Seringan-ringannya Siksa Neraka

Al Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Neraka disiapkan bagi musuh-musuh Allah yang ingkar kepada-Nya. Puncak kedahsyatan siksa dan penghinaan ada di sana. Tidak ada penolong dan pelindung darinya. Tidak ada yang kuat menahan pedihnya siksa, walau yang paling ringannya.

Disebutkan dalam Shahihain, dari hadits Nu'man bin Basyir Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَرَجُلٌ تُوضَعُ فِى أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ يَغْلِى مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

"Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang diletakkan dua buah bara api di bawah telapak kakinya, seketika otaknya mendidih." (Muttafaq 'Alaih, sebagian tambahan Al-Bukhari, "sebagaimana mendidihnya kuali dan periuk."

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda;

إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَنْتَعِلُ بِنَعْلَيْنِ مِنْ نَارٍ يَغْلِى دِمَاغُهُ مِنْ حَرَارَةِ نَعْلَيْهِ

"Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya, ia memakai dua sandal dari neraka, seketika itu mendidih oraknya disebabkan panasnya dua sandalnya itu."

Dalam redaksi lain,

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ لَهُ نَعْلاَنِ وَشِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ يَغْلِى مِنْهُمَا دِمَاغُهُ كَمَا يَغْلِى الْمِرْجَلُ مَا يَرَى أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ مِنْهُ عَذَابًا وَإِنَّهُ لأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا

"Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang memiliki dua sandal dan dua tali sandal dari api neraka, seketika otaknya mendidih karena panasnya sandal tersebut sebagaimana kuali mendidih. Orang tersebut merasa bahwa tak ada seorang pun yang siksanya lebih pedih daripadanya, padahal siksanya adalah yang paling ringan di antara mereka." (HR. Muslim)

Dalam hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, siksa ini ditimpakan kepada Abu Thalib –paman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam- yang mendapat syafaat dari keponakannya sehingga diringankan siksanya,

أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِى مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

"Penduduk neraka paling ringan siksanya adalah Abu Thalib; dia memakai dua sandal (dari neraka), seketika mendidih otaknya." (HR. Muslim)

Namun perlu diingat, bahwa orang yang disiksa dengan siksa paling ringan atau diringankan siksanya di akhirat sampai pada siksa paling ringan, ia tidak merasakan pengaruh dari keringanan tersebut. Seolah-olah keringanan itu tak berguna bagi dirinya. Hal ini dikuatkan  dengan ucapannya, "Orang tersebut merasa bahwa tak ada seorang pun yang siksanya lebih pedih daripadanya." (HR. Muslim) padahal siksa yang ia dapatkan adalah seringan-ringannya siksa di sana. Ini menunjukkan, sedikitnya/seringannya siksa neraka jahannam tidak mampu ditanggung oleh gunung, apalagi manusia. Beratnya siksa yang ditanggungnya sampai ia tak merasa telah diringankan.


Pelajaran Bagi Kita

Jika seorang hamba bertambah pengetahuannya terhadap neraka pasti meningkat rasa takutnya terhadap neraka. Jika rasa takut ini meningkat, maka harus bertambah kesalehan dan perhatiannya terhadap waktunya. Karena kerugian di akhirat adalah sebesar-besar kerugian sehingga ia menangis sampai air matanya menggenang laksana sungai. "Sesungguhnya penduduk neraka akan menangis sehingga seandainya kapal berlayar di atas air matanya maka ia akan berjalan. Mereka menangis darah sebagai pengganti air mata." (HR. al-Hakim, beliau berkata: shahihul Isnad)

Penyesalan di akhirat adalah penyesalan yang tiada terkira. Sampai-sampai digambarkan, mereka menggigit tangannya sendiri sebagai bentuk penyesalan dan kerugian. Berangan-angan kalau saja ia dikembalikan lagi ke dunia maka ia akan menjadi orang beriman yang baik. Namun penyesalan itu tak lagi ada gunanya.


وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا

"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang lalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul"." (QS. Al-Furqan: 27)

وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

"Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta kami akan menjadi orang-orang yang beriman." (QS. Al-An'am: 27)


Seperti itu adalah siksa yang PALING RINGAN! Kepedihannya sudah terlalu meyakitkan. Masih lagi ditambah bahwa ia berpikir itu siksa paling pedih! PADAHAL kenyataan justru sebaliknya! Sehingga tiap-tiap penghuni neraka sepertinya merasa sangat sangat sakit dan paling perih azabnya. Itu namanya SIKSA DI ATAS SIKSA! Dalam Q.S. An-Nahl ayat 88 disebut sebagai 'adzaaban fauqal 'adzaab (siksaan di atas siksaan).

Murka Allah tidak sampai di situ saja! Sabda Rasul bahwa “Tiap-tiap penghuni neraka mempunyai 70 KULIT, dari kulit yang satu ke kulit yang lain terdapat 7 LAPIS dari api neraka”. Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa “ketebalan kulitnya sejarak 3 hari perjalanan”. Artinya, begitu lebar dan banyak lapisan kulitnya menjadikan siksa semakin terasa mematikan. Firman Allah dalam Q.S. Thaahaa: 74 dan juga sabda Rasul bahwa ia hilang akal, tidak mati (mereka ingin mati tapi tidak bisa), tidak pula hidup.

Sangat pedih, murka Allah pun tidak sampai di situ saja. Setiap 70 KULIT itu luluh, akan diganti dengan 70 KULIT yang akan terus disiksa. “... Setiap kali kulit mereka hangus, KAMI GANTI kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka (benar-benar) merasakan AZAB ...” (Q.S. An-Nisaa’: 56). Itu namanya ‘siksa yang berlipat-lipat’.

Hanya ada teriakan, rintihan, jeritan, dan tangisan sangat keras. Dan setiap kali meminta diringankan azab karena terlalu pedihnya, justru semakin DITAMBAHKAN LAGI siksa dan azabnya.

“Karena itu rasakanlah! Dan Kami sekali-kali tidak akan MENAMBAH kepada kamu selain daripada azab.” (Q.S. An Naba: 30)

Syaikh Mahir Ahmad Ash Shuufiy dalam bukunya An-Naaru Ahwaaluhaa Wa 'Adzaabuhaa (buku terjemahan: ‘Misteri Kedahsyatan Neraka’) menyatakan bahwa firman Allah tersebut, maksudnya, bahwa siksa neraka senantiasa ditambahkan, tidak pernah berhenti dan tidak pernah dikurangi. Para ahli tafsir berkata, "Di dalam Al-Quran TIDAK ada bagi penduduk neraka, AYAT YANG LEBIH PEDIH dari ayat ini. Setiap meminta pertolongan dari satu jenis siksaan, mereka ditolong dengan siksaan lain yang lebih pedih dari sebelumnya." (Tafsir Al-Qurthubi)

Selain siksa, nyala Jahannam pun ditambahkan lagi: “Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” (Q.S. Al isra: 97)

Sehingga berakhir pada suatu kesimpulan bahwa siksa Allah adalah SIKSA DI ATAS SIKSA; siksa yang berlipat-lipat! Yang masih DILIPATGANDAKAN 70 KALI, dan ini berlangsung terus-menerus (bisa berabad-abad sampai jutaan tahun) sampai seseorang ‘diangkat’ dan dimasukkan ke surga (jika ia orang ‘beriman’ TETAPI terlampau banyak dosanya; untuk melebur dosanya itu). Inilah SIKSA PALING RINGAN! Lalu bagaimana dengan siksa yang lebih berat? (dalam 1 tingkatan neraka), dan akan SEPARAH APA LAGI jika tingkatan nerakanya semakin bawah (untuk orang kafir)?

Penggalan sebuah hadits dari Anas bin Malik : “Api neraka itu ada 7 pintu, tiap-tiap pintu ada bahagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.'

Nabi saw. bertanya : 'Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?'

Jawab Malaikat Jibril: 'Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70.000 TAHUN, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 KALI LIPAT.' (yang lebih bawah lebih panas) ....”

“Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah SANGAT DAHSYATNYA.” (Al-Buruj 12)

“...lalu Allah menyiksa mereka dengan SIKSAAN YANG SANGAT KERAS.” (Al-Haqqah 10)

“...dan ketahuilah bahwa Allah SANGAT KERAS SIKSAAN-NYA.” (Al-Baqarah 196)

Ayat-ayat lain yang mengabarkan penyesalan mereka dan harapan dikembalikan ke dunia supaya bisa beramal shalih dan meninggalkan kekafiran dan kemaksiatan-kemaksiatan masih banyak. Karenanya saat masih ada kesempatan, mari kita manfaatkan hidup ini untuk beriman dan bertakwa yang sesungguhnya, lalu memperkaya diri dengan amal-amal shalih.

Wallahu Ta'ala A'lam.

Tidak ada komentar