DUIT : Do’a, Usaha, Ikhtiar dan Tawakal

Ikhtiarnya adalah dengan berdoa dulu, terus ikhtiar mencari bentuk usaha yang disesuaikan dengan kemungkinan kemampuan yang dimiliki, terus berdoa lagi memilih usaha yang menurut kita paling mashlahat. Seperti sebuah perencanaan manusia, ikhtiar dilakukan pada setiap level dan tahapan aktivitas, termasuk ibadah, seperti sebuah rangkaian perputaran air yang menurut pengetahuan kita bersifat dinamis dan berulang. Yang pasti, Allah sudah menggariskan semuanya, sehingga bagi kita hanya tinggal ikhtiar dengan batas kemampuan terbaik yang dapat dilakukan.

Air di dunia ini sudah diciptakan oleh Allah untuk makhluk hidup di dunia, lalu sebagian menguap dan membentuk awan yang kemudian kembali ke bumi dalam bentuk hujan. Dan ini terus berlangsung secara dinamis setiap waktu hingga Allah SWT berkehendak menghentikannya.

Bagi manusia, ikhtiar adalah penting. Logika manusia terbatas, ketika akan pergi ke suatu tempat, maka ikhtiarnya adalah melangkah dan berjalan menuju tempat tersebut, kendati belum tentu sampai pada waktunya, bahkan bisa saja tidak pernah sampai, dari itulah kita memohon dan berdoa memohon kemudahan urusan kepada Allah sebagai satu-satunya Dzat Yang Maha Tunggal yang mana hanya kepafa Allah kita menyembah dan hanya kepada Allah kita meminta pertolongan.

Pekerjaan adalah anugerah yang diberikanan Allah untuk kita berdedikasi dan beraktualisasi serta berinteraksi dengan individu sejawat dan seprofesi. Kewajiban setiap individu adalah bagaimana kita menjadikan pekerjaan ini menjadi bernilai ibadah. Dan, ketika ibadah menjadi pondasi kita dalam bekerja, maka pekerjaan tersebut harus dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi kita dengan sang Khaliq melalui berbagai macam niatan, ucapan, dan tindakan untuk menjalankan ibadah bekerja tersebut.

Konsep bekerja sedianya dapat dilandasi oleh Prinsip “D U I T”. Empat prinsip ini diharapkan dapat menjadi modal dasar kita dalam memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat,  yaitu :


1. Prinsip D – D o’ a

Dalam sehari kita diajarkan untuk berdoa minimal 5 waktu. Setiap niat, ucapan dan gerakan dalam shalat menganut unsur do’a, karena justeru dalam shalatnya kekhusuan komunikasi dengan Sang Maha Pencipta Allah SWT dapat dilangsungkan dengan sebaik-baiknya komunikasi. Inna shalati, wanusuki, mawahyaya, wamamati lillahirobbil ‘alaamiin (Sesungguhnya shalat kita, ibadah kita, hidup kita dan mati kita hanya milik Allah Tuhan seru sekalian alam). Dan, janganlah pernah kita bosan meminta dan bermunajat kepada Allah, karena hanya Allah yang patut disembah dan hanya kepada Allah kita meminta pertolongan. Selain itu, Allah telah berjanji dalam firman-Nya yang mengatakan bahwa Allah akan menjamin setiap permohonan dan munajat yang dilakukan hamba-Nya yang ditujukan atau dimintakan kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh dan sebaik-baiknya permohonan.

2. Prinsip U – U s a h a   

Allah SWT telah menjatah dan membagi secara proporsional dan adil tentang setiap urusan hamba-hamba-Nya. Nah, di dalam setiap urusan itu, ada yang namanya pekerjaan sesuai bidangnya, seperti penelitian, pendidikan, pengabdian, perikanan, pertanian, PNS, swasta dan sebagainya. Urusan ini wajib hukum di-mintain secara baik agar dapat menjadi berkah, rahmat dan nikmat bagi kita semua.

3. Prinsip I – I k h t i a r

Prinsip ketiga adalah “I”, yaitu IKHTIAR. Setiap urusan yang diamanatkan Allah SWT untuk dijalankan oleh kita sebagai HAMBA-NYA yang DHOIF tentu memerlukan upaya yang optimal dengan harapan bahwa output yang dihasilkan akibat adanya proses IKHTIAR terhadap USAHA yang dijalankan dapat memberikan sebesar-besarnya manfaat, termasuk untuk kita sendiri.

4. Prinsip T - T a w a k a l


Dalam hal ini, terdapat unsur ikhlas yang mewarnai sifat tawakal, yaitu bagaimana sesungguhnya kita harus bersyukur atas segenap nikmat yang diberikan, baik nikmat sehat, iman, islam maupun nikmat materi yang telah diberikan. QS. Ibrahim ayat (7) menyatakan bahwa barangsiapa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, maka niscaya Allah akan menambah nikmat tersebut dan barangsiapa “kufur” atau tidak mensyukuri nikmat, maka sesungguhnya ADZAB ALLAH itu sangat pedih. Selain syukur, maka sabar juga menjadi salah satu yang harus dimiliki untuk mencapai tatanan ikhlas dalam konteks tawakal ini. Karena justeru SABAR adalah penolong yang paling mujarab bagi kita untuk tidak terjerumus ke dalam kekufuran (tidak bersyukur) dan kekafiran (aral atau keputusasaan). Allah SWT berfirman : ista’inu bishshobri washshalat (jadikan sabar dan shalat sebagai penolong kamu).

Tidak ada komentar