Nabi Muhammad SAW : Rosul Mulia Kekasih Allah

Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa tidak ada yang paling beruntung hamba-hamba Allah yaitu manusia yang hidup di alam dunia ini kecuali menginginkan dicintai oleh Allah SWT d Rasulullah SAW. Oleh karena itu salah satu dari hamba-hamba Allah yang ingin dicintai oleh Maha Kuasa Allah Azza wa jalla, merupakan harapan kita semoga pada saat ini kehidupan di dunia mampu menjadikan harapan kita untuk dicintai oleh Allah SWT. Manusia yang paling suci dan yang paling mulia ini menampakkan sifat-sifat yang luar biasa, bahkan semenjak masih kanak-kanak. Kendatipun masih dalam usia muda, ia lemah lembut dan sabar, cinta akan kedamaian dan kesunyian. Dialah Muhammad yang lahir di Kota Makkah pada tanggal 17 atau, menurut sebahagian orang, pada tanggal 12 Rabiul awal tahun Gajah 571 M. Makhluk Allah yang paling mulia ini dinamakan Ahmad. Nabi lahir dalam keluarga bangsawan mulia yang sangat berpengaruh, yaitu Bani Kinanah yang merupakan bagian terdekat dari suku Quraisy. Nabi Muhammad SAW adalah penghulu segenap makhluk yang paling dicintai oleh Allah, yang paling mulia, rahmat bagi semesta alam, manusia yang paling suci dan penyempurna revolusi zaman.

Muhammad telah dipilih menjadi Rasul dan diuji oleh Tuhan, dibentuk dan disempurnakan, baru kemudian diutus untuk memperbaiki dan membangun suatu masyarakat manusia menurut kehendak Tuhan, karena ia sendiri hidup, baik lahir maupun batin. Nabi adalah manusia yang paling sempurna, sebagaimana dikatakan dalam salah satu syair Arab, sebagai “permata diantara bebatuan”. Jika tidak demikian, bagaimana kitab Al qur’an yang itu juga dapat meneguhkan bahwa ia telah dipilih sebagai teladan (uswah) paling baik untuk diikuti. Hal itu dikarenakan kesempurnaan yang dibawanya, yang menjadikannya sebagai teladan sempurna bagi generasi-generasi muslim.


Masa kesedihan dan sifat kenabian
Nabi juga sebagai manusia biasa yang tidak luput dari aspek kehidupan manusia yang biasa. Dalam tingkatan persoalan dan manusiawi, Nabi pernah mengalami kehilangan kedua orangtuanya dalam usia yang masih amat muda, pernah mengalami kesepian, mengalami tekanan-tekanan sosial, kemiskinan materi, dan seluruh cobaan yang pernah dialami oleh seorang anak muda di dalam masyarakat. Dalam kehidupan selanjutnya, Nabi menjadi saksi bagi setiap bentuk kesedihan seperti, kematian Khadijah sebagai istri yang paling dicintainya, kemudian putra-putranya dalam usia

muda, pengkhianatan yang dilakukan oleh anggota-anggota sukunya sendiri, ancaman terus menerus atas kehidupannya, kemiskinan dan keluarga yang secara terus menerus menghadapi bahaya yang secara terus menerus menghadapi bahaya yang disebabkan oleh perjuangan beliau. Nabi Muhammad SAW juga telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk memenuhi hampir seluruhnya, Nabi adalah seorang guru, kepala rumah tangga, pedagang, pemimpin politik dan sosial, Komandan militer, hakim dan penguasa tertinggi belum lagi fungsi khusus kenabiannya sebagai pembawa hukum dan Firman Tuhan kepada manusia, mengajar manusia akan pengetahuan. Nabi adalah seorang guru terbukti telah berhasil menanamkan berbagai tata pengetahuan kepada berbagai dari berbagai belahan dunia. Dalam ucapan dan tindakan, pikiran dan perbuatannya terus mengajar ke seluruh umat manusia.

Nabi Muhammad SAW kebajikan utamanya adalah ketulusan hati kepada Allah dan kebenaran, kedermawanan kepada seluruh manusia dan kemiskinan spiritual yang dihubungkan dengan kesederhanaan dan kerendahan hati. Nabi telah mengatakan bahwa kemiskinan adalah kebanggaanku (al faqr al Muhammadi). Nabi juga penuh dengan sifat kedermawanan dan keluhuruan budi (kiramah atau syaraf). Kemuliaan akhlak Nabi meliputi kesediaan untuk memaafkan, menyerahkan diri dari tenaganya, pikiran dan harta bendanya kepada orang lain, memaafkan kesalahan orang lain dan apa yang pernah mereka lakukan terhadap dirinya.

Kehidupan Nabi penuh dengan teladan penyerahan dirinya sendiri kepada orang lain dan kemurah-hatian dalam pengertian yang sebenar-benarnya. Pemberian maaf olehnya terhadap penduduk Makkah pada waktu penaklukan kota itu ditunjukkan ketinggian kemuliaan akhlaknya. Nabi juga memiliki keutamaan ketulusan dalam pengertian yang sebenarnya. Tidak satupun tindakan yang dilakukannya atau perkataan yang diucapkannya yang tidak disertai oleh perasaan ikhlas yang sempurna. Tetapi lebih dari pada itu semua, ia tulus kepada Allah dan ketulusannya sama pula dengan kejujurannya (shidq). Kenyataan bahwa dirinya dijuluki al-amin (orang yang dapat dipercaya) semenjak masa mudanya merupakan petunjuk bahwa sifat ini telah hadir secara menonjol dalam dirinya semenjak kecil dan menjadi sempurna ketika dirinya dipilih oleh Allah menjadi seorang Rasul Allah. Kejujuran Nabi merupakan suatu bukti bahwa dirinya telah dituntun untuk bisa melihat kebenaran dan menerimanya tanpa mengubah kandungan dan sifatnya. Itulah sebabnya mengapa Nabi dianugerahi pengetahuan tentang kebenaran yang paling dalam, yaitu “la ilaaha ilia Allah”, dan dipilih untuk menyebarkan kebenaran dari Allah. Seorang muslim harus berbuat tulus dengan ikhlas dan jika dari sudut pandang Islam tidak ada aktivitas tanpa kebenaran, maka siapa saja yang akan berbuat haruslah pertama-tama mengalami kebenaran dan hidup sesuai dengan kebenaran. Dalam diri Nabi terkumpul berbagai kesempurnaan puncak. Nabi dalam kenyataannya merupakan manusia yang paling sempurna dimana para Malaikat diperintahkan untuk Sujud, itulah sebabnya mengapa Allah SWT beserta para Malaikat-Nya memuji dan memberkahi Nabi serta menjadikannya sebagai contoh bagi kehidupan seluruh manusia. Sebagaimana firman Allah dalam Al qur’an “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya“.


Kekasih Allah
Garis kehidupan Nabi merupakan contoh sempurna, dalam hal prinsip-prinsip universal Islam, bahwa agar dapat berbuat baik seseorang harus terlebih dahulu menjadi baik, agar dapat menaklukkan dunia seseorang harus terlebih menaklukkan diri sendiri, artinya menaklukkan nafsu rendahnya. Kebanyakan manusia yang berkeinginan memperbaiki dunia tanpa terlebih dahulu memperbaiki diri mereka sendiri. Barangkali, pelajaran paling besar yang bisa dipetik dari kehidupan Nabi Muhammad SAW yang ditawarkan kepada orang-orang muslim yang ingin menerapkan ajaran-ajaran Islam kepada dunia luar. Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Allah dan juga menjadi penguasa, pimpinan militer dan hakim untuk masyarakat. Kehidupan Nabi Muhammad SAW yang memberikan suatu pelajaran yang benar-benar paling esensial untuk orang-orang muslim adalah penyempurnaan batin haruslah terlebih dahulu dilakukan ketimbang perbuatan-perbuatan lahir.

Abdul Mutholib adalah kakek nabi pernah mengalami mimpi yang memberitahukan lahirnya seorang manusia yang akan membawa firman Allah SWT, kitab suci Al Qur’an kepada seluruh manusia. Dalam mimpinya itu Abdul Mutholib melihat sebatang pohon yang tumbuh dibelakang rumahnya. Sebatang pohon yang pucuknya mencapai langit dan rantingnya membentang dari timur ke barat. Dari pohon itu memancar sinar yang lebih terang ketimbang sinar matahari. Sebagaimana telah disebutkan di dalam Al Qur’an “Dan tidaklah Kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai Rahmat bagi sekalian alam“.

Diriwayatkan bahwa ketika ia berumur empat tahun, dua Malaikat membuka dadanya dan membasuhnya dengan salju. Artinya wujud bathinnya telah disucikan oleh kekuatan Malaikat Allah ketika ia masih dalam usia muda. Hal ini berarti bahwa ia (Muhammad)-lah yang paling penting di hadapan Allah, dan merupakan seseorang yang pada suatu ketika nanti akan memimpin umat manusia menuju kepada Allah. Di dalam penglihatan Yang Maha Agung, kemanusiaan dilihat dan dinilai sebagai dari suatu komunitas keagamaan yang dibangun oleh para Nabi utusan Allah.


Pengangkatan sebagai Rasul Allah
Pada umur 40 tahun, Nabi Muhammad menjadi Rasul pilihan, pada suatu waktu ketika seperti biasanya Nabi pergi dari kota Makkah untuk berkontemplasi di pegunungan, wahyu turun kepadanya. Dia berada di Gua Hiro, di atas Jabal Nur, ketika wahyu muncul di dalam hatinya. Dia juga melihat sang Malaikat pembawa wahyu yaitu Malaikat Jibril. Malaikat itu memerintah kepada Nabi untuk mengucapkan kata “iqro” yang dalam bahasa Arab merupakan bentuk kata perintah dari kata membaca. Surat perintah pertama dari kitab Al qur’an yang diturunkan untuk seluruh manusia adalah surat Al alaq. Firman Allah yang pertama kali turun kepada manusia adalah tentang pengetahuan, sebab Islam secara esensial merupakan agama yang didasarkan atas pengetahuan. Pengalaman pertama turunnya wahyu itu sangatlah mendebarkan dan sepenuhnya mencekam dalam diri Nabi, baik secara fisik maupun psikologis, disertai kepastian bahwa instrumen turunnya wahyu adalah seorang Malaikat dari langit dan bukan suatu kekuatan psikis atau jin yang sering kali member! ilham kepada penyair dan peramal bahasa Arab. Dalam ajaran Islam bahwa nabi adalah seorang yang ummi (buta Aksara), penting untuk dijelaskan. Bagaimana seorang yang ummi mampu mengucapkan kalimat dalam bahasa arab secara demikian fasih. Sifat ummi yang dimiliki nabi berarti bahwa sebelum risalah Allah dapat diterimakan, maka wadah penerima yang ada pada diri manusia itu sendiri harus terlebih dulu disucikan dan dibersihkan. Allah SWT mensyaratkan kesucian hati, jiwa dan pikiran, tak ternoda oleh pengetahuan manusia, agar dapat berperan sebagai wadah

Nabi Muhammad saw adalah orang pertama yang dibangkitkan pada hari kiamat, dan orang pertama pula yang menerima dan memberikan syafaat. Beliau juga adalah orang pertama yang masuk ke dalam surga. Allah memberikan kekhususan kepada beliau dengan Asy-Syafa’ah Al-’Udzmaa (syafaat yang teragung), yaitu kedudukan yang terpuji, dan dianugerahi Al-Kautsar yaitu telaga di surga, serta wasilah yaitu derajat yang tinggi di surga, dan kekhususan-kekhususan lain.

Al Baihaqi juga meriwayatkan bahwa bersamaan dengan lahirnya Nabi Muhammad saw, sepuluh balkon istana Kisra runtuh dan api yang biasa disembah orang-orang
Majusi padam, serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah seketika itu juga gereja-gereja itu amblas ke dalam tanah.

Karena keutamaannya yang besar, hingga Allah dan para malaikat-Nya pun bershalawat(penj. memberikan rahmat) untuk Nabi Muhammad saw. (kandungan QS.33, Al-Ahzab : 56)

"Aku diberi kelebihan dari Nabi yang lain dengan enam hal : Aku diberi jawami'ul kalim (kata-kata yang padat makna), Aku diberi kemenangan dengan rasa takutnya para musuh, harta rampasan perang dihalalkan untukku, permukaan bumi bisa digunakan sebagai alat bersuci dan tempat shalat, Aku diutus kepada seluruh umat manusia dan Aku penutup para nabi."(H.R Muslim)

Keistimewaan lainnya dalam al Quran dan as Sunnah :
1. Allah menyatakan bahwa ia benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS. 68, Al Qalam : 4)
2. Suri teladan yang baik bagimu (QS. 33, Al-Ahzab : 21)
3. Untuk jadi cahaya yang menerangi (QS.33, Al-Ahzab : 45-47)
4. Rahmat bagi semesta alam ( QS. 21, Al-Anbiya :40 & 107)
5. “Setiap Nabi diutus hanya kepada bangsanya sendiri, tetap saya diutus kepada semua makhluk,” (penggalan HR. Muslim)
6. “Saya diutus dari generasi terbaik anak Adam,” (pengalan HR. Bukhari)
7. "Aku adalah pimpinan anak-cucu Adam di hari kiamat nanti, Aku orang yang pertama dibangkitkan dari kubur, Aku orang yang pertama memberi syafa'at dan Aku orang yang pertama diberi syafa'at". (HR. Muslim)

Bahkan ada beberapa hadits yang sangat menunjukkan keitimewaan luar biasa melebihi ciptaan Allah berupa langit dan bumi sekali, meskipun sanadnya lemah.

Beberapa Hadits Qudsi: "AKU menjadikan segala sesuatu karena engkau, dan AKU jadikan engkau karena AKU."

Hadits lain yang serupa :
"Kalau bukan karena kamu wahai Muhammad, AKU tidak akan menciptakan langit."
"Kalau tidak karenamu wahai Muhammad, AKU tidak akan menciptakan bumi dan segala isinya."

Demikian kemuliaan yang TERAMAT SANGAT pada junjungan kita Nabi Besar saw., sehingga pada saat hari kebangkitan pun, beliau dihormati.

Sehingga sangat mengharapkan pembaca semakin rajin untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad saw, Pemimpin Besar dari seluruh Nabi.

“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang terbang ke berbagai tempat di bumi menyampaikan kepadaku salam dari umatku.” (H.R. Ahmad dan Nasa'i, shahih)

Tidak ada komentar