Agama (Dien) dan Hutang (Dain) ada Persamaannya
Intisari Khutbah Jum'at
Hari/Tgl : Jum'at, 28 Agustus 2015
Tempat : Mesjid Assalam Panyingkiran Sumedang
Hari/Tgl : Jum'at, 28 Agustus 2015
Tempat : Mesjid Assalam Panyingkiran Sumedang
Agama dalam konsep Islam disebut Dien Kata Ad-Din berasal dari kata Daana, yadiinu, wa Diinan ( ŲÆŲ§Ł ŁŲÆŁŁ Ł ŲÆŁŁŲ§ ) yang berarti tanggungan, hutang, keharusan penegakan peraturan. Ad-Din adalah hutang yang harus dibayar dan dipertanggung jawabkan, atau peraturan yang harus dilaksanakan. Dalam kamus Bahasa Arab disebutkan beberapa kemungkinan makna ŲÆŁŁ dalam Al-Qur’an diantaranya adalah : 1) Ų§ŁŲ³ŁŲ·Ų§Ł ŁŲ§ŁŲŁŁ
(Assulthon wal hukum)= kekuasaan, 2) Ų§ŁŲ·Ų§Ų¹Ų© = (Atto’ah) ketaatan, 3) Ų§ŁŲ¬Ų²Ų£ =(Al-Jaza) pembalasan, 4) Ų§ŁŲ¹Ų§ŲÆŲ© = (Al-A’daat) kebiasaan, 5) Ų§ŁŲŲ³Ų§ŲØ =( A-Hisab) perhitungan.
Jikalau kebaikan diukur dari diri kita atau kelas kita atau posisi kita maka sedekah kita dengan barang yang sudah kita gunakan (misal baju bekas) maka sedekah kita itu tiada ada artinya karena barang bekas adalah yang kita tdk gunakan
Tidak sesuai dengan kelas kita. Antara Agama (Dien) dan Hutang ŲÆŁŁ (Dainun/Dain/Daini) ternyata ada hubungannya.
Agama dan Hutang ada persamaannya
Persamaannya adalah:
- Sama-sama menghinakan diri sendiri
- Hutang dan Agama sama-sama menghinakan diri
- Hutang menghinakan diri kita dihadapan manusia
- Hutang membukakan aib diri sendiri
- Dengan berhutang maka kita menjadi rendah di mata manusia
- Agama juga menghinakan diri
- Tapi agama menghinakan diri sendiri dihadapan Allah
- Apapun profesi, kekayaan dan jabatan kita, pada hakekatnya kita tiada daya upaya kecuali atas pertolongan Allah Subhana Wa Taalla
- Agama menghinakan betapa diri kita hina dengan dosa-dosa dan perbuatan diri
Syaiton telah divonis Allah sebagai calon penghuni neraka bukan karena setan itu musyrik. Tapi setan merasa sombong, tak mau menghinakan dirinya dihadapan Allah.
Jikalau kebaikan diukur dari diri kita atau kelas kita atau posisi kita maka sedekah kita dengan barang yang sudah kita gunakan (misal baju bekas) maka sedekah kita itu tiada ada artinya karena barang bekas adalah yang kita tdk gunakan
Tidak sesuai dengan kelas kita. Antara Agama (Dien) dan Hutang ŲÆŁŁ (Dainun/Dain/Daini) ternyata ada hubungannya.
Agama dan Hutang ada persamaannya
Persamaannya adalah:
- Sama-sama menghinakan diri sendiri
- Hutang dan Agama sama-sama menghinakan diri
- Hutang menghinakan diri kita dihadapan manusia
- Hutang membukakan aib diri sendiri
- Dengan berhutang maka kita menjadi rendah di mata manusia
- Agama juga menghinakan diri
- Tapi agama menghinakan diri sendiri dihadapan Allah
- Apapun profesi, kekayaan dan jabatan kita, pada hakekatnya kita tiada daya upaya kecuali atas pertolongan Allah Subhana Wa Taalla
- Agama menghinakan betapa diri kita hina dengan dosa-dosa dan perbuatan diri
Syaiton telah divonis Allah sebagai calon penghuni neraka bukan karena setan itu musyrik. Tapi setan merasa sombong, tak mau menghinakan dirinya dihadapan Allah.
Syaiton merasa dirinya unggul dan kuat sehingga takabur. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.
Allah berfirman: "Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan".
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)". Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.
Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan". Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. (QS. Shaad 38:71-85)
Orang yang memberi pinjaman kepada orang yang membutuhkan (memberi hutang) maka pahalanya 18 derajat (18 kali lipat)
"Bersedakah pahalanya sepuluh, memberi hutang (tanpa bunga) pahalanya delapan belas, menghubungkan diri dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan silaturrahmi (dengan keluarga) pahalanya dua puluh empat". (HR. Al Hakim)
Kalau sedekah pahalanya lebih kecil yaitu 10 derajat (10 kali)
Kenapa memberi hutang pahalanya lebih besar dibanding sedekah?
Tiap muslim wajib bersodaqoh. Para sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?” Nabi Saw menjawab, “Bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu bersodaqoh.” Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?” Nabi menjawab: “Menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Nabi menjawab: “Menyuruh berbuat ma’ruf.” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Nabi Saw menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Karena kalau sedekah belum tentu orang yang diberi sedekah sedang betul-betul membutuhkan...
Kalau orang yang berhutang sudah jelas sangat membutuhkan...
Sedekah walau secara keduniawian harta berkurang tapi pahalanya lebih kecil dibanding memberi hutang yang secara keduniawian hartanya tidak bekurang (karena nanti yang berhutang akan membayarnya)....
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Sedekah yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi Saw menjawab, “Saat kamu bersedekah hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR. Bukhari)
Orang yang punya hutang wajib dibayar...
Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ł َŁْ ŁَŲ§Ų±َŁَ Ų§ŁŲ±ُّŁŲُ Ų§ŁْŲ¬َŲ³َŲÆَ ŁَŁُŁَ ŲØَŲ±ِŁŲ”ٌ Ł ِŁْ Ų«َŁŲ§َŲ«ٍ ŲÆَŲ®َŁَ Ų§ŁْŲ¬َŁَّŲ©َ Ł ِŁَ Ų§ŁْŁِŲØْŲ±ِ ŁَŲ§ŁْŲŗُŁُŁŁِ ŁَŲ§ŁŲÆَّŁْŁِ
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Ibnu Majah membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan keras mengenai hutang.”
Barangsiapa yang mempunyai hutang meninggal dan masih berhutang, Rasullahpun enggan mensholatkannya...
Dari Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:" Kami duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?”. Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia!” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Iya.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Ada, sebanyak 3 dinar.” Lalu beliau mensholati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, “Shalatkanlah dia!” Beliau bertanya, “Apakah dia meningalkan sesuatu?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka menjawab, “Ada tiga dinar.” Beliau berkata, “Shalatkanlah sahabat kalian ini.” Lantas Abu Qotadah berkata, “Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya.” Kemudian beliau pun menyolatinya.” (HR. Bukhari no. 2289)
Sekedar mengingatkan kita di Waktu berjamaah Sholat Jumaat
- Nabi bersabda bermaksud: "Apabila menguap salah seorang kamu dalam sholat, maka hendaklah ia tutup mulutnya sedapat mungkin dan jangan ia mengucap "Ahhh...",karena sesungguhnya yang demikian itu dari syaitan dan ia tertawa karenanya."(HR. Riwayat Bukhari)
- Nabi Muhammad bersabda: "Apabila salah seorang kamu berada di dalam masjid, maka janganlah sesekali menyilangkan (mematah-matahkan) jari tangan, karena menyilangkan jari-jari tangan itu dari syaitan. Dan seorang kamu tetap dalam pahala sholat selama ia berada di dalam masjid, sehingga ia keluar darinya."(HR. Riwayat Ahmad).
- Sabda Muhammad Rasullullah: "Luruskan saf-safmu, rapatkan bahu-bahumu (dalam sholat) dan berlaku lembutlah terhadap tangan-tangan saudaramu dan tutuplah tempat-tempat renggang karena seungguhnya syaitan masuk (menyelitkan diri) pada celah-celahmu, bagaikan anak kambing yang menyelit di celah-celah induknya."(HR. Riwayat Ahmad & Thabrany)
- Sabda Nabi Muhammad yang bermaksud: "Jika ada tiga orang di desa atau digunung yang tidak menunaikan sholat berjamaah, niscaya mereka dikuasai oleh syaitan. Oleh sebab itu,hendaklah kamu berjamaah karena sesungguhnya serigala tidak akan memakan kambing melainkan yang terpisah sendiri dari rombongan"(HR. Abu Daud). Sekarang kebalikannya...
- “Apabila seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar rumah, lantas ia tidak memisahkan di antara dua orang, kemudian ia mengerjakan shalat yang diwajibkan, dan ketika imam berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan ampunan antara Jum’at yang satu dan Jum’at lainnya.” (HR. Bukhari no. 883)
- “Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jum’at, ‘Diamlah, khotib sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah berkata sia-sia.”(HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851).
- “Sulaik Al Ghothofani datang pada hari Jum’at dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah. Ia masuk dan langsung duduk. Beliau pun berkata pada Sulaik, “Wahai Sulaik, berdirilah dan kerjakan shalat dua raka’at (tahiyyatul masjid), persingkat shalatmu (agar bisa mendengar khutbah, pen).” Lantas beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian menghadiri shalat Jum’at dan imam berkhutbah, tetaplah kerjakan shalat sunnah dua raka’at dan persingkatlah.” (HR. Bukhari no. 930 dan Muslim no. 875).
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Post a Comment