Sudah Sempurnakah Sholat Kita?
Salah satu ciri orang yang bertaqwa ialah mereka yang menegakkan shalat (QS Al-Baqarah: 3). Sholat juga menjadi tolok ukur diterima atau tidaknya amalan-amalan lainnya dari seseorang. Insya Allah seluruh amal kita akan diterima manakala shalat kita baik. Sebaliknya, amalan kita tidak akan berguna jika shalat kita rusak. Oleh karena itu, shalat termasuk perkara agung yang tidak boleh kita sepelekan. Pertanyaanya adalah, apakah shalat kita sudah mengantarkan kita pada derajat taqwa yang sebenarnya? Bagaimana dengan fenomena STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan)? Mari kita coba cari jawabannya.
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW, kebanyakan kita menegakkan shalat namun tidak memperoleh pahala (kebaikan) sholat yang sempurna. Bahkan Beliau mengatakan bahwa paling maksimal kita hanya memperoleh 1/2-nya. Apa gerangan yang menyebabkan hal ini?
Ada 2 faktor yang menentukan tingkat kesempurnaan seorang hamba Allah dalam sholatnya, yaitu:
1. Sejauh mana kecocokan sifat (kaifiat/tata cara) sholat kita dengan sifat sholat Nabi SAW (Syaikh al-Albani).
Semakin dekat kemiripan atau kesamaan shalat kita dengan habibullah Rasulullah SAW, semakin tinggi tingkat kesempurnaan sholat kita. Begitu pula sebaliknya. Apakah cara sholat kita sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW?
2. Khusyu’-nya kita saat sholat (menurut Ibnu ‘Arabi)
Memang khusyu’ ini adalah perkara yang sulit. Namun, kita harus tetap berusaha ke arah sana. Otomatis mereka yang khusyu’ dalam sholatnya akan memperoleh lebih banyak kebaikan (pahala) daripada mereka yag tidak khusyu’ dalam sholatnya. Lebih lanjut Allah SWT menyatakan bahwa orang mu’min yang beruntung adalah mereka yang khusyu’ dalam sholatnya (QS Al-Mu’minun: 2). Menurut para ulama’ salah satu ciri sholat khusyu’ ialah tenang/tidak tergesa-gesa dalam sholatnya. Bagimana dengan sholat kita?
Mengetahui hal di atas sepertinya terkesan bisa menurunkan semangat ibadah bagi sebagian orang. Namun, tahukah Anda? Ternyata Rasulullah SAW melalui sebuah haditsnya sudah memberikan salah satu jalan keluar untuk menyempurnakan sholat kita. Beliau pernah bersabda bahwa setiap ibadah itu ada pelengkapnya, demikian juga sholat. Apabila kita kurang sempurna sholatnya, maka Allah SWT akan melihat apakah kita menegakkan sholat sunnah.
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW, kebanyakan kita menegakkan shalat namun tidak memperoleh pahala (kebaikan) sholat yang sempurna. Bahkan Beliau mengatakan bahwa paling maksimal kita hanya memperoleh 1/2-nya. Apa gerangan yang menyebabkan hal ini?
Ada 2 faktor yang menentukan tingkat kesempurnaan seorang hamba Allah dalam sholatnya, yaitu:
1. Sejauh mana kecocokan sifat (kaifiat/tata cara) sholat kita dengan sifat sholat Nabi SAW (Syaikh al-Albani).
Semakin dekat kemiripan atau kesamaan shalat kita dengan habibullah Rasulullah SAW, semakin tinggi tingkat kesempurnaan sholat kita. Begitu pula sebaliknya. Apakah cara sholat kita sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW?
2. Khusyu’-nya kita saat sholat (menurut Ibnu ‘Arabi)
Memang khusyu’ ini adalah perkara yang sulit. Namun, kita harus tetap berusaha ke arah sana. Otomatis mereka yang khusyu’ dalam sholatnya akan memperoleh lebih banyak kebaikan (pahala) daripada mereka yag tidak khusyu’ dalam sholatnya. Lebih lanjut Allah SWT menyatakan bahwa orang mu’min yang beruntung adalah mereka yang khusyu’ dalam sholatnya (QS Al-Mu’minun: 2). Menurut para ulama’ salah satu ciri sholat khusyu’ ialah tenang/tidak tergesa-gesa dalam sholatnya. Bagimana dengan sholat kita?
Mengetahui hal di atas sepertinya terkesan bisa menurunkan semangat ibadah bagi sebagian orang. Namun, tahukah Anda? Ternyata Rasulullah SAW melalui sebuah haditsnya sudah memberikan salah satu jalan keluar untuk menyempurnakan sholat kita. Beliau pernah bersabda bahwa setiap ibadah itu ada pelengkapnya, demikian juga sholat. Apabila kita kurang sempurna sholatnya, maka Allah SWT akan melihat apakah kita menegakkan sholat sunnah.
Ketika kita senantiasa menegakkan sholat-sholat sunnah selain sholat fardhu, maka itu dapat melengkapi kekurang sempurnaan sholat fardhu kita. Demikian pula sebaliknya, kita tidak akan mendapat tambahan pahala (kebaikan) manakala kita tidak menegakkan sholat sunnah. Namun demikian, sikap terbaik yang harus tetap kita usahakan ialah kita mempelajari kembali bagaimana sifat sholat Nabi SAW sesungguhnya, sehingga tidak hanya ikut-ikutan seseorang tanpa dasar.
Di samping itu, kita juga sebaiknya senantiasa berusaha menegakkan sholat dengan khusyu’. Tak lupa juga kita lengkapi sholat fardhu kita dengan sholat sunnah.
Dengan semakin baiknya sholat kita, Insya Allah tidak ada lagi istilah STMJ dan amalan ibadah kita yang lain pun akan bagus. Aamiiin. Semoga bermanfaat.
Wallahu A’lam Bishshowab.
--------------------------------------------------------
Disarikan dari khutbah Jum’at 12 Agustus 2011 di Masjid An-Nur Comal, Pemalang, Jawa Tengah.
--------------------------------------------------------
Disarikan dari khutbah Jum’at 12 Agustus 2011 di Masjid An-Nur Comal, Pemalang, Jawa Tengah.
Post a Comment