Memahami Syariat Sebagai Orang Bertakwa

Syariat ternyata tidak harus di pahami secara literal. Tidak harus di mengerti secara harfiah. Kita harus bisa memahami makna yang ada di balik yang tampak. Kemudian di amalkan untuk kehidupan nyata. Dalam saresehan para Wali, di jelaskan bahwa pengamalan syariat itu di maksudkan untuk dapat hidup dengan budi pekerti yang baik. Karena itu, dalam beragama seseorang harus terus menerus meningkatkan kualitas akhlaknya atau budi pekertinya. Bermula menjadi orang muslim, lalu meningkat menjadi mukmin, dan akhirnya menjadi orang yang mutakin (bertakwa).


Syariat dimaksudkan untuk membangun kepribadian muslim. Karena itu orang yang mengamalkan syariat itu harus bisa menerapkannya dalam kehidupan nyata.

1. Meninggalkan Larangan Allah
Jelas bahwa pengamalan nyata yang pertama dari syariat adalah meninggalkan larangan Tuhan. Berbagai bentuk syariat yang ada di dalam rukun Islam sebenarnya cara untuk mendisiplinkan diri. Untuk melatih diri. Untuk kebugaran raga dan jiwa pelakunya. Tapi, tidak cukup berhenti sampai disini. Ada tujuan yang perlu di tindak lanjuti! Yaitu, meninggalkan larangan Tuhan. Apa yang dimaksud dengan larangan Tuhan? Ya semua perbuatan dan tindakan yang merugikan atau menjalimi orang lain maupun dirinya sendiri. Di antaranya, makan harta orang lain dengan jalan batil. Menyakiti orang lain. Membunuh. Mabuk-mabukan, menipu, menghasut atau memprovokasi. Mengingkari janji. Serakah.

2. Melaksanakan Kebajikan atau Perbuatan Mulia
Antara lain, niat yang baik. Saling menolong. Bertetangga yang baik. Mengentaskan fakir dan miskin. Menciptakan lapangan kerja. Turut serta membangun sarana umum, seperti sekolahan, rumah sakit, taman rekreasi, taman bermain anak-anak, dan tempat ibadah. Termasuk dalam perbuatan mulia adalah berbakti kepada orang tua dan guru. Tunduk pada peraturan dan perundang-undangan negara. Dengan kata lain turut serta dalam penegakan hukum di suatu negara. Ketika institusi untuk mengatur kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara belum ada, syariat dalam agama dapat di katakana sebagai institusi peñata kehidupan bersama. Nah, jika kesalehan dalam hidup ini sudah menjadi bagian pelaksanaan syariat agama, maka selanjutnya kita tinggal meningkatkan keimanan dan ketakwaan hidup ini. Meningkatkan keikhlasan dan semangat hidup yang benar. Tanpa wujud nyata dalam hidup ini, maka syariat hanyalah formalitas belaka!.

Tidak ada komentar