Debu-debu Kemunafikan

“Sesungguhnya orang-orang munafik menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS.4: 142).

Jangan kotori hatimu dengan kemaksiatan, dia adalah lokus dalam menentukan arah kehidupanmu. Hati adalah lokus (tempat) beramal dan tempat dosa. Sebab itu, jagalah dia dari debu-debu kemunafikan, debu-debu kemaksiatan yang nantinya akan mengekspresikan sesuai dengan isinya. Seperti teko akan mengeluarkan isi teko. Jika teko itu isinya susu dituang pasti keluar susu. Tidak mungkin teko itu isinya susu tiba-tiba dituang keluar kopi. Hati yang selalu bercahaya dari cahaya Ilahiyah itulah hati nurani. Jangan engkau biarkan dia tidur lelap, engkau harus bangunkan dia, aja dialog ketika engkau melangkah hendak melakukan aktivitas agar engkau tidak salah melangkah.. Kadang kita sudah bangun, kita sudah “ngleler”, namun hati nurani kita belum sehingga yang mendominasi adalah nafsu syaithaniyah. Sebab itu, Kata Rasulullah, istafti nafsaka, mintalah nasihat pada dirimu, istafti qalbaka, mintalah nasihat pada hatimu.

Apabila nafsu setan yang menonjol, maka akan melahirkan setan yang berpenampilan manusia. Setan-setan itu akan membisikkan pada setiap manusia yang indah-indah tentang kehidupan dunia agar manusia itu tergiur dengan dunia sehinga dia menjadi budak dunia. Hal ini sesuai dengan firman-Nya,

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Qs.6: 112).

Dunia ini adalah kesenangan yang sesaat, temporer. Sebab itu, janganlah tergiur padanya. Dunia ini ibarat tempat singgah orang musafir suatu saat dia akan melanjutkan perjalanannya untuk menuju ke terminal sebenarnya, tempat istirahat yang melepaskan segala kelelahan itulah kampung akhirat. Namun untuk melanjutkan perjalanannya, di tengah-tengah perjalanan banyak rintangan dan godaan. Ibarat kita berjalan di atas duri, selalu hati-hati karena penuh dengan duri. Kita harus hati-hati banyak duri-duri kemaksiatan, duri-duri kemungkaran yang ada disekitar kita. Jangan biarkan melangkah begitu saja tanpa hati-hati. Kalau toh tertusuk duri kemaksiatan jangan dibiarkan berlarut-larut nanti akan menambah titanus qalbu kita, membengkak sehinga menghancurkan sendi-sendi keimanan. Sebab itu, cepat cabut duri kemasiatan itu, lalu berobatlah dengan resep obat Allah yakni taubat.

Sadarilah dirimu bahwa setiap manusia punya kesalahan, pernah tertusuk duri kemaksiatan walaupun duri itu kecil. Tetapi sebaik-baik manusia yang punya kesalahan dia bersegerah bertaubat mengejar ampunan Ilahi, membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran kemaksiatan dengan cara mandi di samudra taubatan nasuha. Samudra yang penuh magfirah, penuh dengan mutiara-mutiara yang selalu bercahaya kedalam qalbu manusia itulah cahaya Ilahi. Tetapi jangan main-main di samudra maghfirah tersebut tanpa penyesalan, tanpa bekal ilmu dan hati-hati untuk menuju ke pelabuhan yang sebenarnya. Suatu saat engkau bisa tenggelam kembali dalam kemaksiatan.

Oleh karena itu, ingatlah selalu kepada-Nya sebelum engkau berjumpa dengan-Nya; ingatlah sebelum diingatkan kematian, yang bisa membuatmu menyesal ketika penyesalan tiada gunanya lagi bagi dirimu. Perbaruilah selalu hatimu, sebab jika baik hatimu, baik pula seluruh keadaanmu. Oleh karena itu, Nabi saw. bersabda,

“Di dalam jasad anak Adam terdapat segumpal daging. Apabila daging itu baik, akan menjadi baik seluruh jasadnya. Sebaliknya, apabila daging itu rusak, akan menjadi rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari & Muslim)

Hati akan menjadi baik dengan takwa dan tawakal kepada Allah SWT, dengan selalu mentauhidkan-Nya, dan senantiasa ikhlas dalam setiap amal. Dan hati akan menjadi rusak karena hal-hal yang sebaliknya. Hati seperti burung di dalam sangkar yang kokoh, seperti permata di dalam kotak kecil, atau seperti harta-benda di dalam lemari.

Ibnu Abi Malik berkata, “Saya mengetahui karakter tiga puluh sahabat Nabi saw.. Semuanya takut pada sifat-sifat kemunafikan yang terjadi pada diri mereka. Dari sahabat Ali atau Hudzaifah—keduanya diridhai Allah—yang mengatakan, ‘Hati itu ada empat macam. Pertama adalah hati yang hidup, seperti lampu yang senantiasa meneranginya. Itulah hati orang yang beriman. Kedua adalah hati yang hitam gelap, yaitu hatinya orang kafir. Ketiga adalah hati yang tersungsang, yaitu hati orang munafik. Keempat adalah hati yang bercabang dua. Cabang pertama didorong oleh keimanan, cabang yang kedua didorong oleh kemunafikan. Mereka adalah orang-orang yang mecampurbaurkan amalan salih (benar) dengan amal buruk (batil).” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, marfu’).

Sebab itu, apabila engkau menginginkan agar Allah senantiasa bersamamu, engkau mesti menyibukkan diri dengan ketaatan dan kesabaran bersama-Nya, serta ridha terhadap segala perlakuan-Nya kepadamu dan kepada orang-orang selainmu. Engkau juga mesti bersikap zuhud di dunia. Ambillah bagianmu dari dunia ini dengan penuh ketakwaan dan wara’. Lalu, carilah akhirat dan beramallah untuk bekal kehidupan akhirat. Nasihatilah orang-orang di sekelilingmu dan nasihatilah mereka agar taat kepada Allah. Peringatkanlah mereka, juga orang-orang selain mereka.

Engkau mesti menasihati diri sendiri terlebih dulu, baru kemudian menasihati orang lain. Sebab, engkau berkewajiban mengatur diri sendiri sebelum orang lain. Engkau tidak bisa memperbaiki orang lain sementara dirimu masih membutuhkan perbaikan. Kalau kau buta, bagaimana mungkin menuntun orang lain? Hanya perenang tangguh yang dapat menyelamatkan manusia dari amukan ombak. Sesungguhnya orang akan kembali kepada Allah karena dia mengetahui-Nya, sementara kalau dia tidak mengenal-Nya, bagaimana mungkin menuntun orang lain kepada-Nya?

Maka tidak sama orang yang buta dengan orang melihat, tidak sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak punya ilmu (Qs.39: 9). Ketauilah hanya orang yang berilmu yang bisa meraih rahmat Ilahi, dan hanya orang yang melihat yang bisa memilah dan memilih perbuatan amalnya. Beruntunglah orang-orang yang diselimuti dengan Rahman dan Rahim-Nya, dengan kasih sayang-Nya, dengan cinta-Nya yang menyelimuti seluruh relung jiwanya.

Ya Allah, sibukkanlah seluruh anggota badan kami dengan ketaatan kepada-Mu; sibukkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu; dan sibukkanlah kehidupan kami, baik siang maupun malam hari, bersama-sama dengan-Mu. Bersihkanlah hati kami dari debu-debu kemunafikan yang setiap saat menempel dalam hati kami. Engkau yang Maha mengetahui segala jeritan hati kami, bisikan hati kami; Engkau lebih dekat dari pada urat leher.

Ya Allah, pertemukanlah kami dengan orang-orang shalih yang telah mendahului kami; berilah kami rezeki; dan dan jadikan Engkau untuk kami sebagaimana untuk mereka.

Doamu akan dikabulkan oleh Allah apabila dibarengi dengan amal shalih. Doa tanpa amal ibarat busur tanpa panah. Jangan biarkan bibirmu berdzikir menyebut nama Allah sementara perbuatanmu selalu menentang Allah. Hanya hati yang bening yang bisa menyeimbangkan dzikir dengan amal shalih. Lakukanlah apa yang engkau lakukan asal tidak bertentangan dengan aturan-aturan-Nya. Karena engkau pasti akan diminta pertanggung jawaban. Cintailah apa yang kamu cintai, toh juga engkau akan berpisah denganya. Karenanya Rasulullah saw telah bersabda;

“Telah datang kepadaku malaikat Jibril, lalu berkata: Ya Muhammad, hiduplah sesukamu, tetapi sadarlah bahwa kamu pasti mati, dan cintailah siapa saja yang kamu cintai, tetapi sadarlah bahwa kamu pasti berpisah dengan dia, kerjakanlah apa saja yang kamu sukai, tetapi sadarlah bahwa kamu pasti mendapat balasannya, dan ketauilah, bahwa semulia-mulia orang beriman ialah orang yang berdiri (shalat) di tengah malam. Dan orang yang tak menggantungkan hidupnya kepada orang lain.” (Dari Jabir bin Ali).

Maka seorang ulama mengatakan, “Kawan itu ada tiga: Yang pertama berkata: “Aku bersamamu hidup dan mati.” Itu adalah amalanya. Yang kedua berkata: “Aku bersamamu sampai engkau wafat.” Itu adalah hartanya. Yang ketiga berkata: “Kami bersamamu sampai kepintu kuburan.” Itu adalah keluarganya.”

Harta dan keluarga akan berpisah dari kita, maka gunakan hartamu kejalan Allah, jalan kebenaran. Nasihatilah keluargamu, ajak mereka ke jalan Rabb-mu agar mereka jauh dari hal-hal yang mendekatkan diri dari api neraka. Yang bahan bakarnya manusia dan besi yang mendidih, diminumnya sampai tidak bisa menelan, menghancurkan semua isi perut, dikatakan kepada penghuninya, “Rasakanlah azab ini akibat ulah kamu didunia selalu berpaling dari aturan-Nya. Bukankah Allah telah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs.66: 6).

“Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka). Dan (disediakan) untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka karena kesengsaraan mereka, mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): “Rasailah azb yang membakar ini.” (Qs.22: 19-22).

Firman ini jelas, transparan, namun manusia kadang tidak menggunakan akalnya untuk merenung, betapa tidak mungkin dirinya akan mengalaminya. Sebab itu, bersihkan segala kotoran hatimu. Jauhkan dari debu-debu kemunafikan. Jangan dibiarkan hatimu kosong, melompong sehingga memberi kesempatan iblis berkembang biak dalam hatimu. Akhirnya rapuh dari nilai-nilai kebenaran.

Cobalah sesekali kita interospeksi diri, seringkali kita mengantarkan orang mati, namun kita tidak mengambil pelajaran. Kita benci sama syetan, namun ajakannya selalu dipatuhinya. Kita menginginkan surga, namun kita tidak beramal untuknya. Kita tidak suka neraka, neraka itu panas, namun berbuatan kita selalu mengarah ke neraka. Kita selalu membaca Al Quran, namun prilaku kita jauh dari ajaranya. Kita suka mefitnah, mempublikasikan keburukan orang lain, namun kita tidak pernak sibuk memperbaiki diri. Kita sering makan makanan yang enak, namun tidak pernah mengajak makan orang miskin, anak yatim, makan bersama yang sama kita makan. Kita sering perut kita kenyang, namun tidak pernah merasakan laparnya orang lain. Kita sering mendongak, namun tidak pernah menunduk demi ketawadhuan. Kita sering tertawa, namun tidak pernah menangis. Tertawa simbul kelalaian sedangkan menangis simbul kesungguhan.

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (Qs.9: 82).

Wahai saudaraku! Ketuklah pintu hatimu agar selalu terbuka menerima ajaran-Nya. Jangan biarkan terkunci mati pintu hatimu, karena dia adalah tempat dimana Allah mengenalkan-Nya. Jauhkan hatimu dari debu-debu kemunafikan, agar tidak selalu bimbang dengan kebenaran. Semoga kita jauh dari debu-debu kemunafikan, yang akan menghancurkan segala isi hati kita.

Ya Allah hapuskanlah segala dosaku.
Dosaku bagaikan pasir hingga tak mampu menghitungnya.
Jauhkan dari selang sengketa, fitnah dan duri durjana.
Engkaulah Yang Maha Mengetahui tentang kelemahan hambanya.
Sebab itu, kuatkanlah imanku, agar tidak mudah berbuat maksiat.
Engkaulah segala harapanku. Kepada siapa lagi aku memohon.
Cintailah aku, Sayangilah aku, Bersihkanlah hatiku dengan Air Salju-Mu
Agar kembali dalam keadaan bersih disisi-Mu



Tidak ada komentar