Hidup Bagai Bunglon dan Katak


Bunglon adalah sejenis binatang melata mirip komodo kecil, yang suka hidup di dedaunan. Ia punya kelebihan unik, yakni bisa merubah warna tubuhnya dalam hitungan detik, sesuai warna medan yang ia hinggapi. Sekujur tubuhnya akan menghijau saat hinggap di atas daun warna hijau, dan segera berganti warna coklat jika ia meloncat dan hinggap di atas daun-daun kering. Sehingga hidupnya aman dan sulit dicari apalagi diidentifikasi.

Katak adalah binatang yang hidup di dua alam, di air bisa, di daratpun oke. Pandai berenang dalam air dan trampil juga melompat-lompat di daratan, makanya dikenal juga ia sebagai binatang ampibi. Ketika hujan turun lebat hingga air menggenang, sekawanan katak dengan gembira berenang ke atas permukaan air dengan cara nyikut kanan nyikut kiri, sekaligus nyepak sana nyepak sini, bahkan rela menginjak-injak teman sendiri, dalam upaya meraih posisi paling atas. Jika yang satu bersuara (jawa; ngorek), yang lain akan bersuara lebih keras lagi, sehingga mengganggu makhluk lain yang sedang beristirahat. Merasa dirinya lebih besar padahal katak termasuk jenis binatang kecil. Sampai ada peribahasa ”bagai katak dalam tempurung”

Dalam kenyataan sehari-hari, banyak orang yang pola hidupnya mirip dengan bunglon, Suka loncat sana loncat sini demi kepentingan diri dan sesuap nasi, tanpa punya karakter serta identitas diri. Orang seperti ini cepat diterima oleh masyarakat dan lingkungan sekitar, karena sangat pandai beradaptasi. Namun bagi masyarakat yang sudah mengenal bahwa dia tidak memiliki jati diri (plinpan), mereka akan membenci dan menjauhi, karena kehadirannya dianggap membahayakan kehidupan ini. Orang seperti itu oleh Allah disebut munafiq (berkepribadian ganda), Saat bertemu orang-orang baik/beriman ia menyatakan beriman, dan kala berjumpa orang-orang yang rusak/durhaka ia mengatakan; aku ini juga seperti kamu. (simak QS. 2 / al-Baqarah : 14 ). Orang seperti ini kata Nabi sangat dibenci Allah, karena dia bermuka dua. Datang ke keompok A dengan muka yang satu, dan datang ke kelompok B dengan muka yang lain (Hadits Riwayat Al-Bukhari).

Ada pula orang yang pola hidupnya mirip dengan sifat katak. Dia bisa pilih hidup di dua keadaan yang dianggap menguntungkan. Sangat gembira saat ada kesempatan untuk meraih posisi yang diinginkan, walau harus menyakiti teman seperjuangan. Bahkan bila perlu, menfitnah kawan pun dilakukan, demi tergapainya pangkat/jabatan yang menjanjikan masa depan. Pola kehidupan seperti ini hanya pantas dimiliki orang jahat, yang sepanjang hidupnya nyaris dihabiskan untuk melakukan rencana dan tindakan biadab. Sifat ini milik orang-orang jahiliyah, yang kegemarannya mengadu domba. Tidak pantas dimiliki oleh orang yang sudah berikrar; “Aku ridla Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagi Nabi Utusan-Nya, dan Islam sebagai agama”.

Dalam dunia bisnis, birokrasi, politik dan bahkan organisasi sosial/keagamaan, sering kita jumpai orang-orang yang bermental bunglon dan katak. Ia tidak mempunyai prinsip hidup yang jelas. Sekarang menjadi pendukung kelompok A dan pada kesempatan lain pindah menjadi pendukung kelompok B. Yang menang dan menguntungkan diikuti dan dibela mati-matian, sedang yang kalah ditinggal begitu saja, tanpa ada rasa iba dan sungkan. Baginya tiada teman atau lawan abadi, karena yang dibutuhkan adalah kepentingan pribadi.


BAGAIMANA SEHARUSNYA KITA?
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. pernah bersabda: ”tidak beriman seseorang hingga ia menyintai saudaranya seperti menyintai dirinya sendiri” (H.R. Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmizi, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad, dari Ibnu Abbas). Maksudnya keimanan seseorang dipertanyakan manakala dia tidak mau peduli bahkan suka membenci saudara yang seagama dengannya. Karena mukmin yang satu dengan lainnya itu, oleh Nabi diibaratkan laksana satu tubuh yang jika salah satu anggotanya sakit, maka ikut merasakan sakit pula seluruh anggota tubuhnya, demikian jugs sebaliknya. Atau ibarat sebuah bangunan yang saling membantu dan memperkokoh satu sama lainnya.

Sifat dan sikap yang seharusnya dimiliki sekaligus ditampilkan oleh seorang Mu'min dalam Al-Qur'an adalah, tegas kepada orang kafir dan kasih sayang terhadap sesama mu'min (QS. Al-Fath 48 : 29), serta gemar menolong sesama dalan hal kebaikan dan taqwa (QS. Al-Maidah  5 : 2). Sebab dalam hadits Qudsi, Allah Ta'ala berfirman : ”Barang siapa yang suka meringankan beban orang mu'min dalam kehidupan dunia, niscaya Allah akan meringankan bebannya di hari kiyamat. Barang siapa memudahkan orang yang kesulitan niscaya Allah akan memudahkan hidupnya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi aib orang Islam niscaya Allah menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya selagi hamba tersebut suka menolong saudaranya”. (Al-Hadits).

Jika budaya itu diamalkan maka akan tercipta kehidupan yang nyaman dan saling menyayang (marhamah). Terhindar dari kehidupan saling dengki, membenci, dendam lalu menfitnah, karena sifat itu menurut ajaran Agama termasuk akhlaq tercela, yang akan berujung malapetaka dalam kehidupan dunia. Semoga.

Tidak ada komentar