Bertakwa Kepada Allah Swt Dengan Lisan
Bertakwa kepada Allah Swt dengan lisan bahkan cobaan paling besar yang menimpa ketaqwaan bersumber dari lisan. Oleh karena itu sebagian ahlul ‘ilmi’ ada yang mengatakan bahwa Sembilan persepuluh dosa-dosa berasal dari lisan.
Lisanlah yang menjerumuskan seorang mukmim kedalam dosa-dosa dan kesalahan kesalahan. Oleh karena itu, Alloh berfirman :
“tiada suatu ucapan pun yang di ucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf (50):18)
Allah Swt menggambarkan ciri khas orang-orang yang bertaqwa melalui firman-Nya :
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (QS. Al-Mukminuun (23):5)
‘uqbah bin Amir R.A, salah seorang sahabat bertanya “ wahai Rosulullah, bagaimana cara selamat? Yakni perkara apa yang dapat menyelamatkanku dari murka Alloh, kemarahan dan adzabnya?” Rosulullah menjawab SAW menjawab :
“Jagalah lisanmu; buatlah rumahmu terasa luas olehmu; dan menangislah karena kesalahanmu”(HR. ahmad dan Tarmidzi)
Mu’adz Ra pernah bertanya “wahai Rasulullah amal apakah yang dapat mendekatkanku ke surga dan menjauhkankuu dari neraka?” Rasulullah SAW menjawab “sesungguhnya engkau telah bertanya tentang hal besar dan sesungguhnya hal itu benar-benar mudah bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Allah untuk melakukannya”. Selanjutnya rasulullah SAW menyebutkan beberapa perkara yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka. Kemudian di akhir hadistnya beliau bersabda :
“Jagalah ini olehmu”seraya memegang lisanmu sendiri.
Mu’adz bertanya “Wahai rasulullah apakah kita dihukum karena apa yang kita katakan? Rasulullah SAW menjawab :
“Semoga ibumu kehilanganmu, hai Mu’adz, memang tiada yang menjungkalkan manusia kedalam neraka dengan hidung atau dengan kepala mereka di bawah, melainkan karena diakibatkan oleh ulah lisan mereka.” (HR. ahmad dan Tarmidzi, dan Ibnu Majah)
Semoga Allah melindungi kita dari bahaya lisan. Orang-orang shalih mengenal bahaya yang ditimbulkan oleh lisan, dan mereka mengetahui bahwa taqwa kepada Allah tidak dapat dilakukan, kecuali dengan menjauhi bahaya lisan.
Salah seorang Tabi’in mengatakan “Aku pernah melihat Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra memegang lisannya sendiri saat dia mengintropeksi dirinya sendiri seraya menangis, lalu berkata “inilah yang menyebabkan aku terjerumus kedalam kebinasaan’”
Dialah Abu Bakar Ash-Siddiq orang yang paling teguh dalam islam, orang yang mula-mula memenuhi seruan nabi SAW dari kalangan orang-orang dewasa, orang yang menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah SWT. Khalifah dalam islam yang menggantikan Rasulullah SAW setelah beliau tiada, dan dialah orang yang di seru pada hari kiamat dari semua pintu surga yang berjumlah delapan buah sebagaimana yang telah anda ketahui semuanya.
Sahabat Abu Bakar Ash-Siddiq yang ada di samping Rasulullah SAW bertanya “Wahai rasulullah apakah ada seseorang yang di panggil dari semua pintu surga yang delapan buah itu?” perhatikanlah cita-cita yang tinggi ini dan perhatikanlah bagaimana antusiasnya dia dalam memburu pahala yang ada di sisi Alloh SWT. Untuk itu dikatakan bahwa cita-cita yang tinggi itu bukan dengan tubuh, bukan dengan kedudukan , dan bukan pula dengan harta benda, melainkan dengan Khalbu yang tulus. Itulah khalbu yang penuh dengan cita-cita yang tinggi. Anda sangka dia diam padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.
Rasulullah tersenyum kagum kepada lelaki yang berjiwa besar yang ingin di panggil dari semua pintu surga yang ada delapan buah. Dia ingin menjadi ahli shalat, ahli puasa, ahli dzikir, ahli shadaqoh, ahli zuhud, ahli ibadah, dan ahli jihad.
Rasulullah bersabda kepadanya “benar , dan aku berharap semoga kamu termasuk salah seorang dari mereka” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Dalam sebuah atsar yang menceritakan perihal Abu Bakar RAdi sebutkan bahwa ia memasuli lahan pertanian salah seorang Anshar, saat ia sebagai Khalifah, dalam rangka melihat-lihat keadaan rakyatnya dengan ditemani oleh sejumlah sahabat. Ketika ia sampai di lahan pertanian orang Anshar dan melihat burung bertebrangan dari pohon kurma ke pohon kurma lainnya, ia pun duduk dan menangis. Dia adala orang yang banyak sedihnya lagi berhati lembut, senantiasa tidak merasa puas dengan iman yang ada dalam kalbunya, dan selalu takut kepada-Nya.
Teman-temannya dari kalangan sahabat pun bertanya kepadanya “Wahai khalifah Rasul apa yang terjadi kepadamu?” Abu Bakar menjawab “ aku menangis karena burung ini.ia terbang dengan enaknya dari satu pohon kurma ke pohon kurma lainnya, lalu datang ke sumber air dan hinggap di pohon, dan kemudian mati tanpa ada hisab dan tanpa ada adzab. Aduhai sekiranya aku menjadi seekor burung.
Para sahabat lain yang menemaninya semuanya menangis. Semoga Allah melimpahkan Rhida-Nya kepada mereka dan memberikan imbalan yang memuaskan kepada mereka.
Jika hal ini bukan merupakan sebuah pertanda kkesetiaan yang sejujurnyaBerarti manusia di dunia tidak mempunyai perasaanHanya rahmat-mu ya TuhankuApakah bukan pada dahi kamiPpertanda sujud di Bait-Mu yang makmur di kenal
Generasi mana yang menyamai generasi ini..??
Model manakah yang menyamai model yang telah di didik oleh Muhammmad SAW ini ?
Barang siapa yang ingin bertaqwa kepada Allah, hendaklah terlebih dahulu mempelajari kehidupan mereka. Karena sesungguhnya orang tidak mempelajari apa yang telah mereka katakan, apa yang telah mereka tulis, dan apa yang telah mereka tinggalkan. Berarti ia masih tetap dalam kejahilan dan ketidaktahuannya. Karena sesungguhnya mereka adalah khalifah pengganti Rasulullah SAW dan merupakan manusia yang paling tahu tentang islam.
Dalam sebuah atsar yang bersumberkan dari ibnu Abbas RA mengenai lisan di sebutkan bahwa pada suatu hari ibnu Abbas berdiri di bukit shafa, lalu menangis dan memegang lisannya sendiri seraya berkata “Hai lisan katakana lah yang baik, niscaya kamu beroleh keberuntungan, atau diamlah kamu, jangan mengatakan hal yang buruk niscaya kamu selamat.
Adapun hal yang aku pesankan kepada diriku dan juga kepada diri anda adalah taqwa kepada Allah dengan lisan, karena lisan merupakan hal yang paling berat untuk di pelihara. Oleh karena itu janganlah kita mengeluarkan kata-kata, kecuali hanya yang baik.
Salah seorang tabi’in menceritakan “kami menimba ilmu dai atha bin Rabbah selama tiga puluh tahun di tanah suci. Ternyata ia tidak pernah mengatakan kecuali hany dzikrilullah atau membaca ayat-ayat Allah atau memerintahkan yang ma’ruf atau mencegah hal yang mungkar atau mengatakan suatu keperluan yang mesti dikatakannya.
Kami bertanya kepadanya mengenai sikapnya itu. Ia menjawab “mengapa kamu bertanya demikian? Apakah kamu lupa bahwa kamu selalu disertai oleh malaikat yang menjaga nafas kamu dan mencatat ucapan-ucapanmu yang kelak dia akan memperhitungkannya terhapad kamu di hadapan Allah nanti.
Jaga lisan Anda, jangan sampai mengucapkan laknat, mengeluarkan kata-kata yang jorok dan kotor, serta berlebihan dalam begurau dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak di rhida’I oleh Allah SWT. Jagalah lisan Anda jangan sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak berguna, jangan menggumpat, jangan mengadu domba, jangan sampai meremehkan dan memperolok-olok orang lain. Khususnya orang-orang pilihan, para ulama, para penuntut ilmu, para da’i, karena sesungguhnya yang terakhir ini merupakan ciri munafik yang jelas, yang tidak ada kemunafikan lain yang lebih berat dari padanya…
Post a Comment