Makna "Sami'na wa atho'na, kami dengar dan kami taat"
- Salah satu pelajaran penting perisitiwa Isra Mi'raj ini adalah kaidah "samina wa atho'na" di dalam diri orang-orang beriman, kami dengar dan kami taat.
- ketika Rasulullah mengabarkan tentang perjalanan beliau isra dan mi'raj, orang-orang kafir mendustakan, menertawakan & menganggap beliau gila.
- Kecuali orang-orang beriman, mereka mempercayainya. Bahkan Abu Bakr as Shiddiq brkata, "Meskipun Muhammad mengatakan lebih dari itu, akupun percaya."
- Pun ketika seseorang pemuda mendatangi Rasulullah dan berkata, "Wahai Muhammad, berdirilah." Kemudian Rasulullah berdiri.
- "Angkatlah kakimu, yang kanan!" katanya setelah sebelumnya menanyakan tentang isra mi'raj. Kemudian Rasulullah mengangkat kaki kanan, mengernyit.
- "Sekarang angkat kaki kirimu!" kemudian Rasulullah diam sejenak, paham apa maksud pemuda tersebut.
- "Kalau aku angkat kaki kiriku sementara kaki kananku masih diangkat, aku pasti jatuh terguling." jawab beliau lembut, masih dengan penuh kesabaran.
- Kemudian pemuda itu tertawa terbahak-bahak, "Inilah bukti bahwa kau pembohong! Mengangkat kedua kaki saja tidak mampu, apalagi terbang ke langit
- Rasulullah tetapi sabar dan tenang lalu beliau berkata, "Kalau kau ingin penjelasan tentang isra mi'raj, datangilah sahabatku, Ali bin Abi Thalib."
- Masih sambil tertawa-tertawa ia pergi meninggalkan Rasulullah dan menemui Ali. Kemudian pemuda itu meminta Ali menjelaskan peristiwa isra mi'raj.
- "Aku brtanya kepada Muhammad apakah betul ia naik ke langit. Lalu ia tidak bisa mmbuktikannya kepadaku stlh memintanya mengangkat kedua kakinya."
- Ali mendelik, ia mencabut pedangnya dan dengan cepat mengarahkan pedangnya ke leher si pemuda. Lalu pemuda itu terkapar, berdarah-darah.
- Para sahabat yang menyaksikan perisitiwa itu lantas berkata, "Wahai anak Abi thalib, apa yang kau lakukan!? Betapa gegabahnya engkau !!!.....
-...Kejam dan berperikemanusiaan! Bukankah Rasulullah memintamu menjelaskan kepadanya tentang isra mi'raj? Bukan membunuhnya!" kata mereka cemas.
- "Dia ini, Rasulullah sendiri yang mnceritakan tentang isra mi'raj. Justru ia mengejek dan menghina beliau. Padahal Rasulullah sudah dengan sangat lembut....
- ...apalagi beliau sendiri yang mengalami perisitiwa tersebut. Tentu beliau lebih paham dan jelas tentang itu. Artinya ucapan beliau lebih jelas daripada aku...
- Rasulullah yang bercerita saja ia justru mendustakan dan menghina. Alih-alih jika seorang Ali yang menceritakannya, mana mungkin ia mempercayainya...
- Kedatangannya bukan untuk atau mencari tahu, tetapi untuk atau merendahkan dan melecehkan keimanan kita....
- Maka agar ia percaya, ia harus mati dulu baru ia tahu dan percaya akan semua perkara yang ghaib selama ini!" ucap Ali dengan mantap...
- Inilah sikap orang-orang beriman, sami'na wa atho'na. Apa-apa yang datang dari Allah dan RasulNya didengarkan dan ditaati. Bukan mencari-cari alasan menghindar.
- Bagaimana sikap kita selama ini terhadap ayat-ayat al-Quran? Hadits-hadits Rasul? Mengimaninya kah atau justru menolak dan mencari-cari alasan untuk atau menolaknya?
- Al-Quran, itu adalah kalamullah (kalimat-kalimat Allah), sebagai wahyu bagi Rasulullah yang isinya mencakup semua hukum dasar dlm Islam. Sikap kita bagaimana?
- Sedangkan hadits itu adalah perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan) dan penyifatan yang dinisbatkan kepada Rasulullah. Dan sikap kita bagaimana?
- Dalam hadits itu sendiri ada tingkatan kualitas berdasarkan sanadnya. Ada shahih, hasan & dha'if (urutan sesuai kualitas tertinggi ke terendah).
- Ketika itu hadits shahih pun sudah disampaikan, sedagkan kita masih mendustakannya, atau mencari-acari arti yang lain untuk / menolaknya, berimankah kita?
- Ini adalah salah satu pelajaran yg sangat berharga dari peristiwa isra mi'raj: mengukur kualitas keimanan dengan kaidah "sami'na wa atho'na".
- Karena semua yang datang dari Rasulullah adalah kebenaran, kebaikan dan kemuliaan yg diberikan oleh Allah. "Kami dengar dan kami taat." Ini!
- Sudah sejauh apakah kita mengimani Allah dan Rasulnya sementara kita masih sibuk 'membuktikan' apa-apa yang ada di Quran dan hadits baru kita percaya.
- Bagaimana sikap kita selama ini terhadap al-Quran dan as-sunnah? Seperti Abu Bakar kah yang langsung mempercayainya tanpa banyak bertanya?
- Atau seperti orang-orang kafir dan pemuda tadi yang banyak mempertanyakan apa-apa yang sudah Allah tetapkan dan yang sudah Rasulullah sampaikan?
- Bersikap kritis dan banyak bertanya memang baik, tapi bukan dlm konteks ini. Karena Allah itu Maha Mengetahui perkara yang dzhair maupun yang ghaib.
- "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,.
- .. dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al Baqarah [2] : 216)
- Wallahu a'lam bishawab. Semoga kita bisa menyempurnakan keimanan kita dengan "sami'na wa atho'na" atas apa-apa yang sudah Rasulullah sampaikan.
- Semoga dimaafkan segala kesalahan, semoga manfaat dan berkah, dan semoga makin diteguhkan keimanan kita semua muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat.
Jazakumullah khayran katsir
Post a Comment