia, berdasarkan al-Quran surah al-Jin.

...dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Al-Jin 72:11)    

dan...dan sesungguhnya di antara kami ada jin-jin yang taat dan ada jin-jin yang menyimpang (Al Jiin 72:14)    

Kalangan bangsa jin juga ada yang menganut ateis, menyembah matahari, bahkan menyembah sesama jin, animisme, dinamisme, namun ada juga yang beragama Majusi, Yahudi, dan Nasrani. Hal ini sebagaimana layaknya manusia yang memiliki keyakinan dan aqidah yang berbeda-beda.

Tentang asal kejadian jin, Allah menjelaskan, kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas, dijelaskan dalam Al-Hijr dan Ar-Rahman,

"...dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (Al-Hijr 15:27)
"...dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api." (Ar-Rahman 55:15)     ”

Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adh-Dhahak berkata, bahwa yang dimaksud dengan firman Allah: "Dari nyala api, ialah dari api murni". Yang di maksud dengan api murni adalah tidak dicampur unsur lain, seperti halnya manusia diciptakan dari berbagai unsur tanah.

Mereka juga berpendapat bahwa yang dimaksud "api yang sangat panas" (nar al-samum) atau "nyala api" (nar) dalam firman Allah di atas ialah "api murni". Ibnu Abbas pernah pula mengartikannya "bara api", seperti dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir.

Wallahu allam bishowab, Bagaimana pendapat Anda???

Tidak ada komentar