Perbedaan Ruh dan Nafs Dalam Jasad Manusia


DALIL-DALIL TENTANG RUH MANUSIA
Ketahuilah, sesungguhnya ruh manusia itu hanya tercipta hasil tiupan semata, tiupan siapa? Tentulah hanya tiupan Allah, sebab tiupan manusia tidak bisa menciptakan ruh dan memasukkannya ke dalam seni rupa yang telah kita buat.

Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang menggambar (makhluk yang bernyawa), maka pada hari kiamat dia akan disuruh untuk meniupkan ruh kedalam gambar yang telah dia buat, sedangkan hal itu tak mungkin dia bisa melakukannya!”. (Hadits Shahih; Didalam Kitab Shahih Bukhari: 5506).

Jadi terciptanya ruh adalah dihasilkan dari tiupan Allah semata. Tapi ketahuilah, jikalau seseorang ditaqdirkan untuk hidup di dunya, sekalipun orang tersebut keburu mati di dalam rahim ibunya sebelum dia dilahirkan, maka ruh itu akan tetep hidup di ‘alamnya.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri: “Kami mendapatkan tawanan perempuan, and kami hendak menyetubuhinya dengan cara ‘Azl, lalu kami menanyakan hal tersebut kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW, lantas Beliau SAW bersabda: ‘Apakah kalian benar-benar melakukannya? Apakah kalian benar-benar melakukannya? Apakah kalian benar-benar melakukannya? Tidaklah tercipta ruh sampai hari kiamat, melainkan dia akan tetap tercipta’!”. (Hadits Shahih; Didalam Kitab Shahih Muslim: 2600).

Jadi sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan ruh itu terus-menerus sampai hari kiamat, sekalipun ruh itu adalah ruh hewan (ruh binatang), sebab ruh bukanlah sesuatu yang qadim (terdahulu, yang ada tanpa permulaan). Setiap kali ada makhluk yang bernyawa akan tercipta di rahim ibunya, maka seketika Allah menciptakan ruh untuk makhluk hidup tersebut. Dan apabila janin telah mencapai usia 40 hari, maka dengan segera malaikat Arham (Malaikat Rahim) masuk ke dalam perut sang bunda untuk meniupkan ruh ke dalam jasad calon bayi tersebut.

Rasulullah Saw bersabda: “Malaikat masuk (ke dalam perut) untuk meniupkan ruh kepada janin setelah 40 hari.” (Shahih Musnad Ahmad: 15556).

Allah Ta’ala berfirman: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”. (Qs As-Sajdah: 9).

Setelah ruh dimasukkan ke dalam jasad jabang bayi, maka ruh itu menyatu dengan jasad, dan jadilah manusia (atau hewan). Barulah dia dapat bergerak-gerak. Setelah ruh dimasukkan ke dalam jasad, maka orang (atau hewan) itu akan hidup dan dapat bergerak bebas dengan badannya sesuai tenaga ruh yang ada di dalam jasad itu. Apabila orang (atau hewan) itu mati, maka Malaikat Maut menjemputnya dan memaksanya keluar dari dalam jasad. Ketika ruh keluar dari dalam jasad, maka penglihatan akan mengikuti kemana ruh itu pergi.


Rasulullah SAW bersabda: “Apabila ruh telah dicabut (dari dalam tubuh), maka penglihatan pun akan mengikutinya dan keluarganya pun meratap histeris. Dan janganlah sekali-kali mendoakan atas diri kalian kecuali kebaikan, sebab ketika itu malaikat akan mengaminkan apa yang kalian ucapkan!”. (Hadits Shahih; Didalam Kitab Shahih Muslim: 1528).

Kemanakah ruh manusia pergi? Tentulah ruh manusia pergi dibawa oleh Malaikat Maut ke atas langit yang ketujuh untuk bertemu dengan Tuhan. Tapi perlu dicamkan, langit itu ada tujuh lapis, dan di setiap lapisan langit itu terdapat tujuh pintu (tujuh pintu langit) yang menghubungkan antara bumi dengan langit, dan antara langit yang satu dengan langit yang ada di atasnya. Ketujuh pintu langit itu dijaga ketat oleh ketujuh orang para malaikat yang bertugas untuk menjaga pintu langit. Ketika Malaikat Maut membawa terbang ruh orang mati ke pintu langit, Malaikat Maut itu mengetuk pintu langit. Apabila selama hidupnya orang tersebut beragama Islam; selalu mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, ketika dia mati, maka pintu langit akan dibukakan untuk perjalanan ruh menuju Tuhan di atas langit yang ketujuh. Sedangkan apabila selama hidupnya orang tersebut beragama kafir (orang non Muslim); selalu berbuat kemungkaran dan kedurhakaan, ketika dia mati, maka pintu langit tidak akan dibukakan untuk perjalanan ruhnya menuju kepada Tuhan di atas langit yang ketujuh. Setelah pintu langit tidak dibukakan baginya, maka Malaikat Maut melempar ruh orang mati itu dari pintu langit yang kesatu ke permukaan bumi, dan kemudian ruh itu masuk lagi ke dalam jasadnya yang sudah mati.

Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah dia (ruh nya) seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”. (Qs Al-Hajj: 31).

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi (ruh) mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan”. (Qs Al-A’raf: 40).

Ketika ruh telah kembali ke dalam jasadnya yang sudah menjadi mayat (jenazah), maka ruh itu dapat merasakan and mendengarkan semua yang ada di sekelilingnya. Apabila mayat itu telah dikuburkan ke dalam tanah, maka ruhnya masih bisa mendengar suara-suara di sekelilingnya, bahkan pendengaran ruh orang mati jauh lebih tajam daripada pendengaran orang hidup.

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan di kuburannya dan ditinggalkan oleh teman-temannya, maka dia (ruh orang mati itu) masih mendengar suara sandal mereka”. Imam Bukhari menambahkan: “Sedangkan orang munafiq dan kafir diserukan kepada mereka”. (Hadits Riwayat Bukhari).

Ketika orang-orang yang telah menguburkannya meninggalkannya, maka ruhnya langsung didatangi oleh dua orang malaikat yaitu Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir yang bertugas untuk memeriksa di ‘alam barzakh (‘alam kubur). Lalu Malaikat itu bertanya kepada ruh orang mati itu: “Siapa tuhan-mu?; Siapa nabi-mu?; Apa agama-mu?” Apabila orang itu selama hidupnya beragama Islam serta beramal sholeh, maka dia akan mudah menjawab pertanyaan para malaikat itu: “Tuhanku adalah Allah; Nabiku adalah Muhammad; Agamaku adalah Islam”. Dengan demikian dia akan mendapatkan kenikmatan di dalam kuburannya, dia akan mencium bau syurga yang begitu sangat lezat. Namun sebaliknya, apabila orang itu selama hidupnya beragama kafirun (orang non Muslim) serta beramal yang fasiq dan selalu berbuat kemungkaran, maka dia akan mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan para malaikat itu. Dengan demikian api neraka akan ditampakkan kepadanya (kepada ruhnya) di dalam kuburannya, dia akan merasakan betapa menyengatnya api neraka itu.

Rasulullah SAW bersabda: “… Lalu ruh orang mati yang jahat itu dikembalikan lagi ke dalam jasadnya (yang sudah dikuburkan ke dalam tanah) dan dua malaikat mendatanginya seraya bertanya: ‘(Man Rabbuka) Siapakah Tuhan-mu?’ Ruh orang mati itu menjawab: ‘Hah… hah… aku tidak tahu!’. Malaikat itu bertanya lagi: ‘Siapakah manusia yang diutus kepada kalian? (Siapa nabi-mu?)’ Ruh orang mati itu menjawab: ‘Hah… hah… aku tidak kenal’. Lalu diserukan suara dari langit bahwa dia telah mendustakan hamba-Ku. Maka dekatlah dia dengan neraka dan dibukakan pintu neraka hingga panas dan racunnya sampai kepadanya. Lalu kuburannya disempitkan hingga tulang-tulang iganya saling bersilangan. Dan didatangkan kepadanya seorang yang wajahnya buruk, pakaiannya buruk dan baunya busuk dan berkata kepadanya: ‘Berbahagialah dengan amal jahatmu. Ini adalah hari yang kamu pernah diingatkan!’. Ruh orang mati itu bertanya: ‘Siapakah kamu?, Wajahmu adalah wajah orang yang membawa kejahatan?’ Dia menjawab kepada kepada ruh orang mati itu: ‘Aku adalah amal buruk mu!’. Kemudian ruh orang mati itu berkata lagi: ‘Ya Tuhan, jangan kiamat dulu…!'”. (Hadits Shahih).

Lantas apakah ruh orang mati bisa bertemu dengan teman-temannya di ‘alam barzakh (di ‘alam kubur)? Walallahu ‘alam bi showwab, namun ketahuilah sesungguhnya ruh seseorang tidak akan bertemu dengan ruh oranglain (alias ruh itu sendiri-sendiri dan tidak akan berhubungan dengan ruh oranglain).

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya ruh itu tidak bertemu dengan ruh (oranglain)!”. (Shahih Musnad Ahmad: 20861).

Dan apabila seseorang itu telah lama mati dan dikuburkan, lama-kelamaa ruh orang mati itu akan berubah menjadi burung yang menggantung di pohon. Hingga apabila hari kebangkitan telah tiba, maka ruh itu akan balik lagi ke dalam jasad nya.

Durrah binti Mu’adz menceritakan dari Ummu Hani, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah Saw: “Apakah ketika manusia sudah meninggal dunia kita bisa saling mengunjungi dan melihat satu sama lain?” Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Suatu saat nanti ruh akan menjadi burung yang menggantung di pohon. Sehingga apabila hari kiamat tiba, maka setiap nafs akan dimasukkan lagi ke dalam jasadnya.” (Hadits Shahih; Musnad Ahmad: 26119).


DALIL-DALIL TENTANG NAFS MANUSIA
Ketahuilah, sesungguhnya Nafs adalah Jiwa manusia / Nafsi / Diri pribadi. Ketahuilah bahwasanya Nafs manusia akan tercipta hanya setelah ruh manusia menempel di dalam jasadnya.

Allah Ta’ala berfirman: “Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu nafs saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Qs Luqman: 28).

Jadi sebetulnya, Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak menerangkan bagaimana proses terciptanya nafs (jiwa manusia). Bahkan ana (penulis) tidak pernah menemukan dalil tentang adanya nafs di dalam diri hewan. Yang ana tau, hewan hanya memiliki ruh, sedangkan hewan tidak memiliki nafs. Berarti nafs hanya terdapat pada diri manusia. Dan nafs akan tercipta setelah jasad dan ruh menyatu.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nafs mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini adalah Tuhanmu?’ Nafs mereka menjawab: ‘Betul (Engkau adalah Tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)’.” ﴾Qs Al-A’raf: 172).

Sesungguhnya didalam jasad manusia ada dua kepribadian, yaitu ruh (roh manusia) dan nafs (jiwa manusia). Ruh manusia akan selalu tetap tinggal di dalam jasadnya hingga maut menjemputnya. Namun nafs manusia tidak seterusnya berada di dalam jasadnya, sebab sewaktu manusia tidur, maka nafs akan pergi meninggalkan jasadnya.

Dari Abu Hurayrah: Rasulullah saw bersabda: “Jika salah seorang di antara kamu akan tidur, maka hendaklah ia meniupkan ke dalam pakaiannya di sebelah dalam (yang ada di sebelah kanannya), karena ia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian, kemudian hendaklah ia mengucapkan: ‘Ya Tuhanku, dengan nama-Mu aku meletakkan lambungku ini, dan dengan nama-Mu pula aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan nafsku maka sayangilah dia, dan jika Engkau melepaskannya kembali, maka peliharalah dia seperti Engkau memelihara orang-orang yang sholeh!'”. (Hadits Riwayat Bukhari & Muslim).

Allah Ta’ala berfirman: “Allah memegang nafs (orang) ketika matinya dan (memegang) nafs (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia menahan nafs (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan nafs yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (Qs Az-Zumar: 42).

ILUSTRASI NAFS ORANG TIDUR

Mengapakah manusia bisa tertidur? Jawabannya adalah, karena nafs manusia sedang dipegang (ditahan) oleh Allah Ta’ala, sehingga nafs itu keluar dari dalam jasadnya dikala tidur. Dan apabila Allah melepaskan nafs, maka nafs itu akan kembali ke dalam jasadnya, maka orang itu akan terbangun dari tidurnya.

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya nafs mu dikeluarkan (dari dalam tubuhmu) dan kemudian dikembalikan kepadamu, sampai suatu waktu yang diinginkan oleh Allah”.

Sungguh manusia tidak akan tau, kapan waktunya dia akan tertidur dan kapan waktunya dia akan terbangun, sebab nafs manusia sedang dipegang oleh Allah dikala tidurnya. Dan terserah Allah kapankah dia akan dibangunkan dari tidurnya (yakni nafs nya akan dimasukkan lagi ke dalam jasadnya). Lantas kemanakah perginya nafs ketika sedang tertidur? Yaa akhi / yaa ukhti, manusia ketika tidur, maka nafsnya akan keluar dari dalam jasadnya, kemudian dia pergi meninggalkan jasadnya, dan nafsnya terbang ke atas langit yang ketujuh untuk bersujud kepada Allah Ta’ala di atas ‘Arsy-Nya (Singgasana-Nya).

‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash Ra berkata: “Pada saat tidur, sesungguhnya nafs itu dibawa naik ke atas langit, lalu nafs itu diperintahkan sujud disamping ‘Arsy Allah (Singgasana Allah). Jikalau nafs itu dalam keadaan suci, maka dia sujud di dekat ‘Arsy Allah dan jika tidak suci, maka dia sujud jauh dari ‘Arsy Allah!”. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).


Nafs manusia yang sedang tidur, maka nafsnya keluar dari dalam jasadnya dan meninggalkan jasadnya, kemudian dia terbang ke atas langit untuk menuju ‘arsy Allah (Singgasana Tuhan) yang lokasinya terletak di atas langit yang ketujuh. Nafs-nafs manusia itu bersujud di samping ‘arsy Allah (Singgasana Tuhan) sampai waktunya dia akan dikembalikan lagi ke dalam jasadnya. Barangsiapa yang tidurnya dalam keadaan suci, maka nafsnya akan bersujud di dekat ‘arsy Allah. Sedangkan barangsiapa yang tidurnya tidak dalam keadaan suci, maka nafsnya akan bersujud namun tempat sujudnya nafs itu tidak berdekatan dengan lokasi ‘arsy Allah. Dan ketika nafs pulang lagi dan masuk lagi ke dalam jasadnya, maka dia akan terbangun dari tidurnya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih dari Salim bin Amir bahwa ‘Umar bin Khatab berkata: “Aku heran sekali tentang mimpi seorang laki-laki. Dia tidur lalu melihat dalam mimpinya sesuatu yang belum pernah terbayang dalam hatinya, dan mimpinya itu menjadi kenyataan seperti benda yang dipegang dengan tangannya dan kadang-kadang laki-laki itu mimpi lagi akan tetapi tidak terbukti apa-apa”. Maka Ali bin Abu Thalib berkata: “Bolehkah saya memberitahukan kepadamu tentang hal itu, wahai Amirul Mukminin? Allah Swt berfirman: ‘Allah memegang nafs (orang) ketika matinya dan (memegang) nafs (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia menahan nafs (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan nafs yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (Qs Az-Zumar: 42).'”. Kemudian Ali bin Abu Thalib berkata lagi: “Sesungguhnya Allah Swt mencabut semua nafs (ketika tidur). Jika yang berada di sisi Allah melihat sesuatu di langit, itu termasuk mimpi yang baik, mimpi yang sholeh, dan apa yang dilihat oleh nafs itu ketika ia kembali kepada tubuhnya, maka dalam perjalanan itu ia dikerumuni oleh syaitan-syaitan (para jin kafir) di udara yang memberikan kabar dusta, dan syaitan-syaitan itu menyampaikan kedustaan-kedustaan sehingga menimbulkan mimpi yang tidak baik”. Maka ‘Umar bin Khattab merasa kagum atas keterangan Ali bin Abi Thalib itu!

Mengapakah adanya mimpi? Itu disebabkan karena nafs manusia yang sedang tidur itu ketika dia bersujud di atas ‘arsy, dia melihat sesuatu disana. Jadi apabila nafs itu melihat sesuatu yang ada di atas langit, maka itu pertanda bahwa dia sedang mengalami mimpi baik. Namun ketika nafs itu pulang kembali ke dalam jasadnya, tiba-tiba saja di udara (di atmosfer) nafs itu bertemu dan dicegat oleh para syaitan-syaitan (para jin kafir), maka itu pertanda bahwa dia sedang mengalami mimpi buruk. Dan nafs itu akan menceritakan seputar perjalanannya itu kepada ‘aql (Memori otak) dan kepada Qalb (Kalbu), sehingga manusia ketika terbangun dari tidurnya, dia dapat mengingat mimpinya tersebut dan dapat merangkainya dengan kata-kata untuk diceritakan kepada oranglain. Dari pembahasan ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ketujuh pintu langit tidak dibukakan kepada ruh manusia yang akan menghadap tuhannya, namun ketujuh pintu langit selalu terbuka lebar bagi nafs manusia yang akan menghadap tuhannya untuk bersujud di ‘arsy ketika manusia itu tengah tertidur. Jika nafs pergi ke langit ketika tidur, maka berarti ketujuh pintu langit akan selalu terbuka lebar untuk perjalanan nafs. Namun pintu langit tidak akan terbuka bagi ruh (yakni ruh orang kafir), sesuai dengan apa yang telah ana jelaskan di atas tentang perjalanan ruh orang mati. Jadi pintu langit hanya terbuka untuk nafs, tetapi tertutup untuk ruh (ruh orang kafir). Sesungguhnya setelah manusia meninggal dunia, maka nafsnya akan dipegang kembali oleh Allah sebagaimana ketika orang itu sedang tertidur.

Allah Ta’ala berfirman: “Allah memegang nafs (orang) ketika matinya dan (memegang) nafs (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia menahan nafs (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan nafs yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (Qs Az-Zumar: 42).

Jadi tidur maupun mati, sama-sama nafsnya tidak ada di dalam jasadnya, sebab nafs orang tidur dengan nafs orang mati sedang dipegang oleh Allah Ta’ala. Maka Allah menegaskan bahwasanya semua yang memiliki nafs di dalam tubuhnya, pasti mereka akan merasakan kematian.

Allah Ta’ala berfirman: “Tiap-tiap yang yang memiliki nafs di dalam tubuhnya akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Qs Ali ‘Imran: 185).

Lantas bagaimanakah kabarnya ruh orang mati dan nafs orang mati? Sesungguhnya suatu saat nanti, ruh orang mati akan berubah menjadi burung yang menggantung di pohon. Sedangkan nafs orang mati tetap akan dipegang oleh Allah Ta’ala. Dan apabila hari kebangkitan (Yaumul Qiyamah) telah tiba waktunya, maka ruh orang mati beserta nafs orang mati akan dimasukkan kembali ke dalam tubuhnya, sehingga tubuh manusia akan kembali hidup lagi sebagaimana mestinya. Dan seluruh manusia akan hidup kembali untuk menjalani kehidupannya di akhirat kelak.

Durrah binti Mu’adz menceritakan dari Ummu Hani, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah Saw: “Apakah ketika manusia sudah meninggal dunia kita bisa saling mengunjungi dan melihat satu sama lain?” Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Suatu saat nanti ruh akan menjadi burung yang menggantung di pohon. Sehingga apabila hari kiamat tiba, maka setiap nafs akan dimasukkan lagi ke dalam jasadnya.” (Hadits Shahih; Musnad Ahmad: 26119).


KESIMPULAN:
Postingan kali ini dapat disimpulkan bahwa, perbedaan antara ruh dan nafs adalah, sebagai berikut!:
1. Ruh tercipta dari hasil tiupan Allah. Sedangkan nafs hanya akan tercipta setelah ruh dan jasad menyatu.
2. Selagi manusia hidup, ruh manusia itu tidak akan pernah keluar dari dalam jasadnya. Sedangkan nafs manusia hanya akan tinggal di dalam jasad manusia hanya ketika manusia itu sedang bangun (melek), namun ketika manusia tidur, maka nafs manusia akan keluar dari dalam jasadnya, kemudian nafs itu akan terbang ke atas langit dan bersujud di ‘arsy Allah (Singgasana Tuhan).
3. Penglihatan orang mati yang baru saja sakaratul maut akan selalu mengikuti kemana ruhnya itu pergi. Sedangkan pernglihatan orang mati yang baru saja sakaratul maut tidak akan mengikuti kemana nafsnya itu pergi.
4. Ketujuh pintu langit tidak akan dibukakan untuk perjalanan ruh manusia (ruh orang mati). Sedangkan ketujuh pintu langit akan selalu terbuka lebar untuk perjalanan nafs manusia (nafs orang tidur), sebab ruh orang mati dan nafs orang tidur sama-sama terbang ke atas langit. Hanya saja pintu langit hanya terbuka untuk nafs manusia, tetapi tertutup untuk ruh manusia (ruh orang kafir).
5. Setelah meninggal dunia, ruh manusia akan dicabut oleh Malaikat Maut dari dalam jasadnya, kemudian ruh manusia akan disimpan di ‘alam Barzakh (alam kubur). Sedangkan nafs manusia, setelah meninggal dunia, nafs manusia langsung akan dipegang oleh Allah Ta’ala, sehinggan nafs manusia tidak bisa kembali lagi ke dalam jasadnya.
6. Lama-kelamaan ruh orang mati akan berubah menjadi burung yang menggantung di pohon. Sedangkan nafs orang mati tidak akan pernah berubah menjadi burung yang menggantung di pohon, nafs orang mati akan tetap dipegang oleh Allah Ta’ala sampai hari kebangkitan (Yaumul Qiyamah). Dan apabila hari kebangkitan (Yaumul Qiyamah) telah tiba waktunya, maka setiap ruh dan setiap nafs akan dimasukkan lagi ke dalam jasadnya, sehingga manusia bisa hidup lagi sebagaimana mestinya untuk menjalani kehidupan di akhirat kelak.

Wallahu a’lam bi showwab

1 komentar: