Hukum Alam dan Kodrat Manusia
Pengetahuan berikut harus dapat kita pahami dengan baik.
B u r u n g : hakikatnya adalah terbang bebas di alam, qodratnya adalah mengepakkan sayapnya. Sehingga jika ada burung yang dikurung (dipelihara) dimasukkan kandang kecil atau dirantai kakinya. Meskipun sebanyak apapun persediaan makanan yang diberikan, seenak apapun makanan itu, termasuk diberi pasangan lawan jenis di dekatnya, dan disayangi oleh pemiliknya, burung itu tidak akan bahagia! P a s t i, kebahagiaan burung itu hanyalah semu, maya, terbalik, dan terpaksa. Yang pasti, ia tidak akan bahagia sepenuhnya.
M a n u s i a : hakikatnya adalah makhluk ciptaan, qodratnya ialah beribadah kepada Sang Pencipta. Sudah dijelaskan Allah di Q.S. Adz-Dzaariyaat : 56. Banyak dari kita hafal luar kepala ayat ini, tetapi ‘s e k a d a r h a f a l’ saja tanpa mengerti, tanpa paham, dan tanpa menghayati.
F a k t a : sehingga banyak manusia tidak merasa bahagia. Dan dari yang merasa bahagia pun sebagian besar dari mereka hanyalah “kebahagiaan semu”; kesenangan semu yang amat payah! Ia selalu tertawa, selalu ceria, hidup sangat berkecukupan, keinginan terpenuhi, namun “H A T I” mereka BERANTAKAN. Ya, karena mereka tidak memahami qodrat manusia. Di saat bersama teman-teman ia terlihat bahagia, namun di saat sendirian pikirannya sering hancur, hatinya remuk, jiwanya diliputi sebuah kegelisahan dan ketakutan yang amat besar (payahnya mereka sering ‘menyangkal’ hal ini, sehingga melupakan hal ini, malah melupakan adanya siksa akhirat, ia tahu akhirat ada, namun tidak mencari tahu gambaran akhirat, tidak tahu seperti apa siksa akhirat itu, seberapa keras siksa-Nya, sehingga akhirat pun akan hilang dari pandangannya, lalu hari-harinya pun berlalu menjadi seolah "m u m i" berjalan
Laksana makan buah melon. Mereka hanya makan bagian 1 cm dari kulit luarnya saja. Ya, rasanya memang sudah cukup manis, meski keras. Tapi yang jauh lebih manis, empuk, dan lezat tentu bagian tengah mendekati biji. Inilah ibarat orang yang mengerti dan memahami qodrat manusia. Ia merasakan manis yang sejati (kebahagiaan sejati).
F a k t a : masih banyak kaum muslim yang hatinya was-was, khawatir, seperti ada rasa takut dan gelisah. Hatinya tidak tenang dan tenteram (apalagi orang kafir). Pandangannya sempit, sehingga hatinya pun sempit. Kita tidak bisa menyangkal lagi kenyataan miris ini, dimana manusia telah banyak berorientasi kepada dunia, dimana zaman telah mendekati kehancuran. Sungguh beruntung orang yang tetap dalam visi besar kepada akhirat. Maka satu-satunya jalan adalah dengan membuka pandangan kaum muslim selebar-lebarnya melalui pilihan ilmu-ilmu terbaik dan mendasar. Semua tetap akan sia-sia tanpa adanya mengerti, paham, dan menghayati yang diikuti istiqomah.
Percayalah, kita tidak akan bahagia tanpa melakukan qodrat utama kita. Tentu tidak sekadar asal melakukan qodrat, tetapi haruslah disertai dengan kesungguhan. Tentu pembaca mengerti maksudnya.
Jika pun kita masih belum bahagia, jawaban pasti adalah “ada masalah dengan i b a d a h kita”.
~ ibarat berbunga tiada harum tiada warna...
~ ibarat membara tanpa bahan dan tanpa apinya....
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, HANYA DENGAN mengingat Allah-lah hati menjadi TENTERAM.” (Q.S. Ar-Ra’du : 28)
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi TENANG kulit dan hati mereka DI WAKTU mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.” (Q.S. Az-Zumar: 23)
B u r u n g : hakikatnya adalah terbang bebas di alam, qodratnya adalah mengepakkan sayapnya. Sehingga jika ada burung yang dikurung (dipelihara) dimasukkan kandang kecil atau dirantai kakinya. Meskipun sebanyak apapun persediaan makanan yang diberikan, seenak apapun makanan itu, termasuk diberi pasangan lawan jenis di dekatnya, dan disayangi oleh pemiliknya, burung itu tidak akan bahagia! P a s t i, kebahagiaan burung itu hanyalah semu, maya, terbalik, dan terpaksa. Yang pasti, ia tidak akan bahagia sepenuhnya.
M a n u s i a : hakikatnya adalah makhluk ciptaan, qodratnya ialah beribadah kepada Sang Pencipta. Sudah dijelaskan Allah di Q.S. Adz-Dzaariyaat : 56. Banyak dari kita hafal luar kepala ayat ini, tetapi ‘s e k a d a r h a f a l’ saja tanpa mengerti, tanpa paham, dan tanpa menghayati.
F a k t a : sehingga banyak manusia tidak merasa bahagia. Dan dari yang merasa bahagia pun sebagian besar dari mereka hanyalah “kebahagiaan semu”; kesenangan semu yang amat payah! Ia selalu tertawa, selalu ceria, hidup sangat berkecukupan, keinginan terpenuhi, namun “H A T I” mereka BERANTAKAN. Ya, karena mereka tidak memahami qodrat manusia. Di saat bersama teman-teman ia terlihat bahagia, namun di saat sendirian pikirannya sering hancur, hatinya remuk, jiwanya diliputi sebuah kegelisahan dan ketakutan yang amat besar (payahnya mereka sering ‘menyangkal’ hal ini, sehingga melupakan hal ini, malah melupakan adanya siksa akhirat, ia tahu akhirat ada, namun tidak mencari tahu gambaran akhirat, tidak tahu seperti apa siksa akhirat itu, seberapa keras siksa-Nya, sehingga akhirat pun akan hilang dari pandangannya, lalu hari-harinya pun berlalu menjadi seolah "m u m i" berjalan
Laksana makan buah melon. Mereka hanya makan bagian 1 cm dari kulit luarnya saja. Ya, rasanya memang sudah cukup manis, meski keras. Tapi yang jauh lebih manis, empuk, dan lezat tentu bagian tengah mendekati biji. Inilah ibarat orang yang mengerti dan memahami qodrat manusia. Ia merasakan manis yang sejati (kebahagiaan sejati).
F a k t a : masih banyak kaum muslim yang hatinya was-was, khawatir, seperti ada rasa takut dan gelisah. Hatinya tidak tenang dan tenteram (apalagi orang kafir). Pandangannya sempit, sehingga hatinya pun sempit. Kita tidak bisa menyangkal lagi kenyataan miris ini, dimana manusia telah banyak berorientasi kepada dunia, dimana zaman telah mendekati kehancuran. Sungguh beruntung orang yang tetap dalam visi besar kepada akhirat. Maka satu-satunya jalan adalah dengan membuka pandangan kaum muslim selebar-lebarnya melalui pilihan ilmu-ilmu terbaik dan mendasar. Semua tetap akan sia-sia tanpa adanya mengerti, paham, dan menghayati yang diikuti istiqomah.
Percayalah, kita tidak akan bahagia tanpa melakukan qodrat utama kita. Tentu tidak sekadar asal melakukan qodrat, tetapi haruslah disertai dengan kesungguhan. Tentu pembaca mengerti maksudnya.
Jika pun kita masih belum bahagia, jawaban pasti adalah “ada masalah dengan i b a d a h kita”.
~ ibarat berbunga tiada harum tiada warna...
~ ibarat membara tanpa bahan dan tanpa apinya....
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, HANYA DENGAN mengingat Allah-lah hati menjadi TENTERAM.” (Q.S. Ar-Ra’du : 28)
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi TENANG kulit dan hati mereka DI WAKTU mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.” (Q.S. Az-Zumar: 23)
Post a Comment