Yesus dan Bibel Dalam Sorotan

Suatu hal yang cukup aneh, bahwa Yesus sebagai satu-satunya figur utama di dalam Bibel, namun tidak memiliki satupun buku yang dinisbatkan kepada beliau. Tidak ada ’Injil Isa’ (Gospel of Jesus) ataupun ’Buku Isa’ yang kita dengar. Yang ada hanyalah buku-buku yang ditulis oleh orang selain Yesus yang berupaya untuk menyampaikan apa yang diutarakan oleh Yesus.
Upaya di dalam menulis tentang Yesus (Isa) dan Bibel dari sebuah perspektif yang logis, sebagaimana telah saya dapati, merupakan suatu usaha yang luar biasa. Begitu banyak informasi yang harus diproses, yang rasanya begitu mustahil memasukkan setiap bagian informasi historis dan skriptural ke dalam studi ini.


Oleh karena itu, saya akan menyempitkan sekup (cakupan) dari usaha keras ini dengan secara sederhana menfokuskan pada beberapa permasalahan kunci dengan menggunakan bibel sebagai sumber utama referensi. Referensi studi ini terdiri dari empat kitab Injil yang resmi (Canonical Gospels), yaitu injil Matius (Matthew), Markus (Mark), Lukas (Luke) dan Yohannes (John) dengan sejumlah kecil penunjukan kepada beberapa ayat di dalam Perjanjian Lama (Old Testament). Satu-satunya sumber utama informasi mengenai personal (pribadi) dan ajaran (message) Yesus Kristus adalah al-Qur`ân.

Mungkin akan ada orang yang berkata bahwa hanyaseorang muslim saja yang akan menggunakan al-Qur`ân sebagai sumber informasi tentang Yesus. Walau demikian, argumen yang sama dapat digunakan berkenaan dengan kaum Kristiani dan Bibel. Bahkan, inilah alasan mengapa studi seperti ini perlu dilakukan. Karena ketidakkonsistensian Bibel-lah yang membawa informasi dugaan (yang tidak pasti) sehingga menjadikan Bibel sebagai sumber yang miskin sebagai referensi yang dapat digunakan untuk melawan kaum Muslimin dan al-Qur`ân.

Al-Qur`ân, Kitab suci ummat Islâm, menjelaskan kehidupan dan ajaran Yesus dengan lebih konsisten. Satu unsur yang perlu ditambahkan mengenai kekonsistensian informasi al-Qur`ân tentang Yesus adalah, informasi tersebut diutarakan hanya dalam satu suara. Atau dengan kata lain dapat dikatakan, tidak ada lagi ‘perspektif alternatif’ (pandangan alternatif lain) yang dicakup oleh al- Qur`ân.

Kitab Perjanjian Baru (New Testament) mencakup empat kitab Injil Resmi (Canonical Gospels), yang semuanya menurut dugaan menceritakan kisah yang sama (tentang Yesus). Padahal, ketika kita membaca Injil tersebut, kita dapati bukan hanya empat Injil dengan versi yang berbedabeda ini datang kepada kita dari sumber yang berlainan, namun juga memiliki kontradiksi nyata antara satu dengan lainnya pada beberapa pembahasan kunci.

Sebagai tambahan pula, bahkan kontradiksi pun terjadi pada individu (penulis) Injil tersebut. Adapun al-Qur`ân terbebas dari semua unsur ini. Oleh karena itulah, kita harus memasukkan al-Qur`ân sebagai referensi apabila kita masih mau menggunakan pendekatan yang logis. Kuncinya adalah sikap logis.

Di dalam persidangan hukum di Amerika, bukti harus diajukan untuk membuat suatu kasus dan saksi dipanggil untuk menguatkan bukti. Namun, apabila testimoni/kesaksian saksi terbukti tidak konsisten setelah pemeriksaan ulang (cross-examination), maka kasus dinyatakan sama sekali lemah. Apabila pondasi ‘kasus’ umat Kristiani hari ini adalah Bibel, sedangkan Bibel sendiri telah ditunjukkan akan ketidakkonsistensiannya pada ‘kesaksiannya’ (testimoni), maka mereka yang mengajarkan Bibel dan membacanya, harus mempertimbangkan kembali secara serius sumber informasi keimanan mereka.

Studi ini bukanlah sebuah serangan kepada kaum Kristen atau mereka yang menyebut diri mereka sebagai Umat Kristen. Bukan pula serangan kepada Kitab Suci dari Tuhan. Ini adalah sebuah studi yang logis dan beralasan mengenai Yesus dan misi beliau. Banyak perkataan yang kita dapati di dalam Bibel yang dinisbatkan kepada Yesus konsisten dengan apa yang kita dapati dalam al-Qur`ân.

Bahkan pada kenyataannya, ucapan-ucapan dan khutbah yang dinisbatkan kepada Yesus di dalam Bibel-lah yang membangun argumentasi terbesar untuk melawan praktek kaum Kristiani hari ini. Kami bermaksud memeriksa hal itu secara singkat, insyâ Allôh.

Alasan kami perlu menunjukkan beberapa inkonsistensi di dalam Bibel adalah, untuk membuktikan bahwa :
  1. Versi Bibel pada zaman ini adalah cacat dan tidak membenarkan dugaan akan kesempurnaannya (infalibilitas/kemaksumannya).
  2. Hal ini membutuhkan untuk mencari sumber-sumber informasi lainnya dan bersikap terbuka pada sumbersumber informasi tersebut.
  3. Membuktikan bahwa apabila manusia dapat menambah dan menghapus atau merivisi Kitab Suci, maka Kitab Suci tersebut secara alami akan kehilangan keautentikannya.
Sebenarnya, masih ada beberapa sumber informasi lainnya berkenaan tentang Yesus, yang mungkin tidak diketahui oleh rata-rata para pembaca Bibel, seperti ”Dead Sea Scrolls” (Naskah/Gulungan Laut Mati) dan sejumlah besar himpunan hadîts shahîh (sabda-sabda Nabi Muhammad Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam) yang tersedia bagi setiap orang yang ingin membacanya.

Untuk tujuan studi ini, kami akan banyak berhubungan dengan Bibel dan al-Qur`ân. Kemudian, tujuan keseluruhan studi ini adalah untuk memahami dan mengapresiasi (menghormati) Yesus secara layak, dengan sikap yang paling layak bagi beliau. Kita ingin menggunakan Bibel untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah dan tidak pernah mendakwakan diri sebagai Tuhan.

Beliau juga tidak pernah mendakwakan diri sebagai anak tuhan secara literal (zhahir). Yesus tidak pernah berbicara tentang Trinitas. Kami bermaksud menggunakan Bibel untuk membuktikan ini. Buku umat Kristiani sendirilah yang akan membuktikan hal ini.

Masalahnya ada pada fakta, bahwa mayoritas umat Kristiani mengikuti mereka yang datang setelah Yesus. Paulus (Paul) yang mengangkat diri sendiri sebagai rasul (apostle), telah banyak memberikan pengaruh terhadap pengajaran Kristen ketimbang Yesus sendiri. Buku yang ditulis oleh Paulus pada hampir keseluruhan Bibel lebih banyak daripada orang selainnya, baik itu Musa (Moses), Dawud (David), Solomon (Sulaiman), Esau (Isaiah) maupun Isa (Yesus) sendiri.

Sedangkan kesemua orang-orang ini adalah nabi-nabi Allôh, namun Paulus lebih banyak tulisannya di dalam Bibel dibandingkan para nabi tersebut!

Padahal Paulus bukanlah seorang nabi dan bukan pula seorang utusan Allôh. Semua nabi pada dasarnya membawa risalah yang sama, sedangkan tulisan Paul sendiri benar-benar berbeda secara radikal dengan risalah yang dibawa oleh para nabi. Namun hal ini memerlukan sebuah studi tersendiri.

Suatu hal yang cukup aneh, bahwa Yesus sebagai satu-satunya figur utama di dalam Bibel, namun tidak memiliki satupun buku yang dinisbatkan kepada beliau. Tidak ada ’Injil Isa’ (Gospel of Jesus) ataupun ’Buku Isa’ yang kita dengar. Yang ada hanyalah buku-buku yang ditulis oleh orang selain Yesus yang berupaya untuk menyampaikan apa yang diutarakan oleh Yesus.

Dinukil dari ebok maktabah abu salma, http://www.abusalma.wordpress.com

Tidak ada komentar