tag:blogger.com,1999:blog-48871703739177280592024-03-13T07:11:35.515+07:00Rindu Tulisan IslamArtikel, Kajian dan Dakwah Islami Unknownnoreply@blogger.comBlogger511125tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-16157847036209274852022-09-03T23:55:00.003+07:002022-09-03T23:55:18.942+07:00Peran Ulama dalam Pembentukan Negara Republik Indonesia<p style="text-align: justify;">Tahun 1936 di Banjarmasin; Para ulama ketika itu berkumpul, lalu menyatakan, kira-kira format kebernegaraan bagi nusantara ini seperti apa? Karena ketika itu kita belum menjadi negara yang merdeka. Maka, dalam forum atau pun majlis Mahtsul Masail, dilontarakanlah tiga gagasan bentuk negara. Yang pertama, diajukan apa yang disebut sebagai Darul Islah, negara agama. Yang kedua diajukan apa yang disebut sebagai Darul Harb, negara dalam keadaan darurat. Dan yang ketiga adalah konsep yang pada akhirnya dipilih oleh kita semua, yaitu konsep Darus Salam, negara keselamatan, negara perdamaian, yang pada hari ini kita sebut sebagai nation state atau pun negara bangsa dengan negara kesatuan repuplik indonesia.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheWY9w2mVqDZoZEd3-sEqHBL646HUc-ZrBMlJYCoCy1xzevd_k2--T-dE2JKqJmVAoDyWI0J_MnfHBJAirad0UrGoFClG4OY0MKsIXxpiPAXBlB-wNkD2D_eEqEIvA3Vua7bKDi6ag-gdHp_qUyhOmsafAQTXW_5uz1vPKVuDOM1bJNFnfN1s8PkUKCQ/s313/sikap%20NU.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="161" data-original-width="313" height="329" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheWY9w2mVqDZoZEd3-sEqHBL646HUc-ZrBMlJYCoCy1xzevd_k2--T-dE2JKqJmVAoDyWI0J_MnfHBJAirad0UrGoFClG4OY0MKsIXxpiPAXBlB-wNkD2D_eEqEIvA3Vua7bKDi6ag-gdHp_qUyhOmsafAQTXW_5uz1vPKVuDOM1bJNFnfN1s8PkUKCQ/w640-h329/sikap%20NU.jpg" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;">Ketika itu, tidak sedikit, Bapak-Ibu dan saudara sekalian, yang mengusulkan bahwa Indonesia dijadikan sebagai negara agama, mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar. Tetapi para ulama kita, yang arif dan bijaksana, menyatkan bahwa Indonesia adalah negara yang plural, Indonesia adalah negara yang dihidupi oleh berbagai macam agama, suku, etnis, ras, golongan. Maka kita yang besar harus melindungi yang kecil, karena ini adalah bagian dari dakwah, apa yang dikembangkan dan diajarkan Nabi Besar Muhammad SAW dalam piagam Madinah yang meletakkan hak-hak kewarganegaraan bagi siapapun, agama apapun, suku apapun, berdiri sama tegak dan duduk sama rendah.</p><p style="text-align: justify;">Maka untuk itu, Bapak Ibu dan saudara sekalian, jaga perjuangan dari para alim ulama kita di dalam meletakkan dasar-dasar pendirian negara Indonesia; ini luar biasa. Maka kalau ada hari ini kelompok yang menyatakan dan akan mengganti indeologi pancasila dengan ideologi yang lain,maka kami semuanya keluarga besar Nahdhatul Ulama akan berada di barisan terdepan, untuk mempertahankan Pancasila dan NKRI. Setuju?</p><p style="text-align: justify;">Bapak-Ibu-Saudara sekalian. Semuanya tertutup dengan satu realitas negara yang luar biasa besar dan agung. Bahwa ternyata dengan Islam yang ramah bukan Islam yang marah; ternyata dengan Islam yang merangkul bukan Islam yang memukul; ternyata dengan Islam yang mengajak bukan Islam yang mengejek, Indonesia kini menjadi satu-satunya negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Ini adalah arya dan arsitek yang maha dahsyat dari para alim ulama kita.</p><p style="text-align: justify;">Maka, Bapak-Ibu dan saudara sekalian. Kita melihat, hari-hari ini, terjadi pergolakan, terjadi suatu peristiwa yang tentu menyedihkan bagi kita semua. Hari-hari ini ekspresi kebebasan yang kebablasan terjadi di berbagai macam tempat. Di Kalbar baru-baru ini kita melihat, di Minahasa baru-baru ini kita melihat, di Aceh dan Papua terlebih dahulu kita sudah melihat. Di Jakarta, yang sebetulnya kita harapkan masyarakat Jakarta yang lebih edukatif, ternyata juga tidak bisa memberikan contoh yang baik bagi warga-warga di perkampungan. Apa itu? Ternyata perbedaan tidak lagi dijadikan sebagai khasanah yang positif. Tetapi sekarang ini, Bapak-Ibu saudara sekalian, budaya mencaci, budaya menghina, budaya menyebar kebencian melalui media sosial, budaya menghujat antara satu dengan yang lain ini sekarang sudah menjadi sebuah peristiwa yang marak dan kita temukan di berbagai macam tempat. Nah, maka kalau begitu, kita semuanya keluarga besar NU, mari kita kembali, ke.... apa yang disebut sebagai nilai luhur bangsa, yaitu kita saling hormat menghormati antara satu dengan yang lain, dan inti di dalam keberagamaan; Saya menyitir apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 114 yang menyebutkan bahwa:</p><p style="text-align: right;">لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ</p><p style="text-align: justify;">Itu sebuah ayat yang sangat dahsyat sekali. Kira-kira terjemahan bebasnya adalah, tidak ada gunanya kita berbangsa-bernegara, berserikat, berkumpul, berormas, berpartai politik, berorganisasi, melakukan apapun, kalau tidak meletakkan prinsip-prinsip dalam tiga hal. Apa itu?</p><p style="text-align: justify;">Yang pertama adalah, hendaknya kita membantu kaum yang lemah, kaum yang miskin, bi shadaqatin, dengan shadaqah kita. Yang kedua adalah dengan mengerjakan hal-hal yang baik, amar makruf nahi munkar. Dan yang ketiga ini adalah suatu peletakkan dasar yang paling dalam kehidupan kita, yang disebut sebagai melakukan upaya-upaya perbaikan bagi peningkatan harkat martabat manusia sebagai sebuah transformasi bagi peningkatan kualitas hidup manusia di masa-masa yang akan datang...</p><p style="text-align: justify;">---------------------------------------------</p><p style="text-align: justify;">(Ditranskrip oleh Jusuf AN dari Orasi Sekjen PBNU, Dr.Helmy Faishal Zaini dalam Apel Kebangsaan Kebangkitan Nasional Keluarga Besar NU Kab. Wonosobo, 21 Mei 2017 di alun-alun Wonosobo).</p>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-46893605609508143412022-09-03T23:50:00.002+07:002022-09-03T23:50:35.192+07:00Madzhab Akidah, Fiqih, dan Tasawuf Dalam Nahdhatul Ulama (NU)<p style="text-align: justify;">Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw., telah melalui perjalanan yang panjang. Pasca wafatnya Rasulullah SAW, bermunculan firqah-firqah (golongan-golongan) dalam umat Islam, yang satu dan lainnya sulit didamaikan, apalagi dipersatukan.[1] Nahdhatul Ulama (NU) yang berpaham Ahlussunah wal Jama’ah memiliki tanggung jawab besar dalam rangka melindungi umat Islam tetap berada dalam tuntunan ajaran Islam yang lurus. Oleh sebab itu, NU telah memberikan garis-garis yang jelas tentang sikap keagamaannya, baik dalam masalah akidah, syariah, tasawuf, maupun siyasah.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh45WD7-00TpGb5uP-x_UICN6LOSlolVUM0QVKZcmpBrWZKpKDAf4DoAxLNL4gCaV_tY1RUyn3XVPk9vh2gWoEnb1SMZDf4T4cBSAvtuDFwGsZyH50fmDIBHodRL2d7XNUpNjKO-SHLV4j0mxiW2qVHfR2CVz-rmHO4JngXyH0NBo-WMUSFvdwRO-7B1Q/s280/nu%20dan%20agama.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="180" data-original-width="280" height="411" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh45WD7-00TpGb5uP-x_UICN6LOSlolVUM0QVKZcmpBrWZKpKDAf4DoAxLNL4gCaV_tY1RUyn3XVPk9vh2gWoEnb1SMZDf4T4cBSAvtuDFwGsZyH50fmDIBHodRL2d7XNUpNjKO-SHLV4j0mxiW2qVHfR2CVz-rmHO4JngXyH0NBo-WMUSFvdwRO-7B1Q/w640-h411/nu%20dan%20agama.jpg" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;">NU mendasarkan paham keagamaannya pada Al-Qur’an, hadist, ijma’ dan qiyas. Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadist sendiri tentu berbeda-beda antara satu paham dan lainnya. Jadi, meskipun paham-paham dalam Islam mendasarkan sikap keagamaan terhadap Al-Qur’an dan Hadist, namun pemahaman dan tafsir atas dasar tersebut berbeda.</p><div style="text-align: justify;">Dalam memahami dan menafsirkan Islam dari sumbernya, NU mengikuti Ahlussunnah wal Jamaah dengan menggunakan jalan pendekatan madzhab :<br />1. Dalam bidang akidah, NU mengikuti paham Ahlussunnah wal Jamaah yang dipelopori oleh Imam Abu al-Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi<br />2. Dalam bidang fiqih, NU mengikuti jalan pendekatan (madzhab salah satu dari madzhab Imam Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal.<br />3. Dalam bidang tasawuf mengikuti, antara lain Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali, serta imam-imam lainnya,[2] seperti Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.<br />4. Dalam Siyasah mengikuti Abu al-Hasan Ali Ibn Muhammad al-Mawardi<br />Di bawah ini dijelaskan lebih rinci tentang sikap keagamaan NU, baik dalam hal akidah, syariah, tasawuf, dan siyasah. Penjelasan tentang hal tersebut tidak mungkin menghindarkan dari biografi tokoh pendiri madzhab yang diikuti oleh NU.</div><p style="text-align: justify;"><br /></p><div style="text-align: justify;"><b>A. Akidah</b><br />Permasalahan-permasalahan keagamaan sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw., masih hidup. Namun, waktu itu, setiap kali persoalan muncul, para sahabat dapat segera memecahkannya dengan jalan Rasulullah Muhammad Saw. Apabila ada ayat-ayat yang kurang bisa dipahami, Sahabat akan menanyakannya langsung kepada Rasul, dan segera mendapatkan jawabannya. Apabila terjadi perbedaan pendapat, Rasulullah Saw. akan menengahi dan selesailah masalah.</div><p style="text-align: justify;">Namun begitu, setelah wafatnya Baginda Rasulullah Muhammad Saw., seiring dengan berjalannya waktu, berbagai permasalahan keagamaan terus bermunculan. Al-Qur’an dan Hadist yang menjadi pondasi utama umat Islam dalam berakidah dan beribadah ditafsirkan secara berbeda-beda, sehingga niscaya menimbulkan pemahaman yang berbeda.</p><p style="text-align: justify;">Sesungguhnya persengketaan akidah pada mulanya diakibatkan oleh pertentangan masalah imamah. Dari persoalan tersebut, kemudian merambah ke wilayah agama, terutama seputar hukum seorang muslim yang berdosa besar dan bagaimana statusnya ketika ia meninggal; mukmin ataukah sudah kafir.[3] Dari situ, pembicaraan tentang akidah kemudian meluas ke persoalan-persoalan Tuhan dan manusia baik menyangkut perbuatan dan kekuasaan Tuhan, juga sifat keadilan Tuhan, sampai pada persoalan apakah Al-Qur'an termasuk makhluk atau bukan.</p><p style="text-align: justify;">Sampai kemudian lahirlah paham-paham akidah, seperti Qadariyah, Jabbariyah, Mu’tazilah, Asy'ariyah dan Maturidiyah. Dua kelompok terakhir itulah yang mengambil sikap moderat yang kemudian dikenal dengan pahamnya Ahlusunnah wal Jamaah.</p><p style="text-align: justify;">Disebut Asy‘ariyah karena madzhab tersebut didirikan oleh Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari, dan Maturidiyah karena pendirinya adalah Imam Abu Manshur al-Maturidi.</p><div style="text-align: justify;">1. Abu Al-Hasan Al-Asy’ari<br />Ahlusunnah wa Jama’ah sering juga disebut dengan ahlussunnah, atau sunni, atau kadang-adang disebut 'Asy'ari atau Asy'ariyah, dikaitkan kepada guru besar yang bertama, Abu al-Hasan 'Ali al-Asy'ari. Nama lengkap beliau adalah Abu Hasan Ali bin Ismail, bin Abi Basyar, Ishaq bin Salim, bin Isma'il, bin Abdillah, bin Musa, bin Bilal, bin Abi Burdah, bin Abi Musa al-Asy'ari.[4]</div><p style="text-align: justify;">Abu Hasan 'Ali, lahir di Bashrah (Irak) tahun 260 H, 55 tahun sesudah meningalnya Imam Syafi'i. Pada mulanya, Abu Hasan merupakan murid dari ayah tirinya sendiri, bernama Syeikh Abu 'Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al-Jabai yang merupakan ulama besar Mu'tazilah. Pada waktu Abu Hasan berusia remaja, Mu'tazilah memang menjadi paham penguasa, dan ulama-ulama Mu'tazilah banyak sekali bisa dijumpai, baik di Bashrah, Kuffah, maupun Baghdad.</p><p style="text-align: justify;">Imam Abu Hasan al-Asy'ari kemudian mendapatkan hidayah bahwa dalam paham Mu'tazilah terdapat banyak kesalahan besar yang bertentangan dengan i'tiqad dan kepercayaan Nabi Muhammad Saw., dan sahabat-sahabat beliau, selain juga banyak yang bertentangan dengan al-Qur'an dan Hadis. Maka, beliau kemudian memutuskan keluar dan tampil sebagai penentang untuk melawan pendapat-pendapat kaum Mu'tazilah.[5]</p><p style="text-align: justify;">Abu Hasan Al-Asy’ari banyak berjuang menegakkan akidah Ahlusunnah wal Jamaah dengan menggunakan tulisan maupun lisan, menandingi kaum Mu’tazilah. Beliau telah merumuskan dan menulis kitab-kitab akidah sehingga namanya terkenal sebagai seorang ulama Tauhid. Di antara kitab-kitab terkenal karangan beliau adalah, Ibanah fi Ushuluddiyanah yang tediri dari 3 jilid besar, Maqallatul Islamiyiin, Al Mujaz, dan masih banyak lagi.</p><p style="text-align: justify;">Akidah Asy'ariyah merupakan jalan tengah (tawasuth) di antara kelompok-kelompok keagamaan yang berkembang pada masa masa itu (abad 3 H).[6] Kita paham, paling tidak ada dua kelompok yang saling bertolak belakang, yakni Jabariyah dan Qadariyah yang keduanya dikembangkan oleh Mu'tazilah.</p><p style="text-align: justify;">Sikap tawasuth ditunjukkan oleh Asy'ariyah dengan konsep al-kasb (upaya). Menurut Asy'ari, perbuatan manusia diciptakan oleh Allah, namun manusia memiliki peranan dalam perbuatannya. Kasb memiliki makna kebersamaan kekuasaan manusia dengan perbuatan Tuhan. Kasb juga memiliki makna keaktifan dan bahwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya.</p><p style="text-align: justify;">Berbeda dengan Jabbariyah yang menganggap bahwa manusia tidak memiliki daya dan upaya sama sekali, konsep Kasb Asy'ariyah menempatkan manusia sebagai manusia yang selalu berusaha secara kreatif dalam kehidupannya, namun tidak melupakan bahwa Tuhanlah yang menentukan semuanya.[7]</p><p style="text-align: justify;">Paham akidah seseorang tentu saja sangat memengaruhi pola kehidupannya sehari-hari, bukan saja pada masalah kepercayaan (keimanan), tetapi menyangkut urusan ekonomi, budaya dan persoalan-persoalan lainnya.</p><p style="text-align: justify;">Konsep akidah Asy’ari banyak diterima bukan hanya disebabkan lebih mudah dicerna akal sehat, tetapi karena ia mendasarkan konsep akidahnya dengan mengutamakan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadist di atas akal dan pikiran. Asya’ari tidak menolak peran akal, sebab memahami al-Qur’an dan Hadist tanpa akal adalah mustahil. Tetapi kemampuan akal terbatas, dan penggunaan akal dalam menerjemahkan wahyu tidak bisa semena-mena. Adakalanya hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah akidah (seperti Kehendak Allah, Keadilan Allah, dll) tidak bisa dijangkau oleh akal. Pada saat yang demikian itulah akal mesti tunduk kepada wahyu.</p><p style="text-align: justify;">Pada perkembangannya, Paham Asy’ariyah terus menyebar dan meluas. Kian lama kian banyak bermunculan ulama-ulama yang mengikuti, memperkuat, dan mengembangkan paham Asy’ariyah. Salah satunya adalah Imam Abu Mansur Al-Maturidi.</p><div style="text-align: justify;">2. Abu Manshur Al-Maturidzi<br />Nama lengkapnya Muhammad bin Muhammad bin Mahmud. Beliau lahir di Samarqand, tepatnya di sebuah desa bernama Maturid.[8]</div><p style="text-align: justify;">Paham akidah Maturidiyah dan Asy'ariyah memiliki keselarasan. Makanya, kedua imam besar inilah yang kemudian dianggap sebagai pembangun Madzhab Ahlusuunnah wal Jama’ah. Kalau ada yang berbeda antara keduanya, itu hanya pada madzhab fiqh yang mereka ikuti. Asy'ariyah menggunakan madzhab Imam Syafi'i dan Imam Malik, sementara Maturidiyah menggunakan madzhab Imam Hanafi.</p><p style="text-align: justify;">Di antara pemikiran Abu Manshur Al-Maturidi dalam masalah akidah adalah upaya mendamaikan antara dalil aqli dan naqli (akal dan wahyu). Paham Maturidiyah berpendapat bahwa, apabila kita berhenti berbuat pada saat tidak terdapat nash (naql) maka itu merupakan suatu kesalahan, sama juga salah apabila kita larut tidak terkendali dalam menggunakan rasio ('aql).[9]</p><p style="text-align: justify;">Jadi, antara 'aql dan naql memiliki peranan yang sama pentingnya. Menafikan peran akal dalam memahami dalil naql merupakan suatu kemustahilan.</p><p style="text-align: justify;">Sekilas, pandangan tersebut sama dengan konsep 'Asy'ariyah, tetapi sebenarnya terdapat perbedaan, yakni pada posisi akal terhadap wahyu. Dalam buku Aswaja An-Nahdhiyyah[10] dijelaskan bahwa menurut Maturidiyah, wahyu harus diterima penuh. Tapi jika terjadi perbedaan antara wahyu dan akal maka akal harus berperan menatakwilkannya. Terhadap dalam ayat-ayat tajsim (Allah bertubuh) atau tasybih (Allah serupa makhluk), misalnya, harus ditafsirkan dengan arti majazi (kiasan). Contoh seperti lafal “Yadullah” yang arti aslinya "Tangan Allah" ditakwil menjadi "kekuasaan Allah".</p><p style="text-align: justify;">Lagi, tentang sifat Allah. Maturidiyah dan Asy'ariyah sama-sama menerimanya. Namun, sifat-sifat itu buka sesuatu yang berada di luar zat-Nya. Sifat tidak sama dengan zat, namun tidak dari selain Allah. Misalnya, Tuhan Maha Mengetahui bukanlah dengan Zat-Nya, tetapi dengan pengetahuan ('ilmu)-Nya (ya'lamu bi 'ilmihi).</p><p style="text-align: justify;">Dalam persoalan kekuasaan dan kehendak (Qudrah dan Iradah) Tuhan, Maturidiyah berpendapat bahwa kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dibatasi oleh Tuhan sendiri. Jadi kehendak Tuhan tidak mutlak. Meskipun demikian Tuhan tidak dapat dipaksa atau terpaksa dalam berbuat, melainkan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.</p><p style="text-align: justify;">Misalnya, Allah menjanjikan orang baik akan masuk surga, dan sebaliknya orang jahat masuk neraka, maka Allah akan menepati janji-janji tersebut. Namun, manusia diberikan kebebasan oleh Allah dalam menggunakan daya untuk memilih antara yang baik dan yang buruk.</p><p style="text-align: justify;">Dengan demikian, menurut paham Maturidiyah, perbuatan itu tetap diciptakan oleh Tuhan. Sehingga perbuatan manusia sebagai perbuatan bersama antara manusia dan Tuhan. Allah yang mencipta, sementara manusia meng-kasab-nya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div style="text-align: justify;"><b>B. Syariah atau Fiqih</b><br />Sumber hukum Islam (Fiqh) yang utama adalah Al-Qur’an dan hadist. Sementara kita tahu bahwa ayat-ayat al-Qur’an tidak bertambah dan tidak berkurang. Sedangkan permasalahan-permasalahan baru terus muncul seiring perkembangan zaman. Maka, dibutuhkan upaya penggalian hukum, atau yang lebih sering disebut dengan istilah ijtihad.</div><p style="text-align: justify;">Ijtihad sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw., ketika Sahabat menjumpai suatu persoalan yang harus segera diputuskan sementara mereka tidak sedang bersama Rasulullah. Pada masa Khulafarurrashidin, khalifah kerap mengumpulkan para Sahabat untuk membahas suatu masalah dan menentukan hukumnya, lalu lahirlah ijma’ atau kesepakatan.</p><p style="text-align: justify;">Di antara tokoh yang mampu berijtihad sejak generasi sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in, terdapat banyak tokoh yang ijtihadnya kuat (disebut mujtahid mustaqil). Bukan hanya mampu berijtihad sendiri tetapi juga mampu menciptakan pola pemahaman (manhaj) tersendiri terhadap sumber pokok hukum Islam, yakni al-Qur'an dan Hadis. Hal tersebut dibuktikan dengan metode ijtihad yang mereka rumuskan sendiri, menggunakan kaidah-kaidah ushul fiqh, qawa'idul ahkam, qawa'idul fiqhiyyah dan sebagainya. Proses dan prosedur ijtihad yang mereka hasilkan dilakukan sendiri tersbut mendandakan bahwa secara keilmuan dan pemahaman keagamaan serta ilmu penunjang dalam berijtihad lainnya telah mereka miliki dan kuasai.[11]</p><p style="text-align: justify;">Perbedaan pendapat (ikhtilaf) dalam masalah fiqih memang tidak bisa dicegah, tetapi bukan berarti setiap orang bebas untuk berijtihad (menjadi mujtahid). Bagi orang awam, mengikuti para imam madzhab adalah wajib, demikian pendapat ulama Nahdhiyyin.</p><p style="text-align: justify;">Madzhab sendiri berarti jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dalam masalah keagamaan. Pada hakikatnya, semua orang pasti bermadzhab. Kalau tidak bermadzhab pada madzhab-madzhab lama, mereka bermadzhab kepada madzhab yang baru. Taqlid (mengikuti) pada imam madzhab bukanlah suatu kemunduran, tetapi justru sebagai sarana melestarikan dan mengembangkan ajaran Islam. Dengan bermadzhab, pewarisan dan pengamalan ajaran Islam menjadi terpelihara, ajaran Islam terjamin kemurniannya.</p><p style="text-align: justify;">Para imam madzhab adalah orang-orang yang sudah terkenal kealimannya dan sangat menguasai ilmu-ilmu al-Qur'an dan hadist. Jadi, apabila dikatakan bahwa bermadzhab bukanlah jalan yang diajarkan oleh Rasulullah, sesungguhnya hal tersebut tidak berdasar. Sebab para Imam madzhab adalah orang-orang yang ketaatannya pada al-Qur'an dan sunnah sudah teruji. Bermadzhab berarti mengikuti apa yang sudah menjadi pegangan imam madzhab.</p><p style="text-align: justify;">Dalam ranah fiqh, NU bermadzhab kepada madzhab empat yang masyhur, yakni, Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Pertanyaan yang krap muncul adalah, kenapa NU hanya memilih empat madzhab untuk dijadikan pijakan dalam berfiqh?</p><p style="text-align: justify;">Dalam buku Aswaja an-Nahdliyah, sebagaimana dikutip K.H Busyairi Harist,[12] adalah karena: Pertama, kualitas pribadi dan keilmuan mereka sudah masyhur. Jika disebut nama mereka hampir dipastikan mayoritas umat Islam di dunia mengenal dan tidak perlu lagi menjelaskan secara detail tentang keilmuan mereka. Kedua, keempat Imam madzhab tersebut merupakan Imam Mujtahid Mutlak Mustaqil, yaitu imam mujtahid yang mampu secara mendiri menciptakan manhaj al-fiqr (metode berpikir), pola, proses dan prosedur istimbath dengan seluruh perangkat yang dibutuhkan. Ketiga, Imam madzhab itu mempunyai murid-murid yang secara konsisten mengajar dan mengembangkan madzhabnya yang didukung oleh buku induk yang masih terjalin keasliannya hingga saat ini. Keempat, jika ditelusuri ternyata para Imam madzhab tersebut mempunyai mata rantai dan jaringan intelektual di antara mereka.</p><div style="text-align: justify;">1. Abu Hanifah An-Nu’man Ibn Tsabit<br />Nama lengkapnya adalah Imam Nu’man bin Tsabit. Beliau sering disebut Imam Abu Hanifah, sementara madzhabnya dikenal dengan Madzhab Hanafi. Imam Abu Hanifah adalah golongan Tabiin yang lahir pada tahun 80 H dan wafat tahun 150 H.</div><p style="text-align: justify;">Abu Hanifah mendapat gelar Al-Imam al-A'ham (Imam Agung), dan menjadi tokoh panutan di Iraq. Beliau juga dikenal sebagai penganut aliran ahlu ra'yi dan bahkan menjadi menjadi tokoh sentralnya. Di katakan Ahl ra’yi bukan berarti Abu Hanifah hanya mengandalkan akalnya. Tetapi dalam memandang Nash, beliau lebih memandang apa yang ada di balik nash (al-Qur’an dan Hadis), bukan secara tekstual. Di antara manhaj istinbath-nya yang terkenal adalah konsep al-Ihtihsan.</p><p style="text-align: justify;">Meskipun Abu Hanifah sangat terkenal sebagai Imam madzhab fiqh tetapi tidak ada satu kitab pun yang beliau tulis sampai kepada kita. Fiqh Abu Hanifah yang menjadi rujukan utama madzhab Hanafi ditulis oleh dua orang murid utamanya: Imam Abu Yusuf Ibrahi dan Imam Muhammad bin Hasan As-Syaibani.</p><div style="text-align: justify;">2. Maliki Ibn Annas<br />Malik bin Annas dilahirkan tahun 93 H dan wafat tahun 179 H di Madinah. Kelak, ia dikenal sebagai Imam Malik, pendiri madzhab Maliki.</div><p style="text-align: justify;">Imam Malik adalah seorang ahli hadist yang masyhur dengan kitab monumentalnya berjudul ‘Al-Muwatha' di nilai sebagai kita hadits hukum yang paling shahih. Bahkan, Khalifah Harun Ar-Rasyid pernah bermaksud menggantung kitab al-Muwatha' di Ka'bah dan menyuruh seluruh umat Islam untuk mengikuti isinya. Tapi, Imam Malik menjawab: ”Jangan engkau lakukan itu, karena para shahabat Rasulullah SAW saja berselisih pendapat dalam masalah furu’(cabang), apalagi (kini) mereka telah berpencar ke berbagai negeri.” Imam Malik menyadari bahwa dalam masalah fiqh perbedaan adalah suatu keniscayaan.</p><p style="text-align: justify;">Imam Malik memiliki metode tersendiri dalam meng-istimbath-kan hukum, dan metodenya tersebut masih berpengaruh sampai sekarang. Di antara langkah penting yang ditawarkan oleh Madzhab Maliki dalam berijtihad adalah pengunaan al-maslahah al-mursalah. Teori al-Maslahah al-Mursalah diilhami oleh satu paham bahwa syari’ah Islam bertujuan mendatangkan manfaat, kesejahteraan dan kedamaian bagi kepentingan masyarakat dan mencegah kemudharatan.</p><p style="text-align: justify;">Selain itu, Imam Malik juga melahirkan manhaj istimbath “Amal al-Ahl al-Madinah” yaitu perilaku sehari-hari penduduk Madinah. Imam Malik menempatkan penduduk Madinah sebagai orang yang paling tahu terhadap sunnah Rasul, termasuk nasakh dan mansukhnya. Apabila penduduk Madinah itu sepakat tentang sesuatu perilaku, maka kesepakatan ini lebih tinggi nilainya dibanding qiyas dan khabar ahad (kendati sahih sanad).</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div style="text-align: justify;">3. Muhammad Ibn Idris asy-Syafi’i<br />Pendiri Madzhab Syafi'i ini memiliki nama lengkap Muhammad bin Idris asy-Syafi'i. Imam Syafi'i dilahirkan di Ghozza tahun 150 H dan wafat tahun 204 H di Mesir. Beliau adalah juga murid dari Imam Malik di Madinah dan Imam Muhammad bin Hasan di Baghdad yang merupakan murid senior dari Imam Abu Hanifah. Pada masa wafatnya Imam malik (179 H), Imam Syafi’i telah dipercaya sebagai seorang fuqaha yang masyhur di Hijaz dan jazirah arab lainnya.</div><p style="text-align: justify;">Karya monumental dari Imam Syafi'i berjudul Ar-Risalah, sebuah kitab ushul fiqh yang pertama sampai kepada kita. Kitab itu pula yang membuat beliau dikenal sebagai Bapak Ushul Fiqh.</p><p style="text-align: justify;">Sementara itu fatwa-fatwa fiqh Imam Syafi'i dikelompokkan menjadi dua macam, yang kemudian dikenal sebagai al-Qoul Qodim dan al-Qoul Jadid. Al-Qoul Qodim (pendapat lama) merangkum pendapat-pendapat Imam Syafi'i sewaktu beliau berada di Baghdad, sementara al-Qoul Jadid (pendapat baru) merangkum pendapat-pendapat beliau setelah berada di Mesir. Semua pendapat-pendapat tersebut, terangkum dalam kitab al-Umm.</p><div style="text-align: justify;">4. Ahmad Ibn Hanbal<br />Nama lengkapnya Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, sering disebut dengan Imam Hambali. Beliau dilahirkan di Baghdad, pada tanggal 20 Rabiul Awwal tahun 164 H. Ketika masih bayi, Imam Ibn Hambal dibawa ke Baghdad tempat ayahnya meninggal dalam usianya yang sangat dini, 30 tahun. Imam Ibn Hambal merupakan murid Imam Syafi'i selama di Baghdad. Sampai Imam Syafi'i wafat beliau masih selalu mendoakannya. Imam Ahman bin Hambal mewariskan sebuah kitab hadits yang terkait dengan hukum Islam berjudul Musnad Ahmad.</div><p style="text-align: justify;"><br /></p><div style="text-align: justify;"><b>C. Bertasawuf<br /></b>Dalam bidang tasawuf Aswaja memiliki prinsip untuk dijadikan pedoman bagi kaumnya. Sebagaimana dalam masalah akidah dan fiqih, dimana Aswaja mengambil posisi yang moderat, tasawuf Aswaja juga demikian adanya.</div><p style="text-align: justify;">Manusia diciptakan Allah semata-mata untuk beribadah, tetapi bukan berarti meninggalkan urusan dunia sepenuhnya. Akhirat memang wajib diutamakan ketimbang kepentingan dunia, namun kehidupan dunia juga tidak boleh disepelekan. Dalam emenuhi urusan dunia dan akhirat mesti seimbang dan proporsional.</p><p style="text-align: justify;">Dasar utama tasawuf Aswaja tidak lain adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, jika ada orang yang mengaku telah mencapai derajat Makrifat namun meninggalkan al-Qur’an dan sunnah, maka ia bukan termasuk golongan Aswaja. Meski Aswaja mengakui tingkatan-tingkatan kehidupan rohani para sufi, tetapi Aswaja menentang jalan rohani yang bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.</p><p style="text-align: justify;">Imam Malik pernah mengatakan, “Orang yang bertasawuf tanpa mempelajari fikih telah merusak imannya, sedangkan orang yang memahami fikih tanpa menjalankan tasawuf telah merusak dirinya sendiri. Hanya orang yang memadukan keduanyalah yang akan menemukan kebenaran.”[13]</p><p style="text-align: justify;">Sudah sepantasnya, para sufi harus selalu memahami dan menghayati pengalaman-pengalaman yang pernah dilalui oleh Nabi Muhammad selama kehidupannya. Demikian juga pengalaman-pengalaman para sahabat yang kemudian diteruskan oleh tabi’in, tabi’ut tabi’in sampai pada para ulama sufi hingga sekarang. Memahami sejarah kehidupan (suluk) Nabi Muhammad hingga para ulama waliyullah itu, dapat dilihat dari kehidupan pribadi dan sosial mereka. Kehidupan individu artinya, ke-zuhud-an (kesederhanaan duniawi), wara’ (menjauhkan diri dari perbuatan tercela) dan dzikir yang dilakukan mereka.[14] Kehidupan sosial, yakni bagaimana mereka bergaul dan berhubungan dengan sesama manusia. Sebab tasawuf tercermin dalam akhlak; bukan semata hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan manusia dengan manusia lainnya. </p><p style="text-align: justify;">Jalan sufi yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan para pewarisnya adalah jalan yang tetap memegang teguh perintah-perintah syari’at. Karena itu, kaum Aswaja An-Nahdliyah tidak dapat menerima jalan sufi yang melepaskan diri dari kewajiban-kewajiban syari’at, seperti praktik tasawuf al-Hallaj (al-hulul) dengan pernyataannya “ana al-haqq” atau tasawuf Ibnu ‘Arabi (ittihad; manunggaling kawula gusti).[15]</p><p style="text-align: justify;">Kaum Aswaja An-Nahdliyah hanya menerima ajaran-ajaran tasawuf yang moderat, yakni tasawuf yang tidak meninggalkan syari’at dan aqidah sebagaimana sudah dicontohkan al-Ghazali, Junaid al-Baghdadi, juga Syekh Abdul Qadir al-Jailani.</p><div style="text-align: justify;">1. Abdl Qadir al-Jailani<br />Beliau lahir pada 470 H. (1077-1078) di al-Jil (disebut juga Jailan dan Kilan), kini termasuk wilayah Iran. Ibunya, Ummul Khair Fatimah bint al-Syekh Abdullah Sumi merupakan keturunan Rasulullah Saw., melalui cucu terkasihnya Husain. Suatu ketika Ibunya berkata, "Anakku, Abdul Qadir, lahir di bulan Ramadhan pada siang hari bulan Ramadhan, bayiku itu tak pernah mau diberi makan."[16]</div><p style="text-align: justify;">Ketika berusia 18 tahun, beliau pergi meninggalkan kota kelahirannya menuju Baghdad. "Kudatangi ibuku dan memohon kepadanya, 'izinkan aku menempuh jalan kebenaran, biarkan aku pergi mencari ilmu bersama para bijak dan orang-orang yang dekat kepada Allah.'"[17] Pada waktu itu, Baghdad dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan.</p><p style="text-align: justify;">Di Baghdad beliau belajar kepada beberapa orang ulama, antara lain Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein al Farra' dan juga Abu Sa'ad al Muharrimiseim. Beliau menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.</p><p style="text-align: justify;">Selanjutnya, pada tahun 521 H/1127 M, Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengajar dan menyampaikan fatwa-fatwa agama kepada masyarakat. Tidak butuh waktu lama beliau segera dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun, beliau menghabiskan waktunya sebagai pengembara di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi yang masyhur.</p><p style="text-align: justify;">Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dikenal sebagai pendiri Tarekat Qodiriyah, sebuah istilah yang tidak lain berasal dari namanya. Tarekat ini terus berkembang dan banyak diminati oleh kaum muslimin. Meski Irak dan Syiria disebut sebagai pusat dari pergerakan Tarekat tersebut, namun pengikutnya berasal dari belahan negara muslim lainnya, seperti Yaman, Turki, Mesir, India, hingga sebagian Afrika dan Asia, termasuk Indonesia.</p><div style="text-align: justify;">2. Abu al-Qosim Al-Junaidi Al-Baghdadi<br />Nama lengkap beliau adalah Abu al-Qosim al-Junaid bin Muhammad bin al-Junaid al-Khazzaz al-Qowariri al-Nahawandi al-Baghdadi. Beliau dilahirkan di kota Baghdad tanpa diketahui secara pasti tahun kelahirannya. Ayahnya seorang pedagang barang pecah belah, sementar Ibunya merupakan saudara kandung Sari bin al-Mughallis al-Saqathi (w.235 H/867M), seorang tokoh sufi terkemuka yang kelak menjadi gurunya.</div><p style="text-align: justify;">Al-Junaid dikenal cerdas, dan pada usia dua puluh tahun bela telah mampu mengeluarkan fatwa. Semua kalangan menerima madzhab yang dibangunnya, dan beliau disepakati sebagai penyandang gelar “Syekh al-Thaiifah al-Shufiyyah wa Sayyiduha” (Tuan Guru dan Pemimpin kaum sufi).</p><p style="text-align: justify;">Abdul Wahhab al-Sya’rani, sebagaimana dikutip Dr. K.H Saefuddin Chalim,[18] mengungkapkan paling tidak ada empat faktor yang mengantarkan al-Junaid menjadi satu-satunya figur yang berhak menyandang gelar tersebut sehingga diakui sebagai acuan dan standar dalam tasawuf Ahlussnah wal Jama’ah.</p><p style="text-align: justify;">Pertama, konsistensi terhadap al-Kitab dan Sunnah. Penguasaan al-Junaid terhadap al-Qur’an dan Sunnah membawa pengaruh positif terhadapnya dalam membangun madzhabnya di atas fondasi Islam yang kuat dan shahih. Beribadah tanpa adanya pengetahuan yang memadai dianggap bisa membawa seseorang ke dalam kesesatan. Oleh karenanya, al-Junaid begitu mengedepankan ilmu agama sebagai pegangan kaum sufi dalam menempuh jalan suluk.</p><p style="text-align: justify;">Kedua, konsistensi terhadap syari’ah. Para ulama mengakui bahwa belum pernah ditemukan di antara isyarat-isyarat al-Junaid dalam bidang tasawuf yang bertentangan dengan syari’ah. Syariah adalah rel yang jika seorang sufi keluar dari jalurnya maka pintu kebaikan akan tertutup baginya.</p><p style="text-align: justify;">Ketiga, kebersihan dalam akidah. Al-Junaid membangun madzhabnya di atas fondasi akidah yang bersih, yaitu akidah Ahlussunah wal Jama’ah.</p><p style="text-align: justify;">Keempat, ajaran tasawuf yang moderat. Ajaran tasawuf yang moderat merupakan ciri-ciri tasawuf Ahlussunah wal Jama’ah. Al-Junaid memandang bahwa orang yang baik bukanlah orang yang berkonsentrasi melakukan ibadah saja, sementara ia tidak ikut berperan aktif dalam memberikan kemanfaatan kepada manusia. Pandangan tasawuf yang demikian mematahkan tasawuf ekstrem yang beranggapan bahwa jika seseorang sudah sampai pada derajat makrifat atau wali, maka pengamalan terhadap ajaran-ajaran agama tidak diperlukan lagi baginya.</p><div style="text-align: justify;">3. Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali<br />Al-Ghazali memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali Al-Thusi. Beliau dilahirkan di kota Thus (daerah Khurasan) tahun 450 H/1058M. Beliau dikenal dengan al-Ghazali karena berasal dari desa Ghazalah, atau ada yang menganggap bahwa sebutan al-Ghazali melekat karena ayahnya bekerja sebagai pemintal tenun wol.</div><p style="text-align: justify;">Masa kecil dan masa muda al-Ghazali dipenuhi dengan belajar ilmu agama, dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu guru ke guru lain. Ia pernah belajar kepada Ahmad bin Muhammad al-Radzikani al-Thusi, Imam Abu Nashr al-Isma’ili, Syekh Yusuf al-Nassaj, Imam Abu al-Ma’ali Abdul Malik bin Abdllah al-Juwaini yang merupakan ulama terkemuka Madzhab Syafi’i.</p><p style="text-align: justify;">Kecemerlangan Al-Ghazali mengantarkannya menduduki guru besar di Universitas Nizhamiyah Baghdad (Tahun 848/1091M). Di sanalah, waktu itu, Al-Ghazali dikelilingi dengan berbagai kesenangan duniawi, tetapi hal tersebut tidak membuatnya bahagia. Lalu beliau memutuskan untuk pindah ke Damaskus di Syiria dan tinggal di kota itu. Di sana beliau lebih banyak beri’tikaf dan berzikir, menjalani riyadhah dan mujahadah. Setelah dua tahun, al-Ghazali kemudian meninggalkan Damaskus menuju Baitul Maqdis di Palestina.</p><p style="text-align: justify;">Imam al-Ghazali sebagai pelopor sufi mengembangkan tasawuf kepada dasar aslinya seperti yang diamalkan oleh para sahabat Rasulullah Saw. Ia telah menulis puluhan kitab, dan yang paling terkenal adalah Ihya Ulumiddin (Menghidupkan kembali ajaran Islam). Melalui kitab tersebut al-Ghazali memberikan pegangan dan pedoman perkembangan tasawuf Islam, dan menjadi rujukan bagi mereka dalam mengembangkan paham positifisme yang sesusi dengan akidah dan syariah.[19]</p><p style="text-align: justify;">Iman, Islam, dan ihsan mesti sejalan bersamaan. Beriman tanpa menjalankan ibadah sesuai syariat membuat keimanan seseorang diragukan. Sementara ihsan adalah amal shalih, yang diwujudkan dalam akhlakul karimah dan kedekatan hamba terhadap Tuhan.</p><p style="text-align: justify;">Dengan tasawuf al-Ghazali, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, dan Junaid al-Baghdadi, kaum Aswaja An-Nahdliyah diharapkan menjadi umat yang selalu dinamis dan dapat menyandingkan antara tawaran-tawaran kenikmatan bertemu dengan Tuhan dan sekaligus dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat. Hal semacam ini pernah ditunjukkan oleh para penyebar Islam di Indonesia, Walisongo. Secara individu, para wali itu memiliki kedekatan hubungan dengan Allah dan pada saat yang sama mereka selalu membenahi akhlaq masyarakat dengan penuh kebijaksanaan. Dan akhirnya ajaran Islam dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dengan penuh kaikhlasan dan ketertundukan.[20]</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div style="text-align: justify;"><b>D. Siyasah Abu al-Hasan Ali Ibn Muhaammad al-Mawardi</b><br />Sejak awal berdirinya, NU banyak terlibat dalam masalah politik, baik politik praktis maupun kultural. Kita tidak bisa melupakan era-era awal kemerdekaan, banyak tokoh NU yang menduduki jabatan di pemerintahan. Bahkan, pada tahun 1952, lewat Muktamar NU ke-19, NU memutuskan untuk menjadi partai politik yang kemudian bubar saat Orde Baru berkuasa (tahun 1973).</div><p style="text-align: justify;">Muktamar NU ke-27 tahun 1984 di Situbondo menjadi satu titik penting dalam sejarah NU. Dalam Muktamar tersebut NU menegaskan dirinya sebagai organisasi keagamaan yang lebih banyak berkonsentrasi dalam masalah-masalah yang dihadapi umat Islam. Sebenarnya, wacana kembali ke Khittah NU tahun 1926 sudah lama disuarakan, namun baru menjadi diskusi dan perdebatan yang serius ketika Muktamar di Sitbondo.</p><p style="text-align: justify;">Dalam formulasi Khittah NU ditegaskan bahwa NU tidak terlibat dalam organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan manapun. Namun begitu, NU tidak melarang anggotanya untuk terlibat dalam urusan politik, karena hal tersebut bukanlah eksistensi dari Khittah.</p><p style="text-align: justify;">Dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta (1989) dirumuskan 9 (sembilan) Pedoman Politik Warga NU, yaitu garis-garis pedoman untuk melangkah bagi kaum Nahdhiyin yang menerjuni dunia politik dengan tetap menjunjung tinggi Khitthah Nahdlatul Ulama.</p><p style="text-align: justify;">Di lingkungan NU juga dikenal istilah Politik Kebangsaan, Politik Kerakyatan dan Politik Kekuasaan. Berikut ini 9 Pedoman Politik Warga NU dimaksud:</p><p style="text-align: justify;">1. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama mengandung arti keterlibatan warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.</p><p style="text-align: justify;">2. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah politik yang berwawasan kebangsaan dan menuju integrasi bangsa dengan langkah-langkah yang senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur lahir batin, dan dilakukan sebagai amal ibadah menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.</p><p style="text-align: justify;">3. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah pengembangan nilai-nilai kemerdekaan yang hakiki dan demokratis, mendidik kedewasaan bangsa untuk menyadari hak, kewajiban dan tanggung jawab untuk mencapai kemaslahatan bersama.</p><p style="text-align: justify;">4. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan moral, etika dan budaya yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan yang adil dan beradab, menjunjung tinggi persatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.</p><p style="text-align: justify;">5. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan kejujuran nurani dan moral agama, konstitusional, adil, sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang disepakati, serta dapat mengembangkan mekanisme musyawarah dalam memecahkan masalah bersama.</p><p style="text-align: justify;">6. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama dilakukan untuk memperkokoh konsensus-konsensus nasional, dan dilaksanakan sesuai dengan akhlakul karimah sebagai pengamalan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.</p><p style="text-align: justify;">7. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama, dengan dalih apapun, tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kepentingan bersama dan memecah belah persatuan.</p><p style="text-align: justify;">8. Perbedaan pandangan di antara aspiran-aspiran politik warga NU harus tetap berjalan dalam suasana persaudaraan, tawadhu’ dan saling menghargai satu sama lain, sehingga di dalam berpolitik itu tetap dijaga persatuan dan kesatuan di lingkungan Nahdlatul Ulama.</p><p style="text-align: justify;">9. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama menuntut adanya komunikasi kemasyarakatan timbal batik dalam pembangunan nasional untuk menciptakan iklim yang memungkinkan perkembangan organisasi kemasyarakatan yang lebih mandiri dan mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana masyarakat untuk berserikat, menyalurkan aspirasi serta berpartisipasi dalam pembangunan.[21]</p><p style="text-align: justify;">Warga dan kiai NU yang ingin terjun ke dunia politik diperbolehkan asal mengerti ilmu politik dan piawai menjalankan strategi siyasah dengan tidak membawa label organisasi. Potensi politik kader NU juga hendaklah dikelola dengan profesional agar memberikan kontribusi bagi NU dan tidak sekadar "menjual" organisasi. Inilah pentingnya pemaknaan politik bagi kalangan Nadhiyin agar NU tidak menjadi korban ketika pesta demokrasi.[22]</p><p style="text-align: justify;">Menghindarkan dari urusan politik dan menyerahkan sepenuhnya kepada orang yang tidak kompeten justru membahayakan. Selain menghayati Khittah NU, paling tidak warga NU penting mengetahui rujukan siyasah kaum Aswaja. Salah satu ahli fiqh siyasah yang juga bermadzhab Syafi'i, yakni Abu Hasan al-Mawardi (w 450H).</p><p style="text-align: justify;">Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Bashri. Al-Mawardi dilahirkan di Bashrah pada tahun 364 H. atau 975 M. Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan dan kepandaiannya dalam berorasi, berdebat, berargumen dan memiliki ketajaman analisis terhadap setiap masalah yang dihadapinya. Sementara julukan al-Bashri dinisbatkan pada tempat kelahirannya.</p><p style="text-align: justify;">Al-Mawardi kecil hingga remaja belajar fiqh Syafi’iyah di Bashrah sebelum kemudian merantau ke Baghdad dan mendatangi para ulama untuk menyempurnakan keilmuannya dalam bidang fiqh. Imam Al-Mawardi dikenal sebagai duta diplomasi pemerintah bani Buwaih dan di sisi lain sebagai duta diplomasi khalifah Abbasiyah, terutama khalifah Qoim Baimillah.</p><p style="text-align: justify;">Salah satu di antara misinya selama menjadi duta diplomasi adalah untuk mendamaikan antara kubu-kubu politik yang berseberangan dan kubu-kubu lain yang sering berlindung di bawah kekuatan senjata dalam menyelesaikan persoalan.</p><p style="text-align: justify;">Al-Mawardi telah menulis banyak kitab baik tafsir, fikih, hisbah, maupun sosio-politik. Satu karyanya yang paling monumental adalah kitab Ahkam Shulthaniyyah (hukum-hukum ketatanegaraan) yang sampai sekarang menjadi kitab rujukan paling poluper bagi setiap orang yang mengkaji ilmu perpolitikan di kalangan Islam.</p><p style="text-align: justify;">Selain itu, di antara pemikiran Al-Mawardi yang cukup terkenal adalah, pemetaan—bukan pemisahan—antara perkara dunia dan agama dalam bukunya Adabud Dunya wad Din (perkara Dunia dan Perkara Akhirat). Menurutnya, perkara dunia adalah perkara kenegaraan (politik), sedangkan perkara agama adalah syariat Tuhan. Pemisahan ranah politik dan agama menjadi penting dalam rangka mengantisipasi percampuran keduanya. Dengan begitu, politisasi agama dapat dihindarkan.[23]</p><div style="text-align: justify;"><u>Referensi </u>:<br />[1] K.H. Siradjuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah, Cet-24, (Pustaka Tarbiyah: Jakarta, 2000). hal. 17.<br />[2] Khittah NU, Keputusan Mukamar XXVII NU No 02/MN-27/1984.<br />[3] Tim PWNU Jawa Timur, Aswaja An-Nahdhiyyah, Cet.II (Khalista: Surabaya, 2007). hal. 11.<br />[4] Sirajuddin Abbas, Op.Cit, hal. 30-31.<br />[5] Ibid, hal. 31<br />[6] TIM PWNU Jawa Timur, Op.Cit. hal. 12<br />[7] Ibid, hal. 13.<br />[8] Sirajuddin Abbas, Op.Cit, hal. 33-34<br />[9] PWNU Jawa Timur, Op.Cit. hal. 15.<br />[10] Ibid, hal. 16<br />[11] Ibid, hal. 20<br />[12] Drs. K.H. Busyairi Harits, M.Ag., Islam NU: Pengawal Tradisi Sunni Indonesia, (Khalista: Surabaya, 2010) hal. 7-8.<br />[13] Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan: Antivirus Kebatilan dan Kedzaliman, (Serambi: Jakarta, 2007). hal. 63<br />[14] PWNU Jawa Timur, Op.Cit., hal. 27<br />[15] Ibid., hal. 27<br />[16] Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Kisah Hidup Sultan Para Wali dan Rampai PEsan yang Menghidupkan Hati, Cet. IV. (Penerbit Zaman: Jakarta, 2012). hal. 16<br />[17] Ibid, hal. 17.<br />[18] Dr. K.H Saifuddin Chalim, M.A Membumikan Aswaja, Pegangan para Guru NU, (Khalista: Surabaya, 2012). hal 137-142.<br />[19] H. Soelaeman Fadeli, dan Muhammad Subhan, S.Sos., Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah, (Khalista: Surabaya, 2007). hal. 152.<br />[20] PWNU Jawa Timur, Op.Cit. hal. 30<br />[21] H. Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan, S..Sos, Op.Cip. Hal. 99-100.<br />[22] Khamami Zada dan A Fawaid Sjadzili (Ed), Nahdlatul Ulama: Dinamila Ideologi dan Politik Kenegaraan, (Penebit Kompas: Jakarta. 2010). hal.29<br />[23] Ibid, hal.109</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-52852933207677070992021-03-12T21:34:00.006+07:002022-09-03T23:14:40.420+07:00Surat Al Ashar: Waktu Ashar, Di Mana Manusia Ditimpa Khusrin (Rugi, Binasa) <div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-zXzNNKtEgwo/YEt71k82-bI/AAAAAAAAlkQ/x7npyvOctjAQs8ZGqDj9vqVgwMBee3PVACLcBGAsYHQ/s776/Waktu%2BAshar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="310" data-original-width="776" height="256" src="https://1.bp.blogspot.com/-zXzNNKtEgwo/YEt71k82-bI/AAAAAAAAlkQ/x7npyvOctjAQs8ZGqDj9vqVgwMBee3PVACLcBGAsYHQ/w640-h256/Waktu%2BAshar.jpg" width="640" /></a></div><br /> <br /></span><span style="font-family: georgia;">Firman Allah :<br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">وَالْعَصْرِ (1) </span></div><span style="font-family: georgia;">"Demi masa (waktu ashar). (Qs. Al 'ashr:1)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam bahwa makna (" Al 'Ashr") yang dimaksud adalah : "waktu ashar". Demikian satu pendapat yang diketengahkan Imam Ibnu Katsir dalam Kitab tafsir Ibnu Katsir, Qs. Al 'Ashr:1)</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br />Allah bersumpah demi satu waktu ashar. Dimana pada waktu ashar yang dijadikan sumpah-Nya itu, ada peristiwa besar akan terjadi. Sebagaimana sumpah-Nya terkait bintang. </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (76) </span></div><span style="font-family: georgia;">"Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui," (Qs.Al Waqi'ah:76)</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br />Peristiwa besar apa, yang akan terjadi diwaktu ashar itu? </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br />Firman Allah :<br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;">"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam "khusrin" (kerugian)," (Qs.Al 'Ashr:2)</span></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Allah SWT. telah bersumpah : demi "Al 'Ashr". (Qs. Al 'ashr:1). Yang menurut Zaid ibnu Aslam, maknanya ("Al 'Ashr") adalah : "waktu ashar". (Imam Ibnu Katsir dalam Kitab tafsirnya, Qs. Al 'Ashr:1). </span></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Dibalik Sumpah-Nya, Allah mengabarkan peristiwa besar akan terjadi (Qs. Al Waqi'ah:76). Peristiwa besar apa, yang akan terjadi diwaktu ashar itu ?</span></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br />"Inna al insaana lafii khusrin". (Qs.Al 'Ashr:2), sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam "khusrin". Imam Ibnu Katsir mengatakan makna (" khusrin") adalah : "kerugian, yakni rugi dan binasa."</span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">"Khusrin" menurut arti bahasa : "menderita rugi, kehilangan, kalah, terlambat, tewas/binasa, menjatuhkan, mengorbankan, mengambil, menyeret, mencabut, mendatangkan, menutup, menenggelamkan, membenamkan, terperosok, merosot, masuk ke dalam.</span></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Waktu ashar itu, adalah di hari : "matahari terbit dari barat", hingga tengah siang, lalu kembali kembali ke lintasannya seperti sediakala. Sebagaimana hadist :</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">"..... Tiba-tiba mereka melihat matahari terbit (dari arah barat), hingga matahari itu sampai di pertengahan langit, maka matahari kembali lagi ke tempat terbitnya. Nabi saw. melanjutkan sabdanya, "Saat itu tidak bermanfaat iman seseorang bagi dirinya." (HR.Ibnu Murdawaihi, dari Abdullah ibnu Abu Aufa, kitab tafsir Ibnu Katsir, Qs. AlAn'am:158). </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /><div style="text-align: justify;">Waktu ashar dihari : matahari terbit dari barat, terlambat ("khusrin") bagi manusia untuk bertaubat atau baru menyatakan keimanan. Sebagaimana orang-orang yang telah melakukan perbuatan yang dilaknat dan dimurkai Allah (Qs.Al Fath:6), lalu dengan pongah/angkuh menantang datangnya Malaikat dan Tuhan mereka serta tanda-tanda (azab) Allah. </div></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ (158)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Yang mereka nanti-nantikan tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya beberapa ayat Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, "Tunggulah oleh kalian, sesungguhnya kami pun menunggu (pula)." (Qs.Al An'am:158) </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Waktu ashar itu, manusia terlambat ("khusrin") menyadari ajal/ kebinasaan ("khusrin") mereka telah menjelang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"> </span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئاتِ حَتَّى إِذا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولئِكَ أَعْتَدْنا لَهُمْ عَذاباً أَلِيماً (18)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang." Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih." (Qs.An Nisa:18)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Waktu ashar itu, kelompok golongan kiri ("ashhaab al masy-amah"), yang memerangi golongan kanan ("ashhaab al maimanah") ditutup dan dibinasakan ("khusrin"), karena Allah mendatangkan ("khusrin") "naarun mu'shadah" (api yang tertutup rapat, qs. Al balad:19-20). </span></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">“Tidak akan terjadi Kiamat hingga ada dua kelompok yang saling berperang… (lalu beliau menuturkan hadits, dan di dalamnya) hingga matahari terbit dari barat, ...” (HR.Bukhari, dari Abu Hurairah ra.)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Waktu ashar itu, manusia binasa ("khusrin"), mereka ditenggelamkan, dibenamkan, terperosok, merosot, masuk ("khusrin") ke dalam perut bumi. Akibat cambukan ("sawtha 'azab") ekor komet ("shabba", Qs. Al Fajr:13) yang menghantam bumi. Yang diiringi dengan hujan batu-batu (ekor komet) (Qs.Al Mulk:16-17) </span></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br />Nabi saw. bersabda :<br />"Akan ada pada akhir umatku (orang-orang) yang ditenggelamkan ke dalam bumi, dirubah raut wajahnya dan hujan batu...".(HR.Tirmidzi, dari 'Aisyah ra.) </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br />Waktu ashar di hari : matahari terbit dari barat itu. Manusia benar-benar "khusrin" menderita rugi, ajal menjelang dan menghadapi kebinasaan. </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br />Firman Allah :<br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)</span></div><span style="font-family: georgia;">"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran." (Qs. Al 'Ashr:3) </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /><div style="text-align: justify;">Allah SWT. bersumpah : demi "Al 'Ashr". (Qs. Al 'ashr:1). Menurut Zaid ibnu Aslam, maknanya ("Al 'Ashr") adalah : "waktu ashar". (Imam Ibnu Katsir dalam Kitab tafsirnya, Qs. Al 'Ashr:1). </div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Allah mengabarkan peristiwa besar akan terjadi diwaktu "ashar" ("Al 'Asyr") itu. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">"Inna al insaana lafii khusrin". (Qs.Al 'Ashr:2), saat ashar itu manusia benar-benar dalam "khusrin". Imam Ibnu Katsir mengatakan makna (" khusrin") adalah : "kerugian, yakni rugi dan binasa."</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Dan "Khusrin" menurut arti bahasa : "menderita rugi, kehilangan, kalah, terlambat, tewas/binasa, menjatuhkan, mengorbankan, mengambil, menyeret, mencabut, mendatangkan, menutup, menenggelamkan, membenamkan, terperosok, merosot, masuk ke dalam.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Waktu ashar yang menyebab manusia benar-benar " khusrin" (menderita rugi, ajal menjelang dan menghadapi kebinasaan), terjadi di hari : matahari terbit dari barat itu. Manusia "khusrin" (rugi, terlambat) karena hari itu pintu tobat tertutup sudah. </span></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئاتِ حَتَّى إِذا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولئِكَ أَعْتَدْنا لَهُمْ عَذاباً أَلِيماً (18)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang." Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (Qs. An Nisa:18) </span></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br />Lalu firman Allah :<br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)</span></div><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran." (Qs. Al 'Ashr:3)</div></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Imam Ibnu Katsir mengatakan : Maka dikecualikan dari jenis manusia yang terhindar dari kerugian ("khusrin") itu, yaitu orang-orang yang beriman hatinya dan anggota tubuhnya mengerjakan amal-amal yang saleh. Yang menunaikan dan meninggalkan semua yang diharamkan. Dan yang tabah menghadapi musibah dan malapetaka serta gangguan yang menyakitkan dari orang-orang yang ia perintah melakukan kebajikan dan ia larang melakukan kemungkaran.</span></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br />Meski waktu ashar itu, banyak manusia "khusrin" (binasa), namun orang-orang beriman yang kala itu turut binasa, mereka kembali kepada Allah dengan mendapat "Fauzan 'Azhiima" (keberuntungan besar), sebagaimana firman-Nya :</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">يُدْخِلَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَكَانَ ذَلِكَ عِنْدَ اللَّهِ فَوْزًا عَظِيمًا (5)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">"supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah," (Qs.Al Fath:5) </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Orang-orang beriman akan menghadapi dengan penuh kesabaran/ketabahan serta dengan jiwa/hati yang tenang. Di waktu "al 'asyr" (ashar) itu, dimana Allah memerintahkan tentara-Nya di langit dan bumi untuk membuat bumi ini "khusrin" (penuh prahara kebinasaan), </span></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">هُوَ الَّذِي أَنزلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (4) </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">"Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana, (Qs, AlFath:4) </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Waktu ashar ("al 'ashr") yang penuh prahara kebinasaan ("khusrin") itu, jiwa orang-orang beriman dipanggil Allah dengan penuh ketenangan, untuk berkumpul bersama para penghuni surga lainnya. </span></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-family: georgia;">يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Qs.Al Fajr:27-30)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Waktu ashar ("al 'ashr") itu, tidak ada kerugian ("khusrin") bagi orang-orang beriman yang telah mengerjakan amal-amal shaleh sebelumnya, yang menyerukan kepada kebenaran dan kesabaran. Apakah orang-orang beriman itu turut binasa dalam prahara kebinasaan ("khusrin") atau selamat darinya. </span></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><span style="font-family: georgia;">Shadaqallahu al 'azhiim. </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;">Wallahu a'lam </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-23111354720319082252015-12-11T06:44:00.005+07:002022-09-03T23:18:07.618+07:00Sholawatan Wahidiyah<div style="text-align: justify;">
Pada kira–kira awal bulan Juli 1959 Hadrotul Mukarrom Romo KH. Abdoel Madjid Ma’roef Qs Wa Ra. Pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo–Desa Bandar Lor Kodya Kediri, menerima suatu alamat ghaib dalam keadaan terjaga dan sadar bukan dalam mimpi, maksud dan isi alamat ghaib tersebut ialah <u>“SUPAYA MENGANGKAT MASYARAKAT“</u> yang dimaksud adalah ikut serta memperbaiki /membangun mental masyarakat khusus lewat “Jalan Batiniyah“. Mental masyarakat, terutama mental kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sesudah menerima alamat ghaib tersebut beliau sangat prihatin dan mengetok/memusatkan kekuatan batin bermujahadah (istilah Wahidiyah) munajat berdepe–depe/mendekatkan diri kehadirat Alloh SWT, memohon bagi kesejahteraan umat dan masyarakat. Diantara doa-doa yang beliau amalkan yang paling banyak adalah doa Sholawat. Sholawat Badawi, Sholawat Nariyah, Sholawat Munjilat, Sholawat Masysyiyyah dan masih banyak lagi. Boleh dikatakan hampir seluruh doa-doa Sholawat Beliau amalkan demi memenuhi maksud adanya alamat ghaib tersebut.tak ada waktu terbuang tidak dipergunakan Membaca sholawat oleh beliau. bahkan amalan beliau sebelum datangnya alamat ghaib tersebut yang paling banyak adalah doa Sholawat kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Jika beliau bepergian naik sepeda memegang stir dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya dimasukan didalam saku baju, ternyata memutar tasbih didalam saku baju tersebut. Amalan doa Sholawat Nariyah misalnya berkali-kali beliau hatamkan 4444 kali dalam tempo satu jam kurang lebih. Dengan penuh ketekunan dan prihatin yang sangat mendalan beliau tidak berhenti-hentinya bermujahadah dan melakukan riyadlo-riyadlo seperti puasa sunnah dan sebagainya demi melaksanakan alamat ghaiob tersebut, dan tidak ada dari keluarganya yang mengetahui bahwa beliau sedang melaksanakan suatu tugas yang sangat berat. Tugas yang harus dilaksanakan bukan untuk kepentingan pribadi atau kelurga beliau, tetapi untuk kepentingan umat dan masyarakat, untuk kepentingan perbaikan mental dan akhlaq umat manusia yang beraneka warna laku dan pertingkahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada kira–kira tahun 1963, menerima alamat ghaib lagi seperti kejadian pada tahun 1959, alamat ghaib yang kedua ini bersifat peringatan terhadap alamat gaib yang pertama supaya cepat-cepat ikut berusaha memperbaiki mental umat masyarakat melalui saluran batiniyahnya, maka beliaupun terus lebih meningkatkan lagi mujahadahnya-mujahadah berdepe-depe kehadirat Alloh SWT sampai- sampai kondisi fisik jasmani beliau sering kali terganggu. Namun demikian bathiniyah beliau tidak terpengaruh oleh kondisi jasmani terus senantiasa berdepe-depe kehadirat Alloh SWT memohon bagi perbaikan mental dan akhlaq umat masyarakat. Tidak lama sesudah menerima alamat yang kedua tahun 1963 itu beliau menerima alamat ghaib dari Alloh SWT yang ketiga kalinya. Dan yang ketiga ini lebih keras sifatnya dari pada yang kedua. “Malah kulo dipun ancam menawi mboten enggal-enggal berbuat dengan tegas “ (malah saya di ancam kalau tidak berbuat dengan tegas). Demikian kurang lebih keterang yang beliau jelaskan “Saking kerasipun peringatan lan ancaman, kulo ngantos gemeter sak bakdanipun meniko “. (karena kerasnya peringatan dan ancaman, saya sampai gemetas sesudah itu) tambah beliau, selanjutnya beliauapun menjadi lebih prihatin lagi dan terus lebih meningkatkan lagi mujahadahnya-mujahadah berdepe-depe/lebih dekat memohon. kehadirat Alloh SWT dalam situasi batiniyah yang senantiasa mengarah kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW. Itu beliau mengarang suatu doa Sholawat “kulo damen oret-oretan“ istilah beliau, maka tersusunlah Sholawat “ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLU … “ yang baru lahir dari kandungan batiniyah yang bergemetar dengan frekwensi tinggi kepada Alloh wa Rosulihi SAW, batiniyah yang di kerumui dengan rasa tanggung jawab dan prihatin memikirkan umat dan masyarakat itu. Di suruh mencoba untuk diamalkan oleh beberapa orang yang dekat dengan beliau pada waktu itu, jika tidak keliru ada tiga orang yang beliau sebut sebagai pengamal percobaan, yakni Bapak Abdul Jalil (Almarhum), termasuk tokoh tua dari desa Jamsaren kota Kediri, kemudian saudara Mukhtar, pedang dari desa Bandar Kidul Kediri dan saudara Dahlan santri dari Demak semarang (pada waktu itu masih remaja) Alhamdulillah ketiga-tiganya melaporkan bahwa setelah mengamalkan “ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLU … “ di karuniai rasa tentram dalam hati, tidak Ngoso-ongso dan lebih banyak ingat kepada Alloh SWT, selanjutnya dicoba lagi beberapa santri di suruh mengamalkan dan hasilnya Alhamdulillah juga sama seperti yang di alami oleh tiga orang tersebut diatas dan kemudian Sholawat “ ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLU … “ ini di sebut “ SHOLAWAT MA’RIFAT “. Pembaca untuk tabarukan dengan Membaca Al-Fatihah satu kali dan Sholawat Ma’rifat satu kali. Al Fatihah... 1x.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
“ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLU, SHOLLI WA SALLIM WA BAARIK ALA SAYYIDINAA WA MAULAANAA WA SYAFII INAA WA HABIIBINAA WA QURROTI A’YUNINAA MUHAMMADIN SHOLALOHU ALAIHIWASALLAM KAMMA HUWA AHLU NAS ALUKALLOHUMMA BIHAQQIHI AN TUGHRIQONAA FIILUJJATI BAHRIL WAHDAH HATTA LAA NARO WALAA NAS MA’A WALAA NAJIDA WALAA NUHISSA WALAA NATAHARROKA WALAA NASKUNA ILLABIHAA WA TARZUQONAA TAMAA MA MAGFIROTIKA YAA ALLOOH, WA TAMAA MA NI’MATIAKA YAA ALLOH, WA TAMAA MA MA’RIFATIKA ALLOOH, WA TAMAA MA MAHABBATIKA YAA ALLOH, WA TAMAA MA RIDLWAANIKA YAA ALLOH, WA SHOLLI WA SALLIM WABAARIK ALAIHI WA ‘ALAA ALIHII WA SHOHBIH ‘ADADAMAA AHATOBIHI ILMUKAA WA AHSHOHU KITAABUK BIROHMATIKA YA ARHAMAR ROHIMIIN WALHAMDU LILLAHI ROBBIL ‘ALAMIIN “</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Beberapa waktu kemudian tersusun lagi oleh beliau Sholawat yang pertama dalam lembaran wahidiyah, yaitu :<br />
<br />
“ALLOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD, YAA WAJIDU YAA JAWAAD, SHOLI WASALLIM WA BAARIK ‘ALA SAYYIDINAA MUHAMMMADIW WA ALA ‘ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMADFII KULLILAMHATIW WANAFASIM BI ‘ADADI MA’LUUMAATILLAHI WA FUYUDLOTIHI WA AMDADIH “.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sholawat ini dicoba diamalkan oleh beberapa orang dan alhamdulillah hasilnya lebih positif lagi yaitu dikaruniai Alloh SWT ketenangan batin yang lebih mantap. Berturut-turut santri pondok kedenglo banyak yang mengamalkanya. Dan sementara itu Sholawat Yaitu “ALLOHUMMA YAA WAAHIDU… “ ini mulai di ijazah secara umum. Tamu-tamu yang berziarah kepada beliau Romo Kyai diberi ijazah untuk mengamalkan Sholawat ini, di samping itu beliau menyuruh untuk menulis Sholawat ini kepada beberapa santri yang selanjutnya tulisan itu dikirim kepada para ulama/kyai yang di ketahui alamatnya dengan surat pengantar yang ditulis oleh beliau sendiri untuk agar bisa diamalkan oleh masyarakat setempat. Sebegitu jauh tidak ada jawaban dari para ulama/Kyai yang di kirimi. Dari hari ke hari makin banyak orang yang datang minta berikan ijazah amalan Sholawat tersebut. Ijazah mengamalkan yang beliau berikan adalah ijazah muthlaq, artinya disamping diamalkan sendiri supaya ditularkan/ disampaikan kepada orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada waktu itu Beliau Romo Kyahi memberikan pengajian kitab Hikam sebagau pengajain rutin seminggu sekali pada setiap malam jum’at yang diikuti oleh santri–santri kedunglo dan beberapa kyai di sekitar kota kediri. Pada suatu malam jum’at didalam majlim Pengajian Kitab Al Hikam tersebut dituliskan Sholawat Ma’rifat ALLOHUMMA KAMA ANTA AHLU …..” kemudian diterangkan oleh beliau dan di ijazahkan untuk diamalkan di samping Sholawat “ALLOHUMMA YAA WAHIDU YAA AHAD ..…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Seorang ulama dari pagu kediri yaitu bapak KH. Ridwan yang biasanya mengikuti Pengajian Al-Hikam di kedunglo, ketika melihat tulisan Sholawat “ALLOHUMMA KAMA ANTA AHLU …..” yang pertama kali dipapan tulis tersebut memandang dengan penuh keheranan ta’ajuub terhadap susunan bahasa Sholawat tersebut. “Sungguh luar biasa ampuhnya Sholawat ini“. Demikian kata-katanya sambil menggelengkan kepala.<br />
<br />
Demikian seterusnya berjalan dari hari-kehari makin lama orang yang minta ijazah SHOLAWAT WAHIDIYAH dan SHOLAWAT MA”RIFAT. Untuk memenuhi kebutuhan yang bertambah banyak itu seorang pengamal Sholawat Wahidiyah dai Tulung Agung yakni Bapak KH. Muthar yang juga ahli torekhot tulis arab, membuat Lembaran Sholawat Wahidiyah : “ ALLOHUMMA YAA WAHIDU YAA AHAD ..…” dan ALLOHUMMA KAMA ANTA AHLU …..” dengan distensil yang sangat sederhana atas biaya sendiri dan di Bantu oleh beberapa orang pengamal Sholawat Wahidiyah dari Tulung Agung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pengajian kitab Al-Hikan diadakan setiap malam Jum’at itu kemudian atas usul dari pengikut pengajian yang pegawai, pengajian dirubah lagi hai Minggu pagi hingga sekarang. Yang juga didahului dengan berjama’ah sembahyang tasbih dan Mujahadah Sholawat Wahidiyah. Adapun keterangan-keterangan yang diberikan oleh beliau Romo Yahi dalam mengulas Kitab Al-Hikam itu di intergrasikan dengan Kuliah Wahidiyah. Penjelasan dalam pengajian tersebut mengunakan istilah-istilah/kata-kata popular yang mudah dipahami dan mudah diterapkan dalam hati para pendengarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Soal-soal yang prinsip dan paling pokok bagi kehidupan manusia meliputi meliputi bidang ahlaq, tauhud, bidang mental, adab, bidang kemasyarakatan diuraikan dengan contoh-contoh dan dengan I’tibar-I’tibar yang mudah difahami. Sehingga mudah diterapkan dalam hati sanubari para pengikut pengajian . penguraian Ajaran-ajaran Wahidiyah seperti LILLAH-BILLAH dan sebagainya disajikan dengan sistimatis, sepadan dengan situasi dan kondisi para pengikut pengajian. Contoh-contoh diambilkan dari pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari didalam masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Di saat beliau menerangkn soal soal hakekat wujud, ketika sampai pengertian dan pengetrapan “BIHAQIQODTIL MUHAMMADIYYAH“. Selanjutnya dikemudian hari disempurnakan dengan penerapan LIRROSUL –BIRROSUL, tersusun pulalah Sholawat yang ketiga yaitu : YAA SYAFI’AL KHOLQIS . SHOLATU WASSALAM…” Yang dalam pengamalannya dirangkaikan menjadi satu rangkaiaan amalan yang didahului dengan bacaan Al Fatihah bagi Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, dan bagi beliau Ghoutsi Hadzaz Zaman dan seterusnya,untuk tabarrukan mari kita membaca : AL FATIHAH 1X<br />
<br />
YAA SYAFI’AL KHOLQIS SHOLATU WASSALAM & ‘ALAIKAN NUUROL KHOLQI HAADIAL ANAAM.<br />
WA ASHLAHU WA RUUHAHU ADRIKNII & FAQOD DZOLAMTU ABADAU WA ROBBINI WA LAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKA & FA-IN TARUDDA KUNTU SYAHKSHON HAALIKA<br />
<br />
Rangkaian ketiga Sholawat termasuk Al-Fatihahnya, disebut atau diberi nama “SHOLAWAT WAHIDIYYAH “.Kata Wahidiyyah diambil dan ditabarrrukkan (mengambil barokah ) dari salah satu Asma’ul A’dzom yang didapat didalam Sholawat yang pertama yaitu “WAAHIDU“ yang berarti “SATU”. Satu, tidak terpisa-pisah lagi.Mutlaq satu,aslant wa abadan.Satu tidak seperti satunya makluq. Diantara khowasnya “WAAHIDU, seperti disebutkan dalam kitab Sa’adatud Daroini, Rosulullah SAW bersabda yang artinya kurang lebih “AL WAAHIDU”, termasuk Asma Allah yang agung (Asma’ul A’dzom ) yang barang siapa berdo’a dengan kalimah itu,diijabahi”. Para ahli mengatakan : “bahwa diantara khowasnya (manfa’atnya) AL WAAHIDU, yaitu menyembuhkan rasa kebingungan,rasa rupek, rasa gelisah dan kesusahan“. Barang siapa membacanya dengan depenuh hati hudlu’.sebanyak 1000 kali,maka dia dikaruniai Allah SWT tidak mempunyai rasa takut dan khawatir kepada makluk, dimana takut kepada makluk itu adalah sumber daripada bala bencana di dunia dan akhirat. Dia hanya takut kepadaAllah dan tidak takut kepada selain Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada kira-kira akhir tahun1963 diadakan pertemuan silaturrohmi antara para tokoh dan ulama’/kyai yang sudah mengamalkan Sholawat Wahidiyyah, dari daerah Kediri, Tulungagung,Blitar,Jombang dan Mojokerto,bertempat di langgar bapak K.H. Abdul Djalil (almarhum) Jamsaren Kediri. Pertemuan silaturrohmi tersebut langsung dipimpin oleh Hadrotul Mukarrom Romo Kyahi sendiri.diantara hasil musyawaroh tersebut ialah susunan redaksi kata-kata yang kemudian dituli di dalam lembaran-lembaran Sholawat Wahidiyyah, sebagai petunjuk cara pengamalan Sholawat Wahidiyyah termasuk kata-lata Jaminan/garansi, yang Insya Allah redaksi asli dari para “Jaminan “ termasuk diusulkan oleh Hadrotul Mukarrom Romo Kyahi sendiri didalam musyawarah tersebut dan disetujui. (periksa Lembaran Sholawat Wahidiyyah Th 1964 terlampir).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-vusWpH_-LeY/VmoJ2kNjmpI/AAAAAAAATPg/zZWlDM1NalE/s1600/SHOLAWAT-WAHIDAH.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="813" src="http://1.bp.blogspot.com/-vusWpH_-LeY/VmoJ2kNjmpI/AAAAAAAATPg/zZWlDM1NalE/w530-h813/SHOLAWAT-WAHIDAH.jpg" width="530" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kemudian pada awal tahun 1964 menjelang peringatan yang pertama dalam bulan Muharrom tahun tersebut, seorang Pengamal Sholawat Wahidiyyah dari Surabaya yakni Bapak K.H .Mahfudz dari Ampel Surabaya dengan dibantu beberapa kawan, mengusahakan klise Sholawat Wahidiyyah yang pertama dan mencetaknya sekali sebanyak kurang lebih dua ribu lima ratus lembar diatas kertas HVS putih atas biaya almarhum Ibu H. Nur AGN Surabaya.Pada tahun 1964 sesudah peringatan ulang tahun Sholawat Wahidiyyah yang pertama diadakan Asrama Wahidiyyah di Kedonglo dan diikuti tokoh-tokoh dan para Kyai yang sudah menerima Sholawat Wahidiyyah,dari daerah Kediri, Madiun, Tulung Agung, Blitar, Malang, Jombang, Mojokerto dan Surabaya.Asrama diadakan selama tujuh hari tujuh malam , dan kuliah-kuliah Wahidiyyah langsung diberikan oleh Hadrotul Mukarrom Romo Kyahi sendiri didalam asrama itulah lahirnya kalimat nida’ ”YAA SAYYIDI……..YAA ROSULULLAH”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sebagai pelengkap untuk menyempurnakan dan meningkatkan amalan Sholawat Wahidiyah yang sudah ada .maka didalam lembaran Sholawat Wahidiyah pun kemudian ditambahkan kalimat tersebut .(periksa terlampir “Lembaran Sholawat Wahidiah “yang ditulis pada tahun 1964).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada awal kira–kira tahun 1965. ketika beliau menerangkan hal-hal mengenai ghoutsu Hadzazzaman r.a. didalam kuliyah Beliau dalam suatu asrama Wahidiyyah yang kedua atau yang ke tiga di Kedonglo lahirlah dari kandungannya :<br />
<br />
YAA AYYUHAL GHOUTSU SALAMULLAH & ‘ALAIKA ROBBINII BI - IDZNILLAAH.<br />
WANDUR ILAIYYA SAYYIDI BINADHROH & MUUSHILATI L-LIL-HADROTI ‘ALIYYAH<br />
<br />
Suatu jembatan emas yang menghubungkan tepi jurang pertahanan nafsu di suatu fihak dan tepi kebahagiaan kesadaran kepada Allah wa Rosulihi saw,dilain fihak.sebagian pengamal Sholawat Wahidiyyah menyebut “ISTIGHOSAH” dalam Wahidiyyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Istighosah ini tidak langsung dicantumkan kedalam rangkaian sholawat wahidiyyah dalam lembaran-lembaran yang diedarkan kepada masyarakat, tetapi dianjurkan banyak diamalkan oleh mereka yang sudah agak lama mengamalkan Sholawat Wahidiyyah, terutama dalam mujahada-mujahadah khusus. Begitu juga dalam kalimat nida’ “FAFIRRUU ILALLOH ” pada waktu itu belum dicamtumkan dalam rangkaian pengamalan Sholawat Wahidiyyah, tetapi dibaca bersama-sama oleh imam dan makmum pada akhir tiap-tiap do’a. dan pada waktu itu “WAQUL JAA-AL HAQQU WAZAHAQOL BAATIL INNAL BAATHILA KANNAA ZAHUQOO” juga belum dijadikan rangkaian dengan “FAFIRRUU ILALLOH” seperti sekarang, tentulah ini suatu kebijaksanaan yang mengandung bermacam hikmah dan sirri-sirri yang kita tidak mampu menguraikannya atau tegasnya tidak mengetahuinya. Demikianlah dalam masa-masa sesudah tahun 1965, beberapa waktu lamanya “LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDIYYAH” yang diedarkan kepada masyrakat tetap seperti semula yaitu sampai pada “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Perhatian masyarakat makin hari makin terus bertambah-tambah terhadap Sholawat Wahidiyyah. Permintaan-permintaan Lembaran Sholawat Wahidiyyah. Makin bertambah-tambah, sekalipun disana sini ada sebagian masyarakat yang tidak mau menerimanya dan bahkan memberikan reaksi terhadap Sholawat Wahidiyyah. Kontras begini begitu terhadap Sholawat Wahidiyyah tersebut, ternyata memang merupakan saluran tarbiyyah terhadap peningkatan kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Suatu ketika pernah wakil pengamal dari suatu daerah melaporkan kepada beliau Romo Yahi, bahwa didaerahnya terjadi pengontrasan yang sangar agresif, dengan ramah dan senyuman Beliau paring jawaban: menistinipun kito rak matur kasuwun dating mereka, jalaran kito lajeng mindak/mempeng anggen kito Mujahadah, (Mestinya kitakan harus berterima kasih kepada mereka, sebab menjadi makin giat kita bermujahadah) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Didalam suatu kuliah umum Wahidiyah yang pernah Beliau Hadrotul Mukarrom Romo Yahi di dalam suatu Mujahadah Kubro sesudah tahun 1970, Beliau memberikan suatu pandangan sikap perjuangan Wahidiuah terhadap adanya Kontras-kontras bahwa para kontras terhadap Wahidiyah itu sesungguhnya besar sekali jasanya terhadap Wahidiyah. Mereka–mereka itu adalah “ KAWAN SETIA DALAM PERJUANGAN WAHIDIYAH “ yang harus kita syukuri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLLI SALLIMI & ALA MUHAMMADIN SYAFI’IL UMAMI WAL ALI WAJ’ALIL ANAAMA MUSRI’IN & BIL WAAHIDIYYAT LIROBBIL ‘ALAMIIN<br />
YAA ROBBANAGHFIR YASSIRIFTAH WAHDINAA & QORRIB WA ALLIF BAINANAA YAA ROBBANAA<br />
<br />
Kemudian menjelang tahun 1971 Menjelang Pemilihan Umum dinegara kita, ditambah lagi dengan<br />
<br />
YAA SYAFI ‘AL-KHOLQI HABIIBALLOHI & SHOLAATUHU ‘ALAIKA MA’ SAALAMIHI DLOLLAT WA DLOLLAT HILATI FII BALDATII & KHUDZ BIYADII YAA SAYYIDI WAL UMMAT</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Demikian berturut-turut semakin hari semakin disempurnakan, seirama dengan Peningkatan Ajaran Wahidiyah yang di berikan oleh Beliau Hadrotul Mukarrom Romo Yahi kepada kita dan sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi di dalam masyarakat ummat manusia baik didalam maupun di luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1972 dilengkapi dengan do’a permohonan “ALLAHUMMA BAARIK FIIMAA KHOLAQTA WA HADZIHIL BALDAH“.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tahun 1973 doa nida’ BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIIM “ALLHUMMA BIHAQQISMIKAL A’DHOM WA BI JAAHI SAYYIDINAA MUHAMMADSHOLALLOHU ‘ALAIHI WASLLAM WA BIBAROKATI GHOUTSI HADZAZ ZAMAN WA AWAANIHIWA SAAIRI AULIUYAA IKA YAA ALLOH YAA ALLOH YAA ALLOH RODHIYALLOHU TA’ALA ‘ANHUM 3X BALLIGH JAMII’AL ‘ALAMIIN NIDA ANAA HADZ WAJ’AL FIIHI TAKTSIIROM BALIIGHO 3X FA INNAKA ‘ALAA KULLI SYA’IN QODIR WA BIL IJAABATI JADIIR 3X<br />
<br />
FAFIRRUU ILALLOOH... WAQUL JAA AL HAQQU WAZA HAQOL BATHIL INNAL BAATHILA KANA ZAHUUQO.<br />
Ditamabah dengan nida’ “FAFIRRUU ILALLOOH “ dengan berdiri menghadap empat penjuru.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1978 dilengkapidengan do’a “ALLAHUMMA BAARIK FII HADZIHIL MUJAHADAH YAA ALLOH “.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tahun 1980 dalam Sholawat Ma’rifat di waktu pembaca sudah sampai pada “WA TARZUQONAA TAMAA MA MAGFIROTIKA” di tambah “YAA ALLOH” demikian juga “WA TAMAA MA NI’MATIAKA”, dan seterusnya sampai dengan WA TAMAA MA RIDLWAANIKA di tamabah “YAA ALLOH”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada tahun 1981 do’a “ALLAHUMMA BAARIK FIIMAA KHOLAQTA WA HADZIHIL BALDAH di tamabah “YAA ALLOH”. Dan do’a ALLAHUMMA WA FII HADZIHIL MUJAHADAH“YAA ALLOH menjadi “ WA FII HAADZIHIL MUJAHADAH YAA ALLOH “. Sehingan menjadi rangkian do’a “ALLAHUMMA BAARIK FIIMAA KHOLAQTA WA HADZIHIL BALDAH YAA ALLOH WA FII HADZIHIL MUJAHADAH YAA ALLOH”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada tanggal 27 Jumadi akhir 1401 H atau tanggal 2 Mei 1981 Lembaran Sholawat WAhidiyah yang di tulis dengan huruf Al-Qur’an itu diperbaharui, sehingga menjadi seperti yang dapat kita lihat sampai sekarang ini. (Periksa Lembaran Sholawat Wahidiyah terlampir)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Demikian secara krionilogi/urut, lahirnya amalan Sholawat Wahidiyah yang mengalami penyempurnaan disetiap periode. Semula dari masing-masing pengyempurnaan itu. Sudah barang tentu memiliki sirri-sirri yang kita sekalian tidak mengetahui maknanya, hanya kadang-kadang ada beberapa penmgamal ditunjukan secara bathiniyah sirri-sirri itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Disamping itu penyempurnaan dari seluruh pengamalan Ajaran Wahidiyah, seirama dengan peningkatan Ajaran Wahidiyah yang diberikan Beliau pada kita dan sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di dalam masyarakat, baik di Indonesia mauoun di luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Semoga Alloh SWT memberikan barokah terhadap Sholawat Wahidiyah dan memberiakan balasan yang sebanyak–banyaknya kepada Beliau Mu’allifnya, Hadrotul Mukarrom Romo Yahi K.H. Abdul Madjid Ma’ruf RA ila yaumil Qiyaamah, Amiin !!!.<br />
<br />
AL FATIHAH 1x<br />
YAA SAFI’AL KHOLQISH – SHOLAATU WASSALAAM 3x<br />
YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOOH 7x<br />
YAA AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOOH 3x<br />
AL FATIHAH 1x</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><b>LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDAH </b></u><br />
<br />
SHOLAWAT WAHIDIYAH BERFAEDAH MENJERNIHKAN HATI DAN MA’RIFAT BILLAH WA ROSUULIHI SAW.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>الى حضرة سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم الفاتحة</b></div>
<div style="text-align: center;">
ILAA HADLROTI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU'ALAIHI WASSALAM, AL FAATIHAH! (membaca Surat Fatihah 7x)</div>
<div style="text-align: center;">
Dihadiyahkan ke haribaan Junjungan kami Kanjeng Nabi Besar Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wasallam. Al Fatihah!</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>ثم الى حضرة غوث هذا الزمان وأعوانه وسائر أوليآء الله رضىالله تعالى عنهم الفاتحة</b></div>
<div style="text-align: center;">
WA ILAA HADLROTI GHOUTSI HAADAZ-ZAMAN WAA'AWAANIHI WASAAAIRI AULIYAAILLAAHI RODLIYALLOOHU TA'AALA ‘ANHUM ALFAATIHAH! </div>
<div style="text-align: center;">
(membaca Surat Fatihah 7x) </div>
<div style="text-align: center;">
Dan dihadiyahkan ke pangkuan Ghoutsi Hadhazzaman, Para Pembantu Beliau dan segenap Kekasih ALLAH, Rodiyallohu ta’alaa Anhum. Al-Fatihah!</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>اللهم يا واحد يا احد, يا واجد يا جواد, صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد, فى كل لمحة ونفس بعددمعلومات الله وفيوضاته وامداده</b></div>
<div style="text-align: center;">
ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD, YAA WAAJIDU YAA JAWAAD, SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA MUHAMMADIW-WA'ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD. FII KULLI LAMHATIW WA NAFASIM BI'ADADI MA'LUMAATILLAAHI, WA FUYU DHOTIHI WA AMDAADIH. (100X)</div>
<div style="text-align: justify;">
Yaa Alloh, Yaa Tuhan Maha Esa, Yaa Tuhan Maha Satu, Yaa Tuhan Maha Menemukan, Yaa Tuhan Maha Pelimpah, limpahkanlah sholawat salam barokah atas junjungan kami Kanjeng Nabi Muhammad dan atas keluarga Kanjeng Nabi Muhammad pada setiap kedipnya mata dan naik turunnya napas sebanyak bilangan segala yang Alloh Maha Mengetahui dan sebanyak kelimpahan pemberian dan kelestarian pemeliharaan Alloh.</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>للهم كما انت اهله, صل وسلم وبارك على سيدنا ومولانا وشفيعنا وحبيبنا وقرة اعيننا محمد صلى الله عليه وسلم كما هو اهله, نسألك اللهم بحقه ان تغرقنا فى لجة بحر الوحدة, حتى لا نرى ولا نسمع ولا نجد ولا نحس ولا نتحرك ولا نسكن الا بها, وترزقنا تمام مغـفرتكياالله, وتمام نعمـتك ياالله, وتمام معـرفتك ياالله, وتمام محـبتك ياالله, وتمام رضوانك ياالله, وصل وسلم وبارك عليه وعلى آله وصحبه عدد ما احاط به علمك واحصاه كتابك, برحمتك يا ارحم الراحمين والحمد لله رب العالمين</b></div>
<div style="text-align: center;">
ALLOOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH; SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA WAMAULAANAA,WASYAFII'INAA,WAHABIIBINAA,WAQURROTI A'YUNINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU'ALAIHI WASALLAMA KAMAA HUWA AHLUH; NAS-ALUKALLOOHUMMA BIHAQQIHI AN TUGHRIQONAA FII LUJJATI BAHRIL WAHDAH; HATTAA LAA NAROO WALAA NASMA'A, WALAA NAJIDA WALAA NUHISSA, WALAA NATAHARROKA WALAA NASKUNA ILLAA BIHAA; WATARZUQONAA TAMAAMA MAGHFIROTIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA NI'MATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA MA'RIFATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA MAHABBATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA RIDLWANIKA YAA ALLOH; WASHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAIHI WA'ALAA AALIHI WASHOHBIH. ‘ADADAMAA AHAATHOBIHII ‘ILMUKA WAAHSHOOHU KITAABUK; BIROHMATIKA YAA ARHAMAR-ROOHIMIIN, WALHAMDU LILLAAHI ROBBIL'AALAMIIN.(7X)</div>
Yaa Alloh, sebagaimana keahlian ada pada-MU, limpahkanlah sholawat salam barokah atas Junjungan kami, Pemimpin kami, Pemberi Syafa’at kami, Kecintaan kami, dan Buah jantung hati kami Kamjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi WaSallam yang sepadan dengan keahlian Beliau, kami bermohon kepada-MU Yaa Alloh, dengan hak kemuliaan Beliau, tenggelamkanlah kami didalam pusat dasar samudra ke-Esaan-MU sedemikian rupa sehingga tiada kami melihat dan mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, dan tiada kami bergerak maupun berdiam, melainkan senantiasa merasa didalam samudra Tauhid-MU dan kami bermohon kepada-MU Yaa Alloh, limpahilah kami ampunan-MU yang sempurna Yaa Alloh, ni’mat karunia-MU yang sempurna Yaa Alloh, sadar ma’rifat kepada-MU yang sempurna Yaa Alloh, cinta kepad-MU dan menjadi kecintaan-MU yang sempurna Yaa Alloh, ridho kepada-MU dan memperoleh ridho-MU pula yang sempurna Yaa Alloh. Dan sekali lagi Yaa Alloh, limpahkanlah sholawat salan dn barokah atas Beliau Kanjeng Nabi dan atas keluarga dan sahabat Beliau sebanyak bilangan segala yang diliputi oleh Ilmu-MU dan termuat di dalam Kitab-MU, dengan Rahmat-MU Yaa Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan segala puji bagi Alloh Tuhan seru sekalian alam.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>يا شافع الخلق الصلاة والسلام : عليك نور الخلق هادى الأنام واصـله وروحه ادركــنى : فـقد ظلـمت ابدا وربـنى وليس لى ياسـيدى سـواكا : فان ترد كنت شخصا هـالكا</b></div>
<div style="text-align: center;">
YAA SYAFI'AL-KHOLQISH-SHOLAATU WASSALAAM " ‘ALAIKA NUUROL KHOLQI HAADIYAL ANAAM WA ASHLAHUU WA RUUHAHU ADRIKNII " FAQODH DHOLAMTU ABADAW-WAROBBINII WA LAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKA " FA-IN TARUDDA KUNTU SYAKHSON HAALIKAA .......(3x)</div>
<br />
Duhai Kanjeng Nabi pemberi Syafa’at makhluq Kepangkuan-MU sholawat dan salam kusanjungkan. Duhai Nur cahaya makhluq, pembimbing manusia. Duhai unsur dan jiwa makhluq,bimbing dan didiklah diriku. Maka sungguh aku manusia yang dholim selalu ¨ tiada arti diriku tanpa engkau Duhai Yaa Sayyidii, jika engkau hindari aku (akibat keterlaluan berlarut-larutku), pastilah aku akan hancur binasa.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>يا سـيدى يا رسـول الله</b></div>
<div style="text-align: center;">
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !. (7x)</div>
<div style="text-align: center;">
Duhai Pemimpinku, Duhai Utusan Alloh</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>يا ايها الغـوث ســلام الله : عـليك ربـــنى بإذن الله وانـظر الي سـيدى بنـظرة : موصـلة للحضـرة العلـية</b></div>
YAA AYYUHAL-GHOUTSU SALAAMULLOOH " ‘ALAIKA ROBBINII BI-IDZNILLAAH<br />
<div style="text-align: center;">
WANDHUR ILAYYA SAYYIDII BINADHROH " MUUSHILATIL-LIL-HADLROTIL'ALIYYAH. (3x)</div>
Duhai Ghoutsu Hadhaz Zaman, kepangkuan-MU salam Alloh kuhaturkan ¨ Bimbing dan didiklah diriku dengan izin Alloh ¨ dan arahkan pancaran sinar Nadroh-MU kepadaku Duhai Yaa Sayyidii ¨ radiasi batin yang mewusulkan aku sadar kehadirat Maha Luhur Tuhanku<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>ياشافع الخلـق حــبيب الله : صـلاته عليك مع ســلامه ضلت وضلت حيلتى فى بلدتى : خذ بيدى ياســيدى والأمة</b></div>
<div style="text-align: center;">
YAA SYAAFI'AL-KHOLQI HABIIBALLOOHI " SHOLAATUHUU'ALAIKA MA'SALAAMIHII,</div>
<div style="text-align: center;">
DHOLLAT WA DHOLLAT HIILATII FII BALDATII " KHUDZ BIYADII YAA SAYYIDII WAL UMMATII. (3x)</div>
Duhai Kanjeng Nabi penberi Syafa’at makhluq, duhai Kanjeng Nabi Kekasih Alloh ¨ Kepangkuan-MU sholawat dan salam Alloh aku sanjungkan ¨ jalanku buntu, usahaku tak menentu buat kesejahteraan negriku ¨ cepat, cepat, cepat raihlah tanganku Yaa Sayyidii tolonglah diriku dan seluruh ummat ini.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>يا سـيدى يا رسـول الله</b></div>
<div style="text-align: center;">
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !.(7x)</div>
<div style="text-align: center;">
Duhai Pemimpinku, Duhai Utusan Alloh</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>يا ربنا اللهم صل سلم علىمحمد شفيع الأمم والآل واجعل الأنام مسرعين بالواحدية لرب العالمين يا ربنا اغفر يسر افتح واهدنا قرب وألف بيننا يا ربنا</b></div>
<div style="text-align: center;">
YAA ROBBANALLOOHUMMA SHOLLI SALLIMI " ‘ALAA MUHAMMADIN SYAFII'IL UMAMI,</div>
<div style="text-align: center;">
WAL-AALI WAJ-‘ALIL ANAAMA MUSRI'IIN " BIL-WAAHIDIYYATI LIROBBIL-‘AALAMIIN</div>
<div style="text-align: center;">
YAA ROBBANAGH-FIR YASSAIR IFTAH WAHDINAA " QORRIB WA-ALLIF BAINANAA YAA ROBBANAA. (3x)</div>
Yaa Tuhan kami Yaa Alloh, limpahkanlah Sholawat dan Salam ¨ atas Kanjeng Nabi Muhammad pemberi Syafa’at ummat ¨ dan atas keluarga Beliau, dan jadikanlah ummat manusia cepat-cepat lari, ¨ lari kembali mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan Semesta alam, ¨ Yaa Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, permudahkanlah segala urusan kami, bukalah hati dan jalan kami, dan tunjukilah kami ¨ , pereratlah persaudaraan dan persatuan diantara kami, Yaa Tuhan kami.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>اللهم بارك فيما خلقت وهذه البلدة ياالله وفى المجاهدة ياالله</b></div>
<div style="text-align: center;">
ALLOOHUMMA BAARIK FIIMAA KHOLAQTA WAHAADZIHIL BALDAH YAA ALLOH, WA FII HAADZIHIL MUJAAHADAH YAA ALLOH ! (7X)</div>
<div style="text-align: center;">
Yaa Alloh limpahkanlah berkah didalam segala makhluq yang engkau ciptakan, dan didalam negri ini Yaa Alloh, dan didalam mujahadah ini Yaa Alloh</div>
<br />
ISTIGHROQ! <br />
(Diam tidak membaca apa-apa, segenap perhatian lahir bathin, fikiran dan perasaan dipusatkan hanya kepada ALLOH! Tidak ada acara selain ALLOH )<br />
<br />
ALFAATIHAH ! (1X)<br />
Kemudian berdo'a seperti di bawah ini :<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>ثم الإستغراق ساعة بقدر الطاقة وقراءة الفاتحة مرة ثم الدعاء : بسم الله الرحمن الرحيم اللهم بحق اسمك الأعظم وبجاه سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وببركة غوث هذا الزمان واعوانه وسائر أوليآئك ياالله, ياالله, ياالله رضى الله تعالى عنهم</b></div>
BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM,<br />
<div style="text-align: center;">
ALLOOHUMMA BIHAQQISMIKAL A'DHOM WABIJAAHI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOHU ‘ALAIHI WASALLAM WABIBARAKATI GHOUTSI HADZAZ-ZAMAAN WA A'WAANIHI WA SAAIRI AULIYAAIKA YAA ALLOH, YAA ALLOH, YAA ALLOH, RODLIYALLOOHU TA'AALA'ANHUM. ( 3X )</div>
Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang( Yaa Alloh, dengan hak kebesaran Asma-MU, dan dengan kemuliaan serta keagungan Kanjeng Nabi Mahammad Sollallohu ‘Alaihi WaSallam, dan dengan Barokahnya Ghoutsu Hadhaz Zaman wa A’wanihi serta segenap Auliya’ Kekasih-MU Yaa Alloh, Yaa Alloh Rodiyallohu Ta’ala Anhum <br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>بلغ جميع العالمين ندآءنا هذا واجعل فيه تأثيرا بليغا</b></div>
<div style="text-align: center;">
BALLIGH JAMII'AL ‘ALAMIIN NIDAA-ANAA HAADZAA WAJ'AL FIIHI TAKTSIIROM-BALIIGHOO. ( 3X )</div>
Sampaikanlah seruan kami ini kepada jami’al Alamin dan letakkanlah kesan yang sangat mendalam<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>فانك على كل شئ قدير وبالإجابة جدير</b></div>
<div style="text-align: center;">
FAINNAKA ‘ALAA KULLI SYAI-INGQODIIR WABIL IJABATI JADIIR. (3X ) </div>
Maka sesungguhnya engkau Maha Kuasa berbuat segala sesuatu dan Maha Ahli memberi ijabah<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>ففروا الى الل</b></div>
<div style="text-align: center;">
FAFIRRUU ILALLOOH . (7X)</div>
<div style="text-align: center;">
Larilah kembali kepada Alloh ! </div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>وقل جاء الحق وزهق الباطل ان الباطل كان زهوقا</b></div>
<div style="text-align: center;">
WAQUL JAA-ALHAQQUWAZAHAQOL BAATHIL INNAL BAATHILA KAANA ZAHUUQOO (3X)</div>
<div style="text-align: center;">
Dan katakanlah (wahai Muhammad) perkara yang hak telah datang dan musnahlah perkara yang batal, sesungguhnya perkara yang batal itu pasti musnah.Al-Fatihah (membaca surat Al-Fatihah satu kali)</div>
<br />
Keterangan tambahan ;<br />
FAFIRRUU ILALLOH dan WAQUL JAA-ALHAQQU… dibaca bersama-sama imam dan ma'mum. Maknanya : Larilah kembali kepada Alloh! Dan semoga akhlaq-akhlaq batal yang rusak dan merusakkan segera diganti oleh Alloh dengan akhlaq yang baik dan yang menguntungkan! Kedua ajakan tersebut ditujukan kepada segenap masyarakat manusia dan jin seluruh dunia, terutama ditujukan kepada pribadi si pembaca sendiri!<br />
<br />
AL FATIHAH (1X)
</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-63200237587222013082015-11-12T09:55:00.003+07:002022-09-10T07:36:50.096+07:00Tajalli Dzat <div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span>Pada bagian ini akan diterangkan tentang Tajalli zat, hendaklah anda ketahui, bahwa Tajalli Zat itu atas tujuh martabat (Tingkat “Tanazzul” (turun) dari Hidratus-Sarij yaitu Hidrat Zat semata-mata yang pengertiannya tidak menyangkut sifat dan asma atau dlam pengertian lain, lepas dari pada isyarat.</span></span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-size: small;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDSS52oHHTByJnv1gcZ4MunqVqx60uWk7IIQftsRyIO5dO836_xXMeci1A9erVw2ln1uSps9ASc-szCRK28ak1Ted_hutEBBUiVEJy8YCeYTQa0gWMoSZ34W2EKfbgP_HPL5xS92dCXDWr3ajmjend_vV0Py7zv96fEqmSYGn4F_noh8PGuWcNU9imEg/s359/godheart.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="306" data-original-width="359" height="341" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDSS52oHHTByJnv1gcZ4MunqVqx60uWk7IIQftsRyIO5dO836_xXMeci1A9erVw2ln1uSps9ASc-szCRK28ak1Ted_hutEBBUiVEJy8YCeYTQa0gWMoSZ34W2EKfbgP_HPL5xS92dCXDWr3ajmjend_vV0Py7zv96fEqmSYGn4F_noh8PGuWcNU9imEg/w400-h341/godheart.gif" width="400" /></a></div><br /><span><br /><br />Arif Billah Sayyid Abdullah bin Ibrahim Al-Mirghani q.s dalam Kitab beliau Tuhfatul Mursalah menyebutkan : “Kunhi Zat Allah s.w.t. tidak dapat digambarkan oleh akal dan indera (hissi) yang lima, tidak terbatas (haq) dengan ukuran akal dan pancaindra maka uaha yang demikian termasuk usha yang mustahil, Hal itu hanya mungkin dicapai dengan jalan kasyaf.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u>◙
<b>TAJALLI DZAT ITU TERBAGI ATAS 7 MARTABAT ALAM</b></u></span></span></div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>MARTABAT
AHADIYAT</b></u></span></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Martabat ini dinamakan pula dengan Martabat “<b>Kunh
Dzat”</b> yaitu keadaan Zat semata-mata. Dari sini nyata apa yang
dinamakan <b>Sifat </b>dan <b>Asma</b> tidak ada. Martabat lain yang
lebih atas dari pada ini, semua martabat yang berikut ini, bersumber
dari Martabat ini.</span></span></div>
<ol start="2">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>MARTABAT
WAHDAT</b></u></span></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Martabat ini adalah tingkatan <b>Sifat</b> secara
keseluruhan (Ijmal) dengan segala nama, disinilah hakikat Nabi kita
Muhammad SAW, yaitu sebagai asal jadi dari segala yang jadi,
<b>Hawiyatul Alam </b>atau Hakikat Alam. Segala apapun adalah dari
pada Nur Nabi kita Muhammad SAW, sebagaimana sabda beliau.:</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b><span style="font-size: small;"><span><span lang="ar-SA">ﺍﻮﻞ ﻤﺎﺧﻟﻖﺍﷲ
ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻴﺎ ﺠﺎﺒﺮﻮﺧﻟﻖ ﻤﻧﻪ ﺍﻷ
ﺷﻴﺎﺀ ﻮﺍﻧﺖ ﻤﻦ ﺗﻟﻚ ﺍﻵ ﺷﻴﺎﺀ</span></span></span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><span><b>"AWWALUMA KHALAQALLAHU NURA NABIYYIKA YA JABIRU
WA KHALAQA MINHUL-ASYYA’A WA ANTA MIN TILKAL ASYA’I"</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Artinya : Mula-mula yang Allah jadikan adalah <b>Nur </b> Nabimu
ya ,,Jabir. Dan Allah jadikan dari pada Nur itu, segala sesuatu ini,
dan engkau hai ,,Jabir termasuk pada sesuatu itu.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><u>Pada Hadits yang lain Nabi bersabda</u> :</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b><span style="font-size: small;"><span><span lang="ar-SA">ﺍﻧﺎﻤﻦ ﺍﷲ ﻮﺍﻟﻤﻮ
ﻤﻧﻮﻦ ﻤﻧﻲ</span></span></span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><span><b>"ANA MINALLAHI WAL MU’MINUNA MINNI"</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Artinya : Aku adalah dari pada Allah, dan orang-orang mukmin
adalah daripadaku. </span></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b><span style="font-size: small;"><span><span lang="ar-SA">ﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ ﺮﻮﺡ
ﺍﻟﻧﺑﻲ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ ﻤﻦ ﺯﺍﺗﻪ
ﻮﺧﻟﻖ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺒﺎﺀ ﺴﺮﻩ ﻤﻦ ﻧﻮﺮﻤﺤﻤﺪ
ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ</span></span></span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><span>"<b>INNALLAHA KHALAQA RUHANNABIYYI SHALALLAHU ‘ALAIHI
WASALLAMA MIN DZATTIHI WA KHALAQAL ‘ALAMA BIASRIHI MIN NURI
MUHAMMADIN SAW".</b></span></span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="text-align: left;">Artinya : Sesungguhnya Allah ciptakan Roh Nabi Muhammad dari pada
</span><b style="text-align: left;">Dzat</b><span style="text-align: left;">-Nya, lalu Allah ciptakan alam dengan rahasiah-Nya
daripada Nur Muhammad SAW.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b><span style="font-size: small;"><span><span lang="ar-SA">ﻴﺎﺠﺎﺒﺮﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ
ﻗﺒﻞﺍﻵﺷﻴﺎﺀ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻤﻥ ﻧﻮﺮﻩ</span></span></span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>“</span><span><b>YA JABIRU INNALLAHA KHALAQA QABLAL ASYYA’I NURA
NABIYYIKA MIN NURIHI</b></span></span><span style="font-size: small;"><span>“</span><span></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Artinya : Ya ,,Jabir Sesungguhnya Allah ciptakan sebelum adanya
sesuatu adalah Nur Nabimu daripada Nur-Nya.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b><span style="font-size: small;"><span><span lang="ar-SA">ﻠﻗﺪ ﺠﺎﺀ ﻛﻢ ﻤﻥﺍﷲ
ﻧﻮﺮ</span></span></span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><span>"<b>LAQAD JA’AKUM MINALLAHI NURUN".</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Artinya :Sungguh telah Allah datangkan untuk kamu Nur daripada
Allah yaitu <b>Nur Muhammad SAW.</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b><span style="font-size: small;"><span><span lang="ar-SA">ﻴﺎ ﺍﻴﻬﺎ ﺍﻠﻧﺎﺲ
ﻗﺪ ﺠﺎﺀ ﻜﻢ ﺍﻠﺤﻖ ﻤﻦ ﺮﺒﻜﻢ</span></span></span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><span>"<b>YA AYYUHANNASU QOD JA ‘AKUMUL HAQQU MIN
RABBIKUM"</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Artinya : Wahai manusia, telah datang Al-Haq dari pada Tuhan-Mu
yaitu Nabi kita Muhammad SAW.</span></span></div>
<ol start="3">
<li><div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>MARTABAT
WAHIDIYAT</b></u></span></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Martabat ini nyata pula <b>Sifat </b>dan <b>Asma </b>itu,
dalam arti Munfashil (Terurai). Pada Martabat Wahdat nyata Sifat
dan Asma dalam arti Ijmal, maka pada martabat ini adalah dalam arti
Munfashil. Dari sini pula lahirnya <b>“Kalam Qadim”</b>, yaitu
“ANNAHU ANALLAHU,, Artinya : Aku-lah Allah.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in; text-align: right;">
<b><span style="font-size: small;"><span><span lang="ar-SA">ﺒﻲﻜﺎﻦ
ﻣﺎﻜﺎﻦ ﺒﻲ ﻴﻜﻮﻦ ﻤﺎﻴﻜﻮﻦ ﻓﻮﺠﻮﺪﺍﻠﻌﻮﺍﻠﻢ
ﺒﻲ</span></span></span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><span>"<b>BI KANA MA KANA, BI YAKUNU MA YAKUNU, FAWUJUDUL
’AWALIMI BI"</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Artinya :</span><span> Dengan Aku ada, apa saja yang telah ada, dan dengan
Aku akan ada apa saja yang akan ada. Maka adanya semua ‘alam ini
adalah denganKu.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-right: 0.02in;">
<b><span style="font-size: small;"><span face="Arial,sans-serif"><span lang="ar-SA">ﻜـﻧﺖ
ﻜـﻧﺰا ﻤﺧـﻔـﻴﺎ ﻓﺎﺀ ﺤـﺒـﺒـﺖ اﻦ
اﻋـﺮﻒ ﻓـﺧـﻠﻘﺖ اﻠﺧﻠﻕ ﻠﻴـﻌﺮﻓـﻧﻲ</span></span></span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; margin-right: 0.02in;"><span style="font-size: small;"><span>"<b>KUNTU KANZAN MAKHFIYYAN, FA AHBABTUAN ’URAFA FA
KHALAQTUL KHALAQA LIYA’RIFANI"</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; margin-right: 0.02in;">
<span style="font-size: small;"><span>Artinya : Aku adalah Rahasiah (Perbendaharaan) Yang
tersembunyi. Lalu Aku berkeinginan agar dikenal, kemudian aku
Ciptakan alam serta makhluk (Muhammad) tidak lain agar mereka bisa
Ma’rifat (mengenal) kepada Aku. </span></span>
</div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; margin-right: 0.02in;"><span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; margin-right: 0.02in;">
<span style="font-size: small;"><span><b>"AL INSANU SIRRI WANA SIRRUHUU"</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Artinya : Manusia adalah gudangnya rahasiahku dan AKU
adalah gudang rahasiahnya”. Dan tak akan memuat Dhat-KU (Zat
Allah) Bumi dan langitku kecuali hati hamba-hambaku yang mukmin yang
Lunak (ikhlas), dan tenang (Sabar lagi Mutmainah).</span></span></div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-size: small;"><span><span lang="ar-SA">ﺍ
ﻟﻒ ﺍﻟﺬ ﺍﺖ ﺳﺎ ﺮﻯ ﺳﺮﻫﺎ ﻓﻰ ﮐﻞ ﺬﺮﺓ
ﻮﺤﺎﺀ ﺤﻴﺎﺓ ﺍﻠﻌﺎﻠﻢ ﺍﻠﺬﻯ ﻤﻧﻪ
ﻤﺒﺪﺍﺀ ﻩ ﻮﻤﻗﺮﻩ</span></span></span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><span>"<b>ALIFU DZATI SAARI’UN SIRRUHAA FI KULLA DZARATIN,
HA ‘UN HAYATUL’ ALAMI ALLADZI MINHUMMABDA’UHU WA MAQARRUHU"</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Artinya : Alif Dzat adalah Mesra rahasiahnya pada segala zarrah,
dan Ha adalah Hayatul Alam (Kehidupan alam semesta), dari situlah
permulaannya dan menetapnya.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><b>Alif </b>dan <b>Ha </b>yang dimaksud ini di
I’tibarkan dari huruf-huruf yang tertera pada nama Nabi kita
Muhammad SAW dengan nama yang lebih dikenal dilangit dengan sebutan
<b>“Ahmad”.</b></span></span></div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<ol start="4">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
ARWAH</b></u></span></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Pada tingkatan inilah terhimpun dan terhampar luas
segala roh yang tidak bersusun-susunan.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<ol start="5">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
MITSAL</b></u></span></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Pada tingkatan alam ini ada rupa, tetapi tidak bisa
dibagi-bagi karena amat halusnya.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<ol start="6">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
ADJSAM</b></u></span></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Pada tingkatan ini semuanya berupa dan berbentuk dan
bisa dibagi-bagi (terbagi-bagi)</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<ol start="7">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
INSAN KAMIL</b></u></span></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span>Pada ala ini terhimpun menurut pengertian dari yang
Pertama sampai dengan Alam Adjsam.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ADAPUN
PENJELASAN MARTABAT 7 ALAM</b></u></span></span></div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>MENURUT
KITAB CENTINI</b></u></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> Bahwa
martabat 7 (Tujuh) Alam didalam kitab centini, yang diuraikan secara
detail oleh Syekh Among Raga atau Raden Jayeng Resmi putra Sunan
Giri Prapen. Yang isinya sebagai berikut :</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>Martabat
Tujuh Alam dibagi menjadi 2 bagian :</b></u></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>Pertama</b></u>
3 (tiga) Martabat Batin yang mencakup : <b>Alam Ahadiat, Alam
Wahdat </b>dan <b>Alam Wahidiat.</b></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>Kedua </b></u><b>
</b>4 (empat) Martabat Lahir yang mencakup : <b>Alam Arwah, Alam
Misal, Alam Ajsam </b>dan <b>Alam Insan Kamil.</b> </span></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
AHADIAT</b></u></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span>Adalah
wujud yang bersifat mutlak artinya tidak jelas, samara-samar <b>Sifat
</b>dan <b>AsmaNya</b>. Oleh karena itu disebut <b>“Kun Ijati”</b>
artinya Maha tinggi, tidak terjangkau oleh akal dan tidak ada yang
mengetahuinya. Segala akal akan terhenti jika hendak mengenal
Allah.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
WAHDAT</b></u></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span>Yaitu
permulaan <b>Takyun</b>, yakni nyata yang pertama, karena Allah
menyatakan keadaannya dan ilmu-Nya. Itulah yang menjadi nyata
keadaannya dan setengah sifat-sifatNya maka disebut pula <b>“Suku
Dzat”</b> Hakikat Muhammadiyah yang disebut Suku Dzat yaitu tempat
kumpulnya <b>Dzat, Ilmu </b>dan <b>Segala Sifat Dzat</b>.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
WAHIDIAT</b></u></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span>Yaitu
<b> Takyun Sani</b> sebab pada martabat inilah Allah menyatakan
Diri-Nya. Semua makhluk dan sifat ilmu sudah terpisah-pisah. Hal
ini disebut <b>Al-Akyan Sabitah</b>, itu adalah hakikat manusia,
maksudnya karena telah nyata keadaanNya Bumi, Langit lapis tujuh dan
binatang sudah berujud dalam ilmu Allah artinya bahwa manusia itu
lupa akan adanya dalam batas Tuhan. Oleh karena itu sekalipun Ia
tidak tahu ibunya, namun Allah mengetahuinya. Manusia itu disebut
<b>Insan Hakiki</b> karena tidak terpisah dengan <b>Dzat Allah</b>
maka keberadaannya itu berwujud <b>Sukma</b>, tidak menyimpang
dariNya dan tetap dalam ilmu Tuhan sepanjang masa. Ia nyata keadaan
dan Sifat-Nya. Insan Hakiki adalah sebutan yang lebih nyata, karena
ia adalah Jati kenyataan Tuhan. </span></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
ARWAH</b></u></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span>Adalah
kenyataan Tuhan, sebab Tuhan melahirkan yang ada dalam Ilmu-Nya,
keadaanNya itu dinyatakan dalam Alam Arwah. Segala <b>Sifat </b>dan
<b>AsmaNya</b> itu nyata adanya dan bahkan lebih nyata, karena Alam
Arwah adalah perwujudan Tuhan. Alam Arwah disebut juga <b>Nur
Wilayah </b> disebut demikian karena lahir dari Aibnya ibarat bayi
lahir dari perut sang ibu, lahir dengan segala wajahnya.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
MISAL</b></u></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span>Disebut
Alam Misal karena memang missal yang tetap ilmu-Nya dengan
nyata-nyata keadaanNya tetapi sifat-Nya jelas dalam Alam Ajsam.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
AJSAM</b></u></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span>Yaitu
kenyataan Tuhan, karena Tuhan menyatakan keadaanNya, kejelasan Alam
Ajsam, membuat Tuhan dalam keadaan ada, adanya Alam Ajsam maka
adapula Tuhan lebih nyata dengan adanya jisim. Itulah cermin
kenyataan dari yang nyata.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>ALAM
INSAN KAMIL</b></u></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span>Yaitu
tempat ketujuh martabat. Yang paling tinggi adalah tiga martabat
batin yaitu <b>La’takyun, </b>Suku Dzat dan Al-Akyan Sabitah,
sedangkan tiga martabat lahir yaitu Alam Arwah, Alam Misal, dan Alam
Ajsam. Alam Ajsam artinya adalah tebal tipisnya keadaan yang
menerima bagian. Sifatnya Jauhar Awal, Af’al dan Mukadas. Disebut
Insan Kamil karena keadaannya tidak terpisahkan dengan Tuhan Nyata
adanya, kuasa dan SifatNya maha tinggi, nyata dalam insan itu.
Disebut Insan Bashari karena tergolong jisim yang tebal tipisnya
berubah-rubah menurut keadaan unsure-unsur asalnya. Adapun
unsure-unsurnya itu ialah Angin, Api, Air dan Debu/Tanah, keempat
unsur yang tidak menyatu itu berbeda-beda pula tak ada yang sama.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> </span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> Unsur
tanah menunjukan watak rendah, unsur Air menunjukan watak dingin dan
rendah, unsur Angin menunjukan watak panas dan dingin, unsur Api
menunjukan watak panas. Semua watak itu berkumpul pada semua manusia
supaya mereka ada yang merasakan dingin dan panas, ada yang merasakan
nikmat (kaya) dan sengsara (miskin), serta ada yang merasakan rendah
dan tingginya derajat masing-masing, itulah watak-watak yang dimiliki
manusia.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> </span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> Sudah
menjadi kewajiban orang-orang mukmin agar bercermin kepada apa yang
telah tersebut itu, karena sesungguhnya Insan itu adalah cermin
orang-orang mukmin yang nyata-nyata akan adanya Tuhan. Nabi
Muhammad SAW bersabda “Barang siapa melihat segala sesuatu, namun
jika tidak memandang Tuhan, maka batallah penglihatannya itu,
sia-sialah penglihatannya itu dan tidak mendapat hasil. Seperti
orang yang mengantuk, ia melihat wayang dalang itu tampak pada
hilanglah suara dalang itu padahal nyata-nyata bahwa dalang berkata.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> </span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> Walaupun
tampak dalam kaca namun wujud hak itu adalah nyata. Demikian pula
dengan “Suku Dzat”, Al-Akyan Sabitah, Alam Arwah, Alam Ajsam dan
Sifat-sifat Dzat sekaligus. Hendaknya dapat menerima semua cermin,
sebab itu merupakan jalan menuju kesempurnaan. Para wali juga
diwajibkan melaksanakan sabda Tuhan, yakni wajib bercermin pada kaca.
Adapun martabat dari Alam Jabarut karena banyak orang yang bingung
dalam hal banyaknya Hak, maka dinyatakan bahwa semua milik Tuhan itu
adalah menjadi warna martabat. </span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> </span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span>Gambar Skemanya :</span></span><span style="font-size: small;"><span> </span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> </span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-3S0G8ALoOGU/VkP-guIlvsI/AAAAAAAARxs/svb88BkHXWY/s1600/martabat-alam-tujuh.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="396" src="http://4.bp.blogspot.com/-3S0G8ALoOGU/VkP-guIlvsI/AAAAAAAARxs/svb88BkHXWY/w400-h396/martabat-alam-tujuh.jpg" width="400" /></a></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijwvV4vrqyA0F-RixbMiUNl0txzU3ZA9g5iIraAzCMtjzzboTuRIVV-41IqimPxeMksBQztuXH8M25GNKoTX8p2nMnU3F8RQ7hdShTywgRncRlAW59mqtTsyjgWkHpbn_8hAbNNyBY6OMzaekg8KmBf3rN3bs-Ka2hq-qrSz30wbYeYyYoE-jeelVydg/s757/BtXhdtfCQAA5kk0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="757" data-original-width="581" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijwvV4vrqyA0F-RixbMiUNl0txzU3ZA9g5iIraAzCMtjzzboTuRIVV-41IqimPxeMksBQztuXH8M25GNKoTX8p2nMnU3F8RQ7hdShTywgRncRlAW59mqtTsyjgWkHpbn_8hAbNNyBY6OMzaekg8KmBf3rN3bs-Ka2hq-qrSz30wbYeYyYoE-jeelVydg/w492-h640/BtXhdtfCQAA5kk0.jpg" width="492" /></a></div><br /></span></span>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-53278911596540587692015-11-12T09:31:00.004+07:002022-09-10T01:10:18.099+07:00Penjelasan Tassawuf<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXUBVLFOx87p3koFpJ_s1VRGoqRNlMxAo_gpQU39TgWZ_xWFayOGO2Bo_tVJ3FwMKdS8YIsSorkZtoB0fdMOVGDauT4i2emoaVaHOh0glbwmgCm1zQmOIjUqrmZvhFUnSEsDRdxweaLcKEo2fwSvKwBDuZCzExv8PuCVWhC1qSFhAJc05-jnpBdCqs_Q/s1080/ilustrasi-tokoh-islam-al-ghazali_169.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="608" data-original-width="1080" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXUBVLFOx87p3koFpJ_s1VRGoqRNlMxAo_gpQU39TgWZ_xWFayOGO2Bo_tVJ3FwMKdS8YIsSorkZtoB0fdMOVGDauT4i2emoaVaHOh0glbwmgCm1zQmOIjUqrmZvhFUnSEsDRdxweaLcKEo2fwSvKwBDuZCzExv8PuCVWhC1qSFhAJc05-jnpBdCqs_Q/w640-h360/ilustrasi-tokoh-islam-al-ghazali_169.gif" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>TASSAWUF</b><br />Tasawuf didasarkan pada 8 (delapan) sifat yang dicontohkan oleh Para Rasul :<br />1. Kedermawanan Nabi Ibrahim, yang mengorbankan putranya.<br />2. Kepasrahan Nabi Ismail, yeng menyerahkan diri pada perintah Allah dan menyerahkan hidupnya.<br />3. Kesabaran Nabi Ayub, yang dengan sabar menahan penderitaan penyakit gatal dan kecemburuan Yang Maha Pemurah.<br />4. Perlambangan Nabi Zakaria, yang menerima sabda Tuhan, “ Kau tak akan berbicara dengan manusia selama 3 (tiga) hari, kecuali dengan mempergunakan lambang-lambang”, dan juga “ tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut”.<br />5. Keasingan Nabi Yunus yang merupakan orang asing di negerinya sendiri dan terasing di tengah-tengah kaumnya sendiri.<br />6. Sifat Penziarah Nabi Isa, yang begitu melepaskan keduniawian sehingga hanya menyimpan sebuah mangkuk dan sebuah sisir. Mangkuk itu pun di buangnya ketika ia melihat seseorang minum dari telapak tangannya, dan juga sisirnya ketika dilihatnya seseorang menyisir rambut dengan jari-jarinya.<br />7. Pemakaian jubah wool oleh Musa.<br />8. Kemelaratan/kemiskinan Muhammad, yang di anugerahi kunci segala harta yang ada di muka bumi oleh Allah, sabda-Nya: “Jangan menyusahkan diri sendiri, tapi nikmati setiap kemewahan dengan harga ini “, namun jawabnya Muhammad, “Ya Allah, hamba tidak menghendakinya, biarkan hamba sehari kenyang dan sehari lapar“.<br />Beberapa diantara orang-orang sezaman Junayd menekankan segi tapabrata tasawuf, yakni suatu pemutusan hubungan sepenuhnya dengan apa yang dikatakan sebagai “ dunia” dan egotisme, “Tasawuf berarti tak memiliki apa pun dan tak dimiliki apa pun”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Segi sosial dan praktis dalam tasawuf kita ketahui dari batas-batasan seperti yang diberikan oleh Junayd dan Nuri yang menyatakan bahwa “ Tasawuf tidak tersusun dari praktek dan ilmu, tetapi merupakan akhlak”, dan “ siapa pun yang melebihimu dalam nilai akhlak, berate melebihimu dalam Tasawuf ”. Maksudnya ialah bertindak sesuai dengan perintah dan hukum Allah, yang dipahami dalam pengertian rohaninya yang terdalam tanpa mengingkari bentuk-bentuk luarnya. Cara hidup semacam ini hanya mungkin dilaksanakan lewat pengabdian penuh kasih : “ Tasawuf adalah menjadi murninya jiwa dari pengotoran oleh perselisihan”- suatu kalimat yang dijelaskan oleh Hujwiri sebagai berikut : “ Cinta adalah kesepahaman, dan kekasih hanya memiliki satu tugas di dunia, yakni mentapi perintah yang dikasihinya, dan apabila yang di hasratkan satu saja, bagaimana mungkin perselisihan timbul ?</div><div style="text-align: justify;"><br />Para sufi telah berbicara mengenai 3 (tiga) segi makna Tasawuf : Menurut Syariat, Tarikat, dan Hakikat. Hal itu merupakan penyucian pada tingkat-tingkat yang berbeda, pertama-tama dari sifat-sifat rendah dan kekejian jiwa, kemudian dari perbudakan sifat-sifat manusia, dan akhirnya penyucian dan pemilihan pada tingkat sifat-sifat.</div><div style="text-align: justify;"><br />Kaum mistik Islam menikmati kata dengan akar Safa ‘ kemurnian’, setiap kali mereka membicarakan Tasawuf dan sifat-sifat ideal sufi : ‘ Ia yang dimurnikan cinta menjadi murni (safi ), dan ia yang dimurnikan Kekasih menjadi sufi ‘, yakni seorang yang sama sekali terserap dalam Maha Kekasih dan sama sekali tidak memikirkan apa pun kecuali Dia – hanya dengan begitu ia mencapai taraf sufi sejati. Tidaklah mengherankan bahwa para sufi telah berusaha mengangkat ‘ Adam’ sebagai sufi pertama; sebab selama 40 (empat puluh) hari ia berada “dalam khalwat” (bagaikan pendatang baru di awal Tarikat) sebelum Allah menganugerahkan jiwa; kemudian Allah memasang lampu nalar di hatinya dan cahaya kearifan di lidahnya, dan ia pun muncul bagaikan ahli mistik yang diterangi, dari tempat pengasingannya waktu ia berada dalam adonan Tuhan. Setelah kejatuhannya ia menunjukan rasa penyesalannya di India selama 300 tahun sampai Tuhan ‘ memilih-nya’ sehingga ia menjadi murni (safi ) dan demikian menjadi seorang sufi sejati. Seorang sufi mendefinisikan tentang tasawuf sebagai berikut : “ Tasawuf itu Apa ? Katanya : Menemukan kebahagiaan di hati apabila kesusahan tiba”.</div><div style="text-align: justify;"><br />Dalam masa-masa pembentukannya, tasawuf terutama merupakan bagian-bagian Islam, suatu pengalaman pribadi tentang misteri utama Islam, yakni Tauhid, “ menyatakan bahwa Allah itu Esa.” Para Sufi selalu berada dalam lingkungan Islam, dan sikap mistik mereka tidak terbatas pada keanggotaannya pada mazhab hukum atau teologis yang mana pun. Mereka bisa mencapai tujuannya dari titik mana saja, pada dasarnya mereka tidak tertarik pada perbedaan-perbedaan teologis yang sangat kecil. Hujwiri menyimpulkan sikap awal sufi terhadap ilmu dan teknologi dalam pengamatannya yang tajam : “ Pengetahuan itu luas, tetap hidup singkat: oleh karenannya tidaklah wajib mempelajari semua ilmu….. cukup yang ada hubungannya dengan hukum agama.” Itu berarti : astronomi secukupnya agar bisa menentukan kiblat, matematika secukupnya agar bisa menghitung jumlah zakat yang harus diserahkan – itulah yang harus diketahui seorang sufi, seperti juga halnya setiap Muslim yang baik. Bukankah Allah telah mengutuk ilmu yang tak ada gunanya (surah 2 :96), dan bukankah Nabi bersabda, “ Aku berlindung pada-Mu dari pengetahuan (ilmu) yang tak berguna?” Ilmu yang wajib di tuntut oleh setiap Muslim, adalah pengetahuan tentang kewajiban praktis seorang Muslim: “ Jangan membaca ilmu kecuali untuk kehidupan yang sesungguhnya… Ilmu Agama berupa fiqih, tafsir, dan hadist – siapa pun yang membaca yang lain akan menjadi menjijikan.” Kearifan sejati, yakni kearifan Yang Tunggal, tidak bisa dicapai lewat buku-buku (kitab); banyak kisah menceritakan bagaimana seorang sufi yang telah mencapai, atau menganggap dirinya telah mencapai, tujuannya – membuang buku-bukunya (kitab), katanya : “ Buku, kau memang pandu utama, tetapi konyol sekali kalau masih merepotkan diri dengan pandu kalau tujuan sudah tercapai.</div><div style="text-align: justify;"><br />“ Memecahkan botol tinta dan menyobek buku” dianggap, oleh beberapa ahli sufi, sebagai langkah pertama dalam tasawuf. Orang suci yang agung “ Umar Suhrawardi, yang mempelajari teologis skolastik pada masa mudanya, diberkahi oleh seorang suci yang meletakan tangan di dadanya dan membuatnya melupakan segala yang telah dipelajarinya, “ tetapi ia mengisi dada saya dengan ILMU LADUNI. Yakni pengetahuan yang diturunkan langsung dari Allah. Syekh Abdul Qodir Jailani mempertunjukan mukjizat dengan tiba-tiba menghanyutkan teks sebuah buku filsafat yang dianggapnya berbahaya bagi pengikut-pengikutnya; sufi-sufi lain dalam mimpinya dituntut untuk membuang koleksi bukunya yang berharga ke sungai.</div><div style="text-align: justify;"><br />Kegemaran akan pengetahuan langsung yang berbeda dari ilmu pengetahuan menurut hukum pada masa-masa selanjutnya di nyatakan oleh banyak penyair dan ahli sufi yang mencemoohkan pelopor sekolah hukum terkenal, terutama sekali Imam Abu Hanifah (767 M) dan Imam Syafi’I (820 M). “ Abu Hanifa tidak mengajarkan cinta, ( Syafi’I tak mengenal hadist ).</div><div style="text-align: justify;"><br />Sana’I ( 1131 m) sering membedakan Sufi dan Kufi, yakni ahli hukum terkenal Abu Hanifa yang berasal dari Kufa; dan masih dalam puisi mistik Sindhi abad ke-18, sufi disebut La-kufi, nir-kufi, yakni tidak terikat pada suatu tatacara agama tertentu. Para Sufi menyatakan bahwa seluruh kearifan tercantum dalam huruf Alif, huruf pertama dalam abjad dan lambing Allah. Bukankah banyak sarjana yang bersandar pada buku “ seperti keledai yang membawa kitab-kitab? “ Bukan kah Nuh hidup sampai 900 (sembilan ratus) tahun dengan hanya Dzikir (mengingat-ngingat) Allah ?<br /><br /><br /><b>TAUHID</b><br />Apakah Tauhid itu? Tauhid atau ‘Pernyataan bahwa Allah itu satu’ merupakan tujuan kehidupan ke-agamaan bagi orang Islam pada umumnya dan bagi orang sufi khususnya. Hujwiri menyatakan bahwa ada 3 (tiga) jenis Tauhid :<br />1. Tauhid Tuhan tentang Tuhan, Yaitu pengetahuan-Nya tentang kesatuan-Nya.<br />2. Tauhid Tuhan tentang makhluk-Nya, Yaitu ketetapan-Nya bahwa manusia menyatakan Tuhan sebagai Satu dan menciptakan penyatuan dalam hatinya.<br />3. Tauhid manusia tentang Tuhan, Yaitu pengetahuan mereka tentang Kesatuan Tuhan.</div><div style="text-align: justify;"><br />Bagi tasawuf ordtodoks, Tauhid terutama berarti pengakuan bahwa tak ada pelaku selain Allah dan bahwa segala sesuatu dan semua orang tergantung pada-Nya. Gagasan ini sudah membawa kepada pengakuan bahwa hanya Dia sajalah mempunyai wujud sebenarnya dan hanya Dia saja yang berhak mengatakan “Aku” – bahwasanya Tuhan adalah satu-satunya subjek yang benar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Didalam Kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al-Gazzali menggambarkan secara sangat jelas, cara untuk mencapai tauhid :<br />Barang siapa memandang dunia karena itu karya Tuhan, dan mengenalnya karena itu karya Tuhan, dan mencintainya karena itu karya Tuhan, tidak memandang kepada apa pun selain Tuhan, dan tidak mengetahui apa pun selain Tuhan dan tidak mencinta apapun selain Tuhan, ia adalah penyatu (Muwahhid) sejati, yang tidak memandang apa pun selain Tuhan, bahkan tidak memandang kepada dirinya untuk dirinya sendiri, melainkan karena ia hamba Tuhan – orang seperti itu dinamakan sirna dalam penyatuan dan disebut sebagai sirna dari dirinya sendiri.<br /><br />Ini merupakan penjabaran daripada apa yang diucapkan oleh seorang sufi sebelum itu; Hujwiri mengutipnya sebagai berikut : “ Penyatuan adalah bahwa tak ada yang melintas di pikiranmu kecuali Tuhan”. Al-Junaed juga mengembalikan gagasan Tauhid kepada hari perjanjian Purba :<br /><br />Tauhid artinya seseorang menjadi boneka di tangan Tuhan, boneka yang menuruti perintah-perintah Tuhan sesuai dengan ketentuan-Nya dalam keMahakuasaan-Nya, dan bahwa ia harus tenggelam ke dalam lautan tauhid-Nya, sirna dan mati, baik dalam hal panggilan kemanusiaan maupun dalam hal jawabnya kepada mereka. Ia harus terpana oleh realitas ilahi dalam keakraban sejati, terlena dari pikiran dan perbuatan, karena Tuhan melaksanakan padanya apa yang Ia kehendaki daripadanya, Yaitu bahwa keadaannya yang terakhir menjadi keadaannya yang mula-mula, dan bahwa ia menjadi seperti ketika ia belum berwujud.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Jadi Tauhid sejati berarti melupakan tauhid. Dalam keadaan tauhid orang yang awas menjadi buta dan orang yang bernalar menjadi bingung. “ Dan pada segala sesuatu ada saksi untuk-Nya, yang membuktikan bahwa Ia. (Esa).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kehadiran Tuhan yang meresapi segala sesuatu disaksikan oleh Muwahhid, dan oleh orang sufi dinyatakan dalam ucapan, “ Aku tidak melihat sesuatu tanpa melihat Tuhan sebelumnya dan sesudahnya dan bersamanya ada di dalamnya.” Menurut Muhammad ibn Wasi’ berkata, “ Aku tak pernah melihat sesuatu tanpa melihat Tuhan di dalamnya.” Dan menurut Shibli berseru : “ Aku tak pernah melihat sesuatu kecuali Tuhan.” Dalam keadaan bahagia (Jadhbi) hanya melihat Tuhan, lain tidak. Dari pernyataan Shibli mudahlah orang berlanjut kepada perasaan yang di ungkapkan dalam bayak syair Parsi dan Turki : “ Dalam mesjid dan warung, dalam kafir dan muslim aku hanya melihat Tuhan!” Para sufi mendukung ucapan semacam itu dengan adanya firman Tuhan : “ Ke mana pun engkau berpaling, disitu wajah Tuhan.” (Q.S. 2 : 109) kalimat ini merupakan salah satu dasar bagi teori-teori sufi, kemudian dan memberikan kepada para sufi suatu bukti bahwa Tuhan, Yaitu satu-satunya pelaku, adalah satu-satunya wujud sejati, dan bagi ahli sufi yang mendapat pencerahan, Ia terlihat dalam setiap bentuk dan di balik setiap penyamaran.<br /><br /><br /><b>BENTUK-BENTUK IBADAH/SHALAT</b><br />Satu di antara kelima rukun Islam ialah shalat ( dalam bahasa Parsi dan Turki Namaz ) yang dilakukan 5 (lima) kali sehari pada waktu yang ditentukan di antara sesaat sebelum fajar dan kegelapan malam. Sesuai dengan suatu hadist pada zaman awal Islam, para pertapa serta ahli sufi menganggap shalat sebagai semacam kenaikan ke surga, sebagai mikraj yang membawa mereka dalam kehadiran Tuhan secara langsung. Ada hadist yang mengatakan, “ Shalat itu kunci surga”; dan juga Hadist Nabi : </div><div style="text-align: justify;">“ ASHALATU MI’RAJUL MU’MININ “. Artinya : Shalat adalah Mi’rajnya orang-orang beriman. Didalam kata Shalat ada tindakan wasola, artinya : tiba, bersatu. Dengan demikian shalat menjadi waktu untuk berhubungan, suatu saat kedekatan kepada Allah. Bukankah di dalam Qur’an dinyatakan berkali-kali bahwa seluruh penciptaan dijadikan dengan tujuan memuja Tuhan? Maka mereka yang mengingkan kedekatan khusus kepada Tuhan serta mau membuktikan ketaatan dan cintanya, pastilah mereka yang mementingkan shalat. Mungkin mereka bahkan mampu menyuruh malaikat maut menunggu sampai mereka selesai shalat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Saat sang sufi mengucapkan niat dengan menyebut jumlah rokaat yang tepat, berarti juga pernyataannya kemauannya untuk meninggalkan seluruh alam ciptaan. Selama ber-shalat ia merasa seakan-akan menunggu di hadapan Tuhan pada Hari Kiamat. Dengan tepat Muhasibi menggambarkan perasaan takut dan kagum yang memukau :<br /><br />Yang menguasai hati ahli Ma’rifat sewaktu ia bershalat ialah kesadaran akan kerahasiaan yang meliputi hadirat Tuhan tempat ia menghadap, dan kesadaran akan kekuasaan Tuhan yang dia cari, dan kesadaran akan cinta Tuhan yang berkenan mengijinkan pergaulan yang akrab dengan-Nya. Sang sufi sadar akan hal itu sampai ia selesai shalat, dan ia beranjak dari tempatnya dengan wajah yang berubah sehingga teman-temanya tidak dapat mengenalnya, karena rasa takut dan kagum yang dirasakannya terhadap keagungan Tuhan. Bila seseorang datang menghadap ke hadirat seorang raja atau seseorang yang dia rindukan dan dia takuti, sikapnya berubah daripada ketika ia datang, dan ia pergi dengan wajah yang berubah pula. Betapa pula bila ia menghadapi Tuhan seru sekalian alam yang tiada awal dan tiada akhir, yang tidak ada samanya? (Kitab Ar-ri’aya li huquq Allah).<br /><br />Bila engkau memulai shalat, hendaknya engkau menghadap ke hadirat-Nya seakan-akan itu Hari Kebangkitan. Saat itu engkau berdiri di hadapan-Nya tanpa perantara, sebab Ia menyambutmu dan engkau berbicara akrab dengan-Nya. Dan engkau tahu Siapa yang kau hadapi, sebab Ia adalah Raja segala raja. Kalau engkau telah mengangkat ke dua belah tangan dan mengucapkan “ Allahu Akbar “, jangan biarkan sesuatu yang lain tinggal di hatimu kecuali memuliakan-Nya; dan pada saat memuliakan-Nya, jangan biarkan sesuatu yang lain ada dalam jiwamu kecuali kemuliaan Allah yang Mahatinggi, sehingga engkau melupakan dunia dan akhirat pada saat memuliakan Dia. Jika seseorang berukuk dalam shalat hendaknya ia tegak kembali, kemudian sujud, sehingga setiap sendi tubuhnya menghadapi singgasana Tuhan, dan ini berate bahwa ia memuliakan Allah yang Mahatinggi, sehingga dalam hatinya tak ada yang lebih besar daripada Allah yang Maha Agung dan Ia menganggap dan merasa dirinya tidak lebih ketimbang sebutir debu. (Kitab Ar-ri’aya li huquq Allah)<br />Dalam keadaan yang penuh rasa kagum dan takut ini, setiap anggota tubuh ikut serta dalam pemujaan sehingga jiwa dan raga serentak tertuju kepada Tuhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Orang sufi memberikan makna yang berbeda-beda kepada shalat. Mereka mengatakan bahwa shalat dalam artian Syariat adalah pengabdian, menurut Tarikat adalah ke-Akraban dan menurut Hakikat adalah penyatuan dengan Tuhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Bila ditafsirkan secara esoteris mungkin juga gerakan shalat diartikan mewakili gerak pemujaan yang terdapat pada seluruh penciptaan : SUJUD mengingatkan pada hal tumbuhan, RUKUK pada hal hewan dan BERDIRI TEGAK adalah milik husus manusia. Setiap mahluk menyembah Tuhan dengan caranya sendiri. Para Malaikat menyembah Tuhan dalam satu sikap selama berabad-abad, sesuai dengan tingkatannya; hanya manusia yang dalam beberapa gerakan shalat dapat mewakili keseluruhan pemujaan yang merupakan kewajiban segenap mahluk. Di dalam sikap-sikap shalat dihubungkan dengan nama ADAM, yang mewakili segenap umat manusia :</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />ADAM<br />ALIF ( ﺍ ) DAL ( ﺪ ) MIM ( ﻢ )<br />ika engkau berdiri, terbentuklah ALIF ( ﺍ )<br />Bila berukuk, lihatlah DAL ( ﺪ ) tercipta;<br />Kalau engkau bersujud kelihatan MI M ( ﻢ )<br />Maksudnya, agar bisa menghayati ADAM.<br />Orang lain menafsirkan nama MUHAMMAD dalam huruf Arab sebagai bentuk mnusia yang bersujud dihadapan Tuhan. Dan pada akhir abad ke-17, seorang sufi mengumpamakan manusia seperti gerakan shalat :<br /><br />Remaja berdiri tegak, Usia lanjut berukuk, dan kesirnaan ( kematian) bersujud. Dalam keberadaan dan ketiadaan tak dapat diperbuat selain shalat.<br /><br />Shalat atau “namaz“ terdiri atas 4 (empat) huruf<br />N = Nusrat, Artinya Kejayaan<br />M = Milkat, Artinya Kendali<br />A = ulfat, Artinya Keakraban<br />Z = ziyadat, Artinya Peningkatan<br /><br />“Sikap tubuh dalam sujud merupakan keakraban Jiwa”. Sebab Allah sendiri berfirman : “Sujudlah dan dekatkanlah dirimu pada Tuhan”. (QS. 96 : 19).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Ucapan-ucapan dalam shalat juga di artikan secara esoteris khususnya Al-Fatihah yang dalam Islam diucapkan :<br />Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam<br />Maha Pemurah lagi Maha Penyayang<br />Yang menguasai hari pembalasan<br />Hanya engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan<br />Tunjukilah kami jalan yang lurus,<br />Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat pada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.<br /><br />Dalam suatu hadist qudsi Allah menyatakan bahwa Ia telah membagi surah ini antara Dia sendiri dan hamba-Nya. Berdasarkan kalimat itu, dalam tujuh larik fatihah, Ibn Arabi telah menemukan ungkapan sempurna tentang hubungan manusia dengan Tuhan : Ketiga baris pertama merupakan tindak orang yang beriman terhadap Tuhan, baris keempat merupakan tindak timbal balik dan tiga baris terakhir menggambarkan tindak Ilahi atas manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Macam-macam penafsiran yang diberikan oleh sufi terhadap shalat dengan segala rinciannya dapat mengisi suatu buku tebal. Penafsiran itu berkisar dari perbuatan ketaatan yang sederhana, sampai pada perasaan bahwa Tuhan sendiri mendirikan Shalat, seperti dikatakan oleh Ibn Al-Farid dalam Ta’iyya : “Kita berdua adalah satu pemuja yang, dalam kebijaksanaan terhadap keesaan, menyembah Zat-Nya sendiri dalam setiap rukuk. Tak ada yang memujaku kecuali aku sendiri dan tak ada yang kusembah kecuali diriku dalam setiap rukuk”<br /><br />Penafsiran mistik mengenai shalat ini pun belum cukup memenuhi hasrat sang sufi kepada percakapan yang semakin akrab antara asyik dan masyuk. Masalah bagaimana shalat itu mencapai Tuhan yang berkali-kali dipertanyakan barangkali diungkapkan secara paling mengesankan oleh Niffari yang mendapat karunia disapa oleh Tuhan :<br /><br />“Engkau ingin shalat semalam suntuk, dan engkau ingin membaca semua surah Qur’an semalam itu, tetapi engkau tidak shalat. Hanya yang menyembah Aku, dialah yang bershalat semalam suntuk, bukan demi doa apa pun dan bukan demi bagian Qur’an manapun yang dikenal. Dialah yang kutemui bertatap muka, dan dialah tetap dalam kepadaan Diriku, tanpa menginginkan sesuatu untuk-Ku atau dari-Ku. Bila Aku ingin, Aku bicara dengan dia, dan bila Aku ingin mengajarnya, Aku ajari dia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />“Orang yang bertasbih beranjak jika mereka selesai, dan orang yang mengaji Qur’an beranjak bila mereka telah habis membacanya; tetapi hamba-Ku tidak beranjak, betapa mungkin mereka beranjak?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DO'A DAIM (TERUS MENERUS)</b><br />Doa sejati adalah terus menerus, tak dapat dibatasi dalam sejumlah rakaat dan ayat Qur’an, melainkan ia meresap dalam segenap jiwa manusia. Do’a dapat diartikan sebagai pembicaraan akrab, atau munajat, antara manusia dan Allah, sebagai bertukar kata cinta yang menghibur hati duka, meskipun tidak langsung dijawab. Ia adalah “ Bahasa kerinduan akan kekasih”.<br />Menurut suatu hadist Hasan ibn Ali, cucu Rasulullah pernah ditanya :<br />Mengapa orang-orang yang paling cantik adalah yang berdoa di malam hari?<br />Jawabnya : Karena mereka sendirian saja dengan Yang Maha Mengasihi yang menyinari mereka dengan cahaya-Nya. Dan seorang sufi lain yang melewatkan doa malam hari dipersilahkan oleh Tuhan : “ Berdustalah ia yang beralih cinta kepada-KU, tapi bila malam tiba tidur menjauhi Aku”. Shalat malam hari, walaupun mungkin tidak berate di mata umum, adalah seperti “ Pelita bercahaya” di mata Tuhan. Hanya para sufi dari aliran pasif dank eras, baik dalam Islam maupun agama lain- menyangsikan dasar hukum daripada do’a. mereka berpendapat bahwa Tuhan ‘ terlalu Agung untuk didekati dengan do’a, atau di jauhi dengan tidak berdo’a.’ Menurut mereka, Sabar dan diam dalam penderitaan lebih sesuai daripada do’a. salah seorang pertapa utama dari Khurasan yang menulis buku mengenai pertapaan, ( Kitabb Az-Zuhud) Yaitu ‘Abdallah ibn Mubarak berkata : “ Sudah lima puluh tahun lewat sejak aku berdoa atau menginginkan orang berdoa untukku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Karena semuanya sudah ditakdirkan, buat apa berdoa? Lebih baik kita tawakal sepenuhnya dan menerima sepenuhnya apa saja yang diberikan Tuhan. Bahkan menurut cerita, Dhun-Nun pernah mengatakan kepada orang yang meminta di doakan : “ Andaikata ada sesuatu yang sudah ditakdirkan Tuhan bagimu, itu berarti bahwa banyak doa yang tidak diucapkan telah dikabulkan; bila tidak, apa guna orang yang mau terbenam berteriak-teriak? Ia hanya akan tenggelam lebih cepat karena lebih banyak air yang masuk ke kerongkongannya. Akan tetapi sikap pasrah penuh ini tidak dapat dianggap sebagai khas sufi pada umumnya. Kebanyakan mereka yakin benar bahwa doa itu perlu dan penting, sebab Allah sendiri telah memerintahkan dalam firman-Nya : “ Berdo’alah padaKu, Aku akan menjawabmu!”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Imam Al-Ghazzali dalam kitabnya IHYA ULUMUDDIN menerangkan tentang do’a bebas (daim) dalam suatu bab yang panjang. Ia merumuskan jawaban atas bantahan bahwa doa tidak sesuai dengan gagasan takdir; takdir mencakup kemungkinan menolak kejahatan dengan do’a ‘ Seperti layaknya perisai menolak anak panah, keduanya saling melawan”(G 1 : 298). Ia mengulangi suatu gagasan yang diungkapkan oleh Yahya ibn Mua’adh tiba abad sebelumnya : “ Bila nasib menyerangku kemalangan, aku menyambutnya dengan serangan doa.” (A 10:53) Doa yang diucapkan oleh yahya mengumandangkan masalah dosa dan karunia dan selalu berakhir dengan keyakinan penuh harap akan pengampunan serta pertolongan Tuhan. Sebenarnya, perlunya Istighfar atau ‘ mohon ampun’ pada umumnya disebut sebagai taraf persiapan untuk doa sejati. Para sufi di zaman awal suka merenungkan hubungan yang saling bertentangan antara kelemahan manusiawi dan kekuasaan Ilahi, dan bila Attar dalam syairnya berkata :<br />“Aku tiada, tetapi semua kejahatan berasal daripadaku. Tak ada apapun selain Engkau, tetapi semua kebajikan berasal daripada-Mu”.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Maka ia memberikan bentuk yang canggih begi kebingungan yang merupakan ciri khas kehidupan doa para sufi. Kebanyakan tokoh besar tasawuf memang mendorong murid-murid mereka untuk terus berdo’a, dan berdoa, penuh keyakinan. Sha’rani, tokoh sufi Mesir dari abad ke-16, dengan kata-kata menyentuh hati telah menggambarkan malam kelam dalam jiwanya yang berlangsung selama sebulan tanpa ia sanggup berdoa. (Abdul Wahab As-Sha’rani – Kitab Lawqih al-anwar al-qusiyya).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Banyak guru-guru sufi yang memberikan peraturan-peraturan mengenai apa yang disebut doa ‘ Bebas’. Cukuplah kalau kita melihat klasifikasi doa yang diberikan oleh Al-Ghazali dalam Ihya (G 1:274). Peraturan untuk setiap doa amat terperinci sehingga hampir-hampir merupakan cabang baru dalam ibadah yang diatur secara ketat, dan seakan-akan didalamnya tidak ada gerak hati yang bebas. Saat yang tepat dan sikap yang tepat sewaktu berdoa dianggap amat penting, demikian juga bentuk luarnya : prosa lirik misalnya, hendaknya tidak digunakan dalam doa bebas. Meskipun demikian para ahli tasawuf yang besar seringkali mengubah doa-doa yang paling indah dalam prosa lirik. Penekanan khusus diberikan kepada pengulangan formula doa dan surah-surah dari Qur’an. Jumlah pengulangan yang paling biasa dipakai 3x, 7x, 15x, 70x, dan 1000x. angka-angka khusus ini sesuai dengan kepercayaan mengenai angka magis yang terdapat di mana-mana, tetapi menurut paham Islam aturan-aturan ini diturunkan dari Rasululloh dan sahabatnya. Konsep doa ma’thur, Yaitu doa yang manjur karena pertama kali diucapkan oleh orang yang saleh atau di ilhamkan oleh Rasululloh melalui mimpi, sangat mempengaruhi kecenderungan ibadah umum, seperti yang telah dinyatakan Constance Padwick dalam bukunya yang utama, Muslim Devotions. Melalui jalan ‘doa yang disunahkan’ dalam ‘doa yang manjur’, kesalahan mistik diresapkan kedalam masa yang luas dan lebih berkesan dalam pembentukan kesadaran keagamaan mereka ketimbang rumus-rumusan yang digunakan dalam shalat yang diwajibkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kesalahan hati yang dimiliki oleh orang-orang kebanyakan ini tercermin dalam salah satu kisah Rumi yang paling indah, Yaitu kisah doa pengembala. Dalam cerita ini Nabi Musa, yang mewakili agama yang mapan, mendapat pelajaran bahwa kata hati yang terbata-bata dan keluhan tak berdaya dan bahkan citraan kekanak-kanakan dalam doa pun, lebih bisa diterima Tuhan ketimbang bentuk-bentuk yang ilmiah dan tepat – asal orang yang berdoa itu mengucapkan katanya dengan ketulusan dan kepasrahan sejati.<br /><br />Musa melihat seorang gembala di jalan, yang berkata : “ Ya Tuhan, Engkau memilih (siapa yang Kau mau) : Dimana Kau? Aku ingin menjadi hamba-Mu dan menjahit sepatu-Mu dan menyisir rambut-Mu<br />Aku ingin mencuci baju-Mu dan mencari kutu-Mu dan mengantar susu pada-Mu, wahai Yang kumulyakan. Aku ingin mencium tangan-Mu kecil dan menggosok kaki-Mu mungil (dan bila) tiba waktu tidur, kusapu bilik-Mu kecil.<br />Wahai Engkau, jadilah semua kambingku sebagai korban bagi-Mu, wahai Engkau yang kuseru dengan Wah dan aduh ! ”.<br /><br />Nabi Musa terperanjat mendengar kata-kata itu: “ Ocehan apa ini? Serapah dan igauan apa ini? Bungkam mulutmu dengan kapas !”. (M 2: 1720-24, 1728). Tetapi ia terpaksa menyadari bahwa gembala yang berhati sederhana telah mencapai taraf rohaniah yang lebih tinggi dari pada dia sendiri, Nabi yang sombong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Para sufi mengetahui bahwa doa dalam arti permohonan adalah hak khusus manusia. Walaupun semua makhluk memuji Tuhan dengan bahasa mereka masing-masing, hanya manusialah yang dapat berbicara dengan-Nya, mengadukan penderitaan serta harapannya kepada Tuhan yang Mahabijaksana. Walaupun Ia telah mengatur jalannya dunia dengan takdir-Nya, Ia ingin - seperti yang ditekankan oleh Kazaruni (T 2:30) – memberi kehormatan kepada manusia dengan mengabulkan doanya. Lebih lagi: Tuhan merindukan doanya.” (L 136) suatu hadist yang diikuti oleh Qusyairi menyebutkan bahwa Tuhan menitahkan kepada Jibril supaya jangan menjawab doa hamba-Nya yang tercinta karena Ia senang mendengar suaranya. Ar-Rumi melukiskan pandangan yang agak antropomorfik ini dengan suatu cerita yang mengumpamakan orang berdoa seperti burung perkutut dan beo yang ditaruh dalam sangkar supaya pemiliknya dapat menikmati suara mereka yang merdu. Tuhan menyukai doa-doa ini; dan Ia langsung mengabulkannya, hanya bila Ia tidak suka kepada orang yang berdoa seperti kita memberi sekeping roti kepada pengemis yang tua dan buruk muka supaya ia lekas berlalu dari depan pintu rumah kita. Ini bukan suatu gagasan teologi yang luhur, tetapi tidak jarang disebut dalam puisi sufi. Rumi juga menceritakan tentang bau hati terbakar yang naik ke hadirat Tuhan melalui doanya yang membara (M 5:2259) ini mengingatkan kita kepada citraan Perjanjian Lama tentang jantung dan hati yang dipersembahkan sebagai korban yang dibakar.</div><div style="text-align: justify;"><br />Masalah lain ialah sejauh mana orang dalam doanya dapat mendesak Tuhan. Pencinta sejati boleh menggunakan bahasa yang tidak pantas untuk ukuran manusia biasa. Aturan-aturan sopan santun boleh diperlukan dalam hubungan antara Asyik dan Masyuk. “Pertikaian penganut paham (mistik/tarekat) Islam dengan Tuhan” tercermin dalam doa mereka dan merupakan suatu bab tersendiri dalam sejarah Tassawuf. Banyaknya cerita yang di kisahkan oleh ‘ Attar menunjukan betapa masalah ini menimbulkan keprihatinannya. Ia melukiskan orang yang kerasukan dan kegila-gilaan yang mengesampingkan semua aturan shalat dan bahkan mengancam Tuhan untuk mendapatkan suatu anugerah “ Kita harus memaksa Dia!” kata salah seorang tokoh yang ditampilkan ‘Attar (U218), ketika ia minta kepada Tuhan agar dikirim makanan untuk tamu yang datang tiba-tiba. Makanan ini datang begitu saja, dan tamu-tamunya terheran-heran. Doa-doa semacam itu tidak terikat oleh peraturan apapun, dan ditemukan dalam tradisi rakyat Turki, terutama dalam puisi Bektashi. Sering kali penyair-penyair ini mengikuti contoh Yunus Emre dan menuduh Tuhan bahwa janji-Nya mengenai hari Kiamat tidak masuk akal. Bahkan sekarang ini kita dapat mendengar kata-kata serupa, kalau ada seorang “ Wali “ disebuah desa merasa berhak untuk mengancam Tuhan dalam usahanya mencapai maksudnya – perbuatannya seringkali cenderung ke arah magis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Dalam pertikaian dengan Tuhan semacam ini, dan khususnya dalam puisi doa di seluruh dunia Islam, sering terdengar keluhan bahwa makin besar cinta Tuhan terhadap seseorang makin besar siksaan yang ditimpakan kepadanya. Banyak sekali Nabi dan Wali disebut dalam hubungan ini untuk menunjukan bahwa tampaknya Tuhan itu tidak adil, dan bahwa semua penderitaan itu diterima dengan segala kerelaan bila Ia sendiri yang menimpakannya kepada sang sufi yang berdoa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Pada umumnya para sufi moderat sepaham bahwa kalau tidak setiap doa dikabulkan oleh Tuhan, hal itu semua besar manfaatnya bagi si pemohon seperti bila ia dikabulkan permohonannya. Syekh Abdul Qadir Jaelani merasa bahwa keengganan Tuhan semacam itu membuat manusia selalu harap-harap cemas, dan itu merupakan keadaan ideal bagi seorang pelaku spiritual, tetapi ia menambahkan bahwa setiap doa yang tidak terkabul paling tidak akan dicatat di Lauhful Makhfudz untuk kebaikan si pemohon. “ Banyak doa yang bila dikabulkan akan menyebabkan kehancuran, sehingga kebijaksanaan ilahi tidak mengijinkannya.” (M 2: 140). Begitu kata Rumi dalam kitab Mathnawi. Di situ ia sering kali membicarakan doa-doa yang tidak terkabul karena rahmat Tuhan, sebab Ia tahu bahwa akibatnya akan merusak. Nilai doa yang sebenarnya ialah bahwa dari tindakan itu kita mendapat hiburan, dan dengan ini kemauan manusia dapat menyesuaikan diri dengan kehendak ilahi. Gagasan-gagasan ini amat penting bagi seluruh kehidupan keagamaan. Muhammad Iqbal sering menyebut keajaiban do’a yang sungguh-sungguh, yang akhirnya membuat manusia pasrah sempurna kepada kehendak Tuhan; kesitulah semua harapan dan kecemasan manusia beralih.<br /><br />"Ia mengubah biji do’a yang kering menjadi pohon kurma yang indah. Seperti Maria yang penderitaannya waktu melahirkan dihadiahi hujan kurma". (M 5:118).<br /><br />Kata Rumi dengan menggunakan citraan dari Qur’an (Surah 10 : 25). Para ahli sepiritual ekstrim seperti Malamatiyya rupanya kecewa dan kurang senang bila doa mereka terkabul, karena mereka takut jangan-jangan anugerah semacam itu hanya tipu daya, suatu usaha dari Tuhan untuk memperdayakan mereka. Suatu do’a yang selalu dikabulkan ialah do’a untuk orang lain. Selawat dan doa untuk Rasululloh merupakan bagian daripada persyaratan ritual dan dianggap sebagai doa yang harus diulang beberapa kali pada setiap peristiwa. Sang sufi harus mendoakan orang tua, orang yang dicintai, dan mereka yang dengan sadar atau tidak, telah membantu dia dalam perjalanannya menuju kesempurnaan. Bahkan penyamun pun mungkin menyebabkan ia bertobat harus disertakan juga dalam doanya. ( M 4:81-99) maka banyak syair epik dan prosa Parsi, Turki, dan Urdhu diakhiri dengan permohonan agar pembaca memanjatkan doa bagi pengarang dan penyalinnya. Dan kita ingat pada kata orang ahli sepiritual yang merindukan kesendirian dengan Tuhan tetapi selalu diminta mengajarkan langkah-langkah menuju kesempurnaan, sebagai berikut, “ Ya Allah, bila ada yang membelokan aku daripada-Mu, belokanlah dia dari padaku kepada-Mu!”. (N 54) Doa ini mencakup dua tujuan yang mulia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Semua orang tahu bahwa seorang sufi seharusnya tidak memohon kekayaan dunia kepada Tuhan melainkan hanya kekayaan jiwa. Bagi ahli spiritual yang sudah lanjut tingkatannya, hanya Tuhan tujuan segenap doanya. Meskipun demikian, kita mendengar dan membaca banyak legenda mengenai para sufi utama yang Mustajab ad-du’a, Yaitu doanya dikabulkan sehingga “ jika ia minta sesuatu, pasti Tuhan akan memberinya.” Dalam keadaan sakit dan bahaya, di waktu kelaparan dan kekurangan, mereka mengucapkan doa yang efektif bagi dirinya atau orang sedaerahnya; dan mereka mampu menghukum orang yang menentang mereka. Kisah-kisah mengenai kekuatan magis yang dimiliki oleh doa seorang wali kadang-kadang mendekati dunia dongeng dan sihir. Ada seorang Syekh yang begitu mustajab doanya sehingga ia dapat mengembalikan malaikat yang dibuang kepada tempatnya dalam hirarki sorga. (N 379)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Sufi-sufi tertentu menggunakan doa-doa yang dalam kenyataan sangat mendekati pengucapan mantera magis – terutama dalam kurun waktu mutakhir. Sang guru mempermainkan huruf-huruf abjad Arab: ia menyusun doa dengan menggunakan semua kata turunan yang mungkin dibuat dari satu akar kata Arab, misalnya akar yang mendasari satu Asma Allah tertentu. Atau ia menyusun doa menurut abjad dan mengisinya dengan kata dengan aksara tertentu yang dianggap berkesan dan mengandung tenaga dalam. Asma Allah dengan makna praktisnya digunakan oleh orang yang mendoa sesuai dengan keinginan serta kebutuhannya. Asma itu diulang-ulang untuk menambah kekuatannya dan jumlah pengulangannya tergantung pada nilai angka asma tertentu itu. Ar-Rahman mempunyai nilai angka 298 dan harus diulang sebanyak itu. Penyakit dapat disembuhkan dengan menyebut asma Allah yang sesuai, dan untuk meningkatkan kekuatan doa, ditambahkan pula kata bukan Arab yang bunyinya aneh, dan nama-nama makhluk halus yang rumit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Akan tetapi doa mistik sejati adalah doa yang mencerminkan kepercayaan kepada Tuhan, cinta serta kerinduan. Tidak memohon sorga atau mengharapkan selamat dari neraka – itu cita-cita tentang cinta tanpa pamrih yang seharusnya mendasari setiap pikiran seorang sufi. Satu-satunya sebab yang mungkin menjadi alasan mengapa seorang sufi menginginkan sorga ialah harapan bahwa di situ ia akan bisa memandang wajah Allah, tetapi itu pun tidak dapat diterima oleh para sufi di zaman kemudian. Bayajid Al-Bustomi menggambarkan kemutlakan usaha spiritual ini – Tuhan berkata : “ Semua orang meminta sesuatu daripada-Ku, hanya Bayajid menginginkan diri-Ku sendiri” (T 1:152). Seorang sufi sejati dalam berdoa : “ Tangan doa seorang arif membuka-buka halaman buku ketidaksengajaan, seperti daun pohon pisang yang tidak ingin meraih gaun sang mawar harapan. Daun itu harus menuruti arah angina nasib, ia bergerak sesuai dengan geraknya.” Intisari doa mistik ialah tidak meminta dan tidak menuntut : intisarinya ialah puji dan puja sepanjang waktu. Daqqaq, Yaitu guru Al-Qusyairi menggolongkan doa menjadi 3 (tiga) golongan, ada tiga taraf :<br />1. Meminta<br />2. Mendoa<br />3. Memuji<br /> </div><div style="text-align: justify;"> <br />Meminta adalah bagi orang yang menginginkan akhirat.<br />Memuji adalah bagi mereka yang merindukan Tuhan. Hal ini sesuai dengan sebutan Qusyairi mengenai taraf-taraf kesyukuran, yang mencapai puncaknya dalam “ bersyukur karena bersyukur”. Sabda Rasululloh : “ Aku tak dapat menghitung karunia-Mu dan puji syukur abadi yang harus kupanjatkan pada-Mu,” merupakan sari daripada kesalehan sang spiritual.<br /><br />Walaupun seorang sufi merasa bahwa dengan pemujaannya yang terus menerus ia dalam keserasian dengan segala makhluk, bak pujiannya maupun pujaannya belum memadai untuk mengungkapkan kesyukuran dan kebaktian yang seharusnya ia sampaikan kepada Penciptanya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Cara yang sempurna untuk menafsirkan doa spiritual sejati diperlihatkan oleh Ar-Rumi. Ia ditanya : “ Adakah jalan yang lebih dekat kepada Tuhan ketimbang doa dalam shalat? ” Dalam karyanya Fihi ma fihi, ia menjawab :<br />Tidak, tetapi doa tidak hanya terdiri atas peraturan…Doa adalah ketenggelaman dan ketidaksadaran jiwa, sehingga semua peraturan tinggal di permukaan. Saat itu tak ada tempat untuk Jibril pun, yang merupakan roh murni. Yang berdoa seperti ini bebas dari semua kewajiban keagamaan, karena ia kehilangan kesadarannya. Tenggelam dalam kekuatan ilahi adalah jiwa doa”.<br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi Rumi tahu benar bahwa tak mungkin kesatuan spiritual ini dicapai dengan perenungan, dan waktu bersusah payah, manusia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun doa sejati; semuanya itu rahmat Tuhan. Segenap pikiran manusia dan kerinduan manusia untuk mencapai Tuhan adalah karya Tuhan, tidak lain. Gagasan bahwa doa itu karunia Tuhan dapat dipahami dengan 3 (tiga) cara yang berbeda, sesuai dengan konsep Tauhid yang dianut dan dilaksanakan oleh sang sufi :<br />1. Tuhan sang Pencipta telah menakdirkan setiap kata doa;<br />2. Tuhan yang bersemayam di hati manusia, menyapa dia dan mendorong dia supaya menjawab; atau<br />3. Tuhan Sang Wujud Tunggal adalah tujuan doa dan kenangan dan juga subjek yang mendoa dan mengenang.<br /><br />Allah pertama-tama menyapa umat manusia dengan sapaan cinta yang terungkap pada Hari Perjanjian : WA IDZA KHADZA ROBBUKA MIN BANI ADAMA MIN THUHUURIHIM DZURIYYATAHUM WA ASYHADAHUM A’LA ANFUSIHIM ﺝ ALASTU BIROBBIKUM ﻃ QOLUU BALA ﺝ SYAHIDNA ﺝ ANTAQUULU YAUMAL QIYAMATI INNAKUNNAA AN HAADZA GHOFILIN<br />Artinya :Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan (menciptakan) keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil (sumpah) atas kesaksian dari diri mereka sendiri dengan firman-Nya “ Bukankah Aku Tuhanmu?, mereka menjawab, “ Ya, Kami mengakui (bersaksi).” Nanti di hari kiamat kamu tidak dapat lagi mengatakan “ Sesungguhnya kami lengah (lupa) terhadap hal ini (Keesaan Allah) - (Q.S. Al-Araf : 172)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />“Bukankah Aku Tuhanmu? “ – supaya manusia memuji dan menyembah Dia sebagai satu-satunya objek pemujaan. Sesuai dengan Firman Allah didalam Al-qur’an : WAMA KHOLATUL JINNA WAL INSAA ILA LIYABUDUN (Dan tidak aku ciptakan Jin dan manusia selain untuk menyembah-Ku) kata LIYABUDUN ditafsirkan oleh Abubakar dalam suatu hadist dengan LILMA’RIFATIHI dimana lebih lengkapanya WAMA KHOLAQOL INSANA ILA LIL-MA’RIFATIHI (Dan tidak aku ciptakan manusia selain untuk Ma’rifat (mengenal) kepada-Ku).<br />Abu Ishak al-Kazaruni benar waktu ia menyatakan dalam doanya :”Ya Tuhan, rahmat-Mu kepada kami tidak ada habisnya, dan karena rahmat-Mu, Engkau memberi kepada kami karunia untuk menyebut-Mu dengan lidah dan bersyukur kepadamu dengan hati.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Keakraban para sufi dengan gagasan ini berpangkal pada suatu hadist mengenai do’a Nabi Musa : “ Ya Tuhan, Engkau memerintahkan agar aku bersyukur atas rahmat-Mu, dan kesyukuranku sendiri adalah rahmat dari-Mu.’ Ini benar-benar do’a khas sufi. Berabad-abad kemudian Ibn Ata Allah berdoa dengan cara yang serupa : “ Ya Tuhan, bila kami tidak Kauberi iman, kami tidak beriman, dan bila lidah kami tidak kau fasihkan untuk berdoa, kami tidak berdoa. Sebab semua tindak tergantung pada Tuhan, diperintahkan oleh-Nya dan berlaku sebagai pelaksana kehendak-Nya yang abadi dan azali. Ibn Qayyim al-Jauziyya yang dikenal sebagai orang ortodoks mengatakan dalam kitabnya yang kecil berjudul Kitab Asrar as-salat : “Dan Ia adalah Yang Maha Tinggi, yang memuji diri-Nya dengan lidah sang pemuji; sebab Dialah yang meletakan pujian di atas lidahnya dan di dalam hatinya, dan menggerakkannya dengan puji-Nya. Dan adalah kewajiban manusia untuk mengakui bahwa puji yang dipanjatkannya adalah karunia Tuhan kepadanya, dan bila ia memuji Dia karena karunia itu, pujiannya harus diikuti dengan puji lagi.” Perasaan bahwa memang doa itu di ilhami oleh Tuhan, agaknya amat berkesan diantara generasi-generasi sufi yang pertama. Abu Bakar al-Kattani berkata kepada muridnya : “Ia tak pernah menggerakan lidah manusia dalam doa atau membuat mereka sibuk memohon ampun atas doa mereka, tanpa membuka pintu pengampunan.” Dan Niffari, ahli teologi doa terbesar dalam abad ke-10 diberi tahu oleh Tuhan “ Memberi adalah kuasa-Ku; andaikata aku tidak menjawab doamu, aku tidak akan membuat agar engkau meminta. Tuhan yang bermukim di antara kulit luar jantung dan jantung, bercakap dengan sahabatNya dalam bahasa rahasia dan mereka menjawab dalam kediaman, demikian kata Al-Hallaj.<br /><br /><br /><b>DZIKIR</b><br />Salat dan doa bebas merupakan segi kehidupan kejiwaan Islam yang di alami baik oleh para pelaku mistik maupun para awam. Tetapi ibadah yang membedakan para sufi ialah dzikir, Yaitu mengingat atau mengenang Tuhan yang dapat dilakukan diam-diam atau bersuara. Kedua cara itu didukung oleh Firman Tuhan :<br />“Kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu (Q.S. (17) : 110). Praktek dzikir para sufi didasari oleh perintah Allah : “ Dzikir yang sebanyak-banyaknya” (Q.S. (33) : 41) sebab seperti kata firman lain : “Hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.” (Q.S. (13) : 28)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />“Dzikir merupakan tiang yang kuat di jalan menuju Allah, bahkan ia adalah tiang yang paling penting,” sebab orang tak dapat mencapai Dia tanpa mengingat-Nya terus menerus. Sesungguhnya hidup tanpa ingatan (Yad) kepada-Nya adalah angina (Bad).” Dalam peristilahan modern dapat dikatakan bahwa pengingatan yang terpusat membebaskan tenaga rohani yang membantu langkah-langkah menuju kesempurnaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Dzikir boleh dilakukan dimana saja, pada saat apa saja, tanpa dibatasi pada waktu-waktu shalat atau pada tempat suci yang bersih. Tuhan dapat dikenang dimana saja di dunia yang merupakan milik-Nya. Apabila sang murid menjumpai kesulitan dalam Tarekat, “ dzikir merupakan pedang untuk menakuti musuhnya dan Tuhan akan melindungi siapa pun yang ingat akan Dia pada saat dalam kesusahan dan bahaya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Secara umum para sufi sepaham bahwa hati orang beriman harus di harumi dengan ingatan kepada Allah. “ Dzikir adalah makanan spiritual ahli sufi. Seorang Sahl at-Tustari merasa lapar, dan setelah berhari-hari berpuasa ia bertanya : “ Guruku, apa makanannya? Dan Sahl menjawab: Ingat akan Tuhan Yang Abadi! Hati dapat di umpamakan Nabi Isa, yang dibesarkan dengan air susu Mariam, yang dapat di misalkan sebagai dzikir. Dzikir membawa kepada keadaan kejiwaan yang sempurna, dan “barang siapa senantiasa ingat kepada Tuhan ia adalah pendamping ( Jalis ) Tuhan yang sejati”, sebab Tuhan telah berjanji dalam suatu hadist qudsi : “ ANA JALISU MAN DZAKARANI “, artinya : Aku adalah pendamping siapa pun yang ingat akan Daku. Dzikir adalah langkah pertama di jalan cinta; sebab kalau kita mencintai seseorang, kita suka menyebut namanya dan selalu ingat kepadanya. Oleh sebab itu, siapa pun yang dalam hatinya telah tertanam cinta akan Tuhan, di situlah tempat kediaman dzikir yang terus menerus.<br /><br />Menurut para ahli sufi Rasululloh sendiri memuji dzikir :<br />Siapa yang ingat akan Tuhan di tengah-tengah kaum yang lupa, ia seumpama prajurit di tengah-tengah tentara yang melarikan diri, seperti pokok hijau di antara pohonan kering.</div><div style="text-align: justify;"><br />Para penyair Turki (yang meniru Rumi dan Yunus Emre) dan India sering memisalkan “ Hati sebagai pohon yang hidup dan bergerak karena tiupan angin cinta, dan mendapat makan dari air dzikir; hati bagaikan melati yang mendapat air dari La dan illa (dua bagian syahadat yang sering disebut dalam dzikir)<br /><br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-72665191230164342772015-11-12T09:05:00.043+07:002022-09-10T09:05:07.582+07:00Doa Ketika Berwudhu<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBMeGoc4Uwzdk7eiYXnzQMw2LiG3Gsq37c5Bj2_vcrWAlMDLC2u_o0bdeJHTh8gJMxM-Q6I6_1Nm4WOSOH8o1JhNCGiPY6SIhOw2RpMIVtQ0V3ac2v5ygNoKLPh1-uMXKFktUIEoRvvCAXoc2b7A3XIM7hR1vMeIQKxqw_0Wd9eVPdrH7ciZsuP6ArCQ/s444/Wudlu%20gif.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="250" data-original-width="444" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBMeGoc4Uwzdk7eiYXnzQMw2LiG3Gsq37c5Bj2_vcrWAlMDLC2u_o0bdeJHTh8gJMxM-Q6I6_1Nm4WOSOH8o1JhNCGiPY6SIhOw2RpMIVtQ0V3ac2v5ygNoKLPh1-uMXKFktUIEoRvvCAXoc2b7A3XIM7hR1vMeIQKxqw_0Wd9eVPdrH7ciZsuP6ArCQ/w400-h225/Wudlu%20gif.gif" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<b><span style="font-family: "posterbodoni bt" , serif;"><span style="font-size: large;"><u>DO'A BERWUDHU</u></span></span></b></div><div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><b><span style="font-family: "posterbodoni bt" , serif;"><span style="font-size: small;"><u><br /></u></span></span></b></div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><u>Yang
di ambil dari Kitab Kuning Terjemahan Maroqil Ubudiyah dan Syarah
Bidayah Al-Hidayah Karya Imam Al-Ghazali</u></span></div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: large;"><span lang="ar-SA">ﺒﺴــــــﻢﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ</span></span></div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM</b></u></div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>Q.S AL-MAIDAH (5)</b></u></div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.88in; text-indent: -0.88in;">
<span style="font-size: x-small;"><b>Ayat 6</b></span><span><b> :
</b></span><span face=""arial" , sans-serif"><span>Wahai orang-orang
yang beriman ! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah
wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah.
Dan jika kamu sakit (yang tidak boleh kena air) atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan
(bersentuhan kulit / bercampur sebagai suami istri), maka jika kamu
tidak memperolah air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik
(suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak
ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-nikmatNya bagimu, agar kamu bersyukur. </span></span><br />
<span face=""arial" , sans-serif" style="font-size: x-small;"><span style="font-size: xx-small;"> </span></span>
</div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>1. DO’A SEBELUM
WUDHU</b><br /></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠﺤﻤﺪ
ﷲ ﺍﻠﺬﻯ ﺠﻌﻞ ﻫﺬﺍﻠﻤﺎﺀ ﻂﻬـﻮﺮﺍ
ﺮﺐﺍﻧﻰﺍﻋـﻮﺬ ﺒـﻚ ﻤﻦﻫﻤﺰﺍﺖﺍﻠﺷـﻴﺎ
ﻄﻴـﻦ ﻮﺍﻋـﻮﺬﺒـﻚ ﺮﺐ ﺍﻦ ﻴـﺤـﻀﺮﻮﻦ</span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<div style="font-family: inherit;">
<b>ALHAMDULILLAAHI
LADZII JA’ALA HAADZAL MA’ATHAHUURA, RABBI INNII A’UUDZU BIKA
MIN HAMAZAATISY SYAYAATHIINI WA A’UUDZU BIKA RABBI AN YAHDHURUUNI.</b></div>
</div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Anu
hartina :</b> Sagala
Puji Pikeun Allah anu geus ngajadikeun cai ieu suci tur nyucikeun. Ya
Allah, abdi nyalindung ka AnjeuN tina godaan setan jeung abdi
nyalindung ka AnjeuN Ya Allah, tina kajahatan setan anu rek
mangaruhan (kana Paniatan Ibadah jeung Shalat Abdi). </div><div class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif; font-size: small;"><span style="font-size: xx-small;"> </span></span>
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA"><b>ﻠـﻔـﻇ
ﻧـﻴـﺔ ﻮﻀﻮﺴﺮﺖ ﻤﺎ ﻜﻲ ﺪ ﻠﻐـﺗـﻦ</b></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﻧﻮﻴـﺖ
ﺮﻓـﻊﺍﻠﺤـﺪ ﺚﺍﻻ ﺻﻐـﺮﻻ ﺴﺒﺎﺤـﺔﺍﻠﺻﻼﺓ
ﻓﺮﻀﺎﷲ ﺗﻌﺎﻻ</span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
NAWAETU
ROF’AL HADASIL ASHGHORI LI’ISTIBAAHATI SHALATI FARDHO
LILLAHI TA’ALA</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Hartina
:</b> Seja
Kawula ngangkat hadas leutik karna Ngameunangkeun Shalat Fardhu karna
Allah Ta’ala. </div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA"><b>ﻤﺮﺗـﻴﻼ
ﻜـﻦ ﻮﺼﻮﺀ ﺠـﻊ ﺪﻋﺎ٦ ﻧﺎ</b></span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﻤﻚ
ﺴﻧـﻪ ﻋﻤﺒﻪ ﺪ ﻮﺍ ﺪ ﻤـﻔـﻞ ﻠـﻌـﻦ
ﻧـﻔﻰ ﻜﺎﻦ ﻓـﻜﻼﻋـﻦ ﻧـﻧ ﺎﺴﺮﺕ ﺒـﺮﻱ
ﻤﭽﺎﺇﻱ ﺪﻋـﺎﺀ</span></span></b></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<br />
<br />
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>2. DO’A
MEMBASUH KEDUA TELAPAK TANGAN </b>(Diambil dari Kitab Ar-Ramli)</span><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in; text-align: right;">
<b><span lang="ar-SA">ﺁﻠـﻬــﻢ
ﺍﺤـﻔـﻆ ﻴـﺪﻯ ﻤﻦﻤﻌﺎﺼﻴﻚﻜـﻠﻬﺎ</span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMMA
FADHYADAYA MIMMA A’SHIKA KULLIHA </b></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: YA
ALLAH, JAGALAH KEDUA TANGANKU INI DARI SELURUH KEDURHAKAAN
TERHADAP-MU.</span><br />
<br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>Atau
membaca yang di nukil dari Kitab Al-Adzkar :</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMMA
INNI AS-ALUKAL YUMNAA WAL-BARAKATA WA A-‘UUDZU BIKA MINASY-SYU’MI
WAL-HALAKTI</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
:Ya
Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan ibadah dan keberkahan, dan aku
berlindung kepada-Mu dari keburukan dan kerusakan</span><br />
<br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>2. DO’A
KETIKA BERKUMUR</b></span><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in; text-align: right;">
<b>ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﺍﻋـﻴﻧﻰﻋـﻠﻰ ﺬ ﻜـﺮﻚ ﻭﺷـﻜـﺮﻚ</b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMMA
A’YINI A’LA DZIKRIKA WA SYUKRIKA </b></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, tolonglah aku dalam mengingat-Mu dan mensyukuri-Mu.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMMA
MIN HAUDHI NABIYYIKA MUHAMMADIN SHALLALLAAHU ‘ALAHI WA SALLAMA
KA’SAN LAA AZHMA-U BA’DAHU ABADAN</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, berilah aku minum dari telaga Nabi-Mu (Muhammad SAW), segelas
sehingga aku tidak akan haus selama-lamanya.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMMA
A’YINI A’LA TILAWATI KITAABIKA WA KASY’RATI DZIKRIKA</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, tolonglah aku untuk membaca kitab-Mu dan banyak mengingat-Mu. <b>
</b> </span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br />
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>3. DO’A
KETIKA MENGHIRUP AIR KE HIDUNG</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in; text-align: right;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﺍﺮﺤـﻧﻰ ﺮﺍﺀﺤﺔ ﺍﻠﺠـﻧـﺔ ﻭﺍﻧـﺖﻋـﻧﻰ
ﺮﺍﺾ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
ARIHNI RAA-IHATAL-JANNATA WA ANTA ANIY RAADHIN </b></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, bauilah kami bebauan dari sorga-Mu dan semoga engkau ridho
kepada saya.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
LAA TAHRIM-NI RAA-I’HATA NA’YIMIKA WA-JANNATIKA</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, Janganlah Engkau haramkan aku bau kenikmatan dan surga-Mu.</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: book antiqua, serif;"><br /></span>
<br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>4. DO’A
KETIKA MENGELUARKAN AIR DARI HIDUNG</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
INNII A’UUDZU BIKA MIN RAWAA-IHIN-NAARI WA SUU-IDDAARI.</b><u><b> </b></u>
</span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
:Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bebauan neraka dan
tempat tinggal yang buruk.</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: book antiqua, serif;"><br /></span>
<br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;">5. DO’A
KETIKA MEMBASUH MUKA</span></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﺒـﻴﺾ ﻭﺠـﻬﻰ ﻴـﻭﻢ ﺗﺒـﻴﺾ ﻭﺠـﻭﻩ
ﻭﺗﺴـﻭﺪ ﻭﺠـﻭﻩ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
BAID WAJHII YAUMA TABYADHU WUJUHU WA TASWADDU WUJUHU </b></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
:Ya
Allah, putihkanlah wajahku pada hari ketika wajah-wajah menjadi putih
(berseri) dan wajah-wajah menjadi hitam legam (yakni pada hari
kiamat).</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
BAID WAJHI BI-NUURIKA YAUMA TABYADDHU WUJUHU AWLIYAA-I’KA WA LAA
TUSAWWID WAJHI BI-DHULUMAATIKA YAWMA TAS-WADDU WJUUHU A’DAA-I’KA</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, putihkan wajahku dengan cahaya-Mu ketika wajah-wajah para
wali-Mu menjadi putih. Dan janganlah Engkau hitamkan wajahku dengan
kegelapan-Mu ketika wajah-wajah para musuh-Mu menjadi hitam.</span><br />
<br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>6. DO’A
KETIKA MEMBASUH TANGAN KANAN</b></span><br /></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﺍﻋـﻄـﻧﻰ ﻜـﺗﺎ ﺒﻰ ﺒـﻴـﻤﻧﻰ ﻮﺤﺎ
ﺴﺒﻧﻰ ﺤﺴﺎ ﺒﺎ ﻴﺴـﻴـﺭﺍ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
A’THINII KITABII BI YAMIINII WA HAASIBNII HISAABAN YA SIIRAN</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, berikanlah kitabku dengan tangan kananku, dan hisablah aku
dengan hisab yang ringan.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﻻ ﺗـﻌـﻄـﻧﻰ ﻜـﺗﺎﺒﻰ ﺒﺷـﻤﺎ ﻠﻰ
ﺍﻮﻤﻦ ﻭﺮﺍﺀﻆـﻬـﺮﻯ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMMA
LA TU’TINI KITABI BISYIMAALI AWMIN WARAA‘I’DHOHRI</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, janganlah engkau berikan kitabku pada tangan kiriku, atau dari
belakang punggungku.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﻻ ﺗـﻌـﻄـﻧﻰ ﻜـﺗﺎﺒﻰ ﺒﺷـﻤﺎ ﻠﻰ ﻮﻻ
ﻤﻦ ﻭﺮﺍﺀﻆـﻬـﺮﻯ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMMA
LAA TU’TINI KITABI BISYIMAALI WA LAA MIN WARAA‘I’ZHAHRII</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, janganlah engkau berikan kitabku pada tangan kiriku, dan
jangan pula dari belakang punggungku.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﺍﻧﻰﺍﻋـﻮﺬﺒـﻚ ﺍﻦ ﺗـﻌﻄﻴﻧﻰ ﻜـﺗﺎﺒﻰ
ﺒﺷـﻤﺎ ﻠﻰ ﺍﻮ ﻤﻦ ﻭﺮﺍﺀﻆـﻬـﺮﻯ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
INNI A’UDZUBIKA AN-TU’THIYANI KITAABI BISYIMAALI AWMIN WARAA’I
ZHAHRII </b></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu agar jangan engkau berikan kitabku
dengan tangan kiriku atau dari belakang punggungku.</span><br />
<br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>7. DO’A
KETIKA MENGUSAP KEPALA</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
HARRIM SYA’RII WA BASYARII ‘ALAN-NAARI WA AZHIL-LANII
TAHTA’ARSYIKA YAUMA LAA ZHILLA ILLAA ZHILUK.</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, haramkanlah rambut dan kulitku atas api neraka, dan naungilah
aku di bawah ‘arsy-Mu pada hari ketika tidak ada naungan kecuali
naungan-Mu.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
GHAS-SYINI BIRAHMATIKA WA-ANZIL A’LAY-YA MIN BARAKAATIKA
WA-AZHIL-LANII TAHTA ZHILLI AR’SYIKA YAWMA LAA ZHILLA ILLAA
ZHILLUKA.</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
:Ya
Allah, penuhilah aku dengan rahmat-Mu dan turunkan kepadaku dari
barokah-Mu dan naungilah aku di bawah naungan Arsy-Mu pada hari tiada
naungan, kecuali naungan-Mu.</span><br />
<br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>8. DO’A
KETIKA MENGUSAP KEDUA TELINGA</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﺍﺠـﻌـﻠـﻧﻰ ﻤﻥﺍﻠﺬ ﻴﻦ ﻴـﺴﺗـﻤﻌـﻭﻥ
ﺍﻠـﻗـﻭﻞ ﻓـﻴـﺗـﺒـﻌـﻭﻥ ﺍﺣـﺴﻧـﻪ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMAJ’ALNI
MINALLADZINA YASTAMI’UNA QAWLA FAYATABI’UNA AHSANAHU</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan
perkataan dan mengikuti yang terbaik darinya.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
ASMA’NII MUNAADIYAL-JANNATI MA’AL-ABRAAR.</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
:Ya
Allah, perdengarkanlah kepadaku suara pemanggil sorga, di dalam
surga, bersama orang-orang yang baik (berbakti).</span><br />
<br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>9. DO’A
KETIKA MENGUSAP LEHER (TENGKUK)</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﻓﻚ ﺮﻗـﺒﺗﻰ ﻤﻦﺍﻠﻧﺎ ﺮﻮﺍﻋـﻮﺬ ﺒﻚ
ﻤﻦﺍﻠﺴﻼ ﺴﻞ ﻮﺍﻻﻏـﻼ ﻞ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
FUKKA RAQABATII MINAN-NAARI WA A’UUDZU BIKA MINAS-SALAASILI
WAL-AGHLAAL.</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, pisahkanlah batang leherku dari api neraka dan aku berlindung
kepada-Mu dari ikatan rantai dan belenggu.</span><br />
<br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>10. DO’A
KETIKA MEMBASUH KAKI KANAN</b></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﺜـﺒﺕ ﻗـﺪ ﻤﻰﻋـﻠﻰﺍﻠﺼﺮﺍﻄ ﺍﻠﻤﺴﺗـﻘـﻴﻢ
ﻴـﻮﻢ ﺗـﺷﺒﺕ ﻓﻴﻪﺍﻗـﺪﺍﻢ ﻋـﺒﺎﺪ
ﻚ ﺍﻠﺼﺎ ﻠـﺤـﻠﻴﻦ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMMA
SYABIT QADAMI A’LA SHIRAATIL MUSTAKIM YAWMA TUSYABITU FIYHI AQDAMA
I’BADIKA SHOLIHIN</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, teguhkanlah telapak kakiku di atas jalan yang lurus bersama
kakinya orang-orang yang saleh.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
SYABIT QADAMII A’LAA-SHIRAATHIL MUSTAQIIMI MA’A AQDAAMI
‘IBAADIKASH-SHAALIHIN.</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, tetapkanlah kakiku di atas jalan yang lurus bersama kaki
hamba-hamba-Mu yang saleh.</span><br />
<br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>11. DO’A
KETIKA MEMBASUH KAKI KIRI</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠـﻬـــﻢ
ﻻ ﺗـﺰﻞ ﻗـﺪ ﻤﻰﻋـﻠﻰﺍﻠﺼﺮﺍﻄ ﻓﻰﺍﻠﻧﺎﺮ
ﻴـﻮﻢ ﺗـﺰﻞ ﻓﻴﻪﺍﻗـﺪﺍﻢ ﺍﻠﻤﻧﺎ
ﻓـﻘـﻴﻦ ﻭﺍﻠﻤﺷﺮﻜﻴﻦ</span></span></span></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAHUMMA
LAA TAZILU QODAMI A’LA SHIRAATI FI NAARI YAWMA TAZILU FIYHI AQDAMU
MUNAFIKIN WAL MUSYRIKINA</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
: Ya
Allah, janganlah engkau gelincirkan kakiku di atas jalan neraka pada
hari ketika kaki orang-orang munafik dan orang-orang musyrik
tergelincir.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Atau
membaca :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>ALLAAHUMMA
INNII A’UUDZU BIKA AN TAZILLA QADAMII A’LA SHIRAATI FI NAARI
YAWMA TAZILLU AQDAAMU MUNAFIQIINA WAL MUSYRIKIIN]</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">Artinya
:Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu agar kakiku tidak tergelincir di atas
jalan api neraka pada hari ketika kaki orang-orang munafik dan
orang-orang musyrik tergelincir. </span><br />
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"> </span>
</div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"><b>12. DO’A
SESUDAH BERWUDHU</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">ASYHADU
AN LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHUU. WA ASYHADU ANNA
SAYYIDANA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUHUU. ALLAAHUM-MAJ ’ALNII
MINAT TAWWAABIINA WAJ’ALNII MINAL MUTATHAHHIRIINA, WAJ’ALNII
MIN’IBAADIKASH SHAA-LIHIINA. WAJ’ALNII SHABUURAN WAJ’ALNII
SYAKUURAN WAJ’ALNII ADZKURKA DZIKRAN KATSIIRAN WA USABBIHUKA
BUKRATAN WA ASHIILAN </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;"> </span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , serif;">SUBHAANAKA
ALLAAHUMMA WA BIHAMDIKA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA
WA ATUUBU ILAIKA FAGHFIR LII WA TUB’ALAYYA INNAKA ANTAT TAWWAABUR
RAHIIM. </span><span style="font-family: "book antiqua", serif; text-align: left;">WA
SHALLALLAHU ALA SYAIDINA MUHAMMADIN NURU JATI WA SIRI SAARI FII
SAA’IRIL AS’MAA-I WA SHIFFAATI WA A’LA ALIHI WA SHAHBIHII WA
SALIM </span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">INN</span><span style="text-align: left;">Ā</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">
ANZALN</span><span style="text-align: left;">Ā</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">HU F</span><span style="text-align: left;">Ĩ</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">
LAILATIL QODR-</span><span style="text-align: left;">Ĭ</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">, WA M</span><span style="text-align: left;">Ā</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">
ADR</span><span style="text-align: left;">Ā</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">KA M</span><span style="text-align: left;">Ā</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">
LAILATUL QADR-I, LAILATUL QADRI KHAIRUM MIN ALFI SYAHR-IN,
TANAZZALUL MAL</span><span style="text-align: left;">Ā</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">IKATU WARR</span><span style="text-align: left;">Ũ</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">HU
F</span><span style="text-align: left;">Ĩ</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">H</span><span style="text-align: left;">Ā</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">
BI IZNI RABBIHIM MIN KULLI AMR-IN, SAL</span><span style="text-align: left;">Ā</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;">MUN
HIYA HATT</span><span style="text-align: left;">Ā</span><span style="font-family: "book antiqua" , serif; text-align: left;"> MATLA’IL
FAJR-I.</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-60031109690847579732015-11-12T08:35:00.001+07:002022-09-09T05:25:37.247+07:00Hakikat Shalat 5 Waktu dan Penjelasannya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-sHnFyP5SeoI/VkPriAOciMI/AAAAAAAARw8/CHeLzPnZvYw/s1600/waktu-shalat.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="319" src="http://1.bp.blogspot.com/-sHnFyP5SeoI/VkPriAOciMI/AAAAAAAARw8/CHeLzPnZvYw/w400-h319/waktu-shalat.jpg" width="400" /></a></div>
Hakikat Shalat 5 Waktu dan penjelasannya:<br />
<br />
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
☼ <u><b>WAKTU
SUBUH</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Waktu Subuh adalah petunjuknya <b>ROHULLOH</b> yang keluar dari
ubun-ubun, berwarna merah, bintangnya <b>Qomar</b>. Sebagai turunnya
wahyu, shalat detak dada, <b>Nabi Adam A.S. </b>shalatnya 2 rokaat,
hal itu merupakan awal kumpulnya <b>Roh </b>dan <b>Jasad</b>.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b>Jadi inti dari shalat subuh 2 rokaat</b>, adalah yang
mengisyaratkan kita akan adanya 2 unsur yang ada pada diri, yakni
adanya <b>Roh </b>dan <b>Jasad.</b>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
☼ <u><b>WAKTU
DUHUR</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Waktu Duhur adalah petunjuknya di <b>Otak</b> yang keluar dari
telinga, Akunya rupa, bintangnya <b>Jauhar</b>, yang mempunyai shalat
tersebut adalah <b>Nabi Ibrahim A.S. </b>Sembahyangnya di Detak hati
kita 4 rakaat itu.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b>Inti Shalat Duhur :</b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Yaitu menjabarkan tentang adanya wadag pelengkap kesempurnaannya
wujud, yaitu : <b>Kepala, Badan, Tangan, </b>dan <b>Kaki. </b>Adapun
yang nyata adanya adalah 2 mata, 2 telinga.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
☼ <u><b>WAKTU
ASHAR</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Waktu Ashar adalah petunjuknya di <b>Limpa</b> yang keluar dari
hidung, berwarna putih, bintangnya <b>Samsi, </b>pemiliknya <b>Nabi
Yunus A.S. </b>Sembahyangnya di Detak Pusat 4 rakaat, nyatanya di
dada dan punggung lambung kiri kanan.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b>Inti Shalat Ashar :</b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Yaitu menjabarkan tentang adanya 4 Dimensi wujud, yang ada pada kita
yaitu : Depan, Belakang, Kiri dan kanan.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
☼ <u><b>WAKTU
MAGHRIB</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Pada waktu Maghrib adalah petunjuk keluarnya <b>Nyawa </b>pada tubuh
semua, warnanya hijau, sebab sedang bersifat hidup, bintangnya
<b>Mutakarob</b>, shalatnya pada detak leher, <b>Nabi Isa A.S.
</b>sebahyang 3 rakaat. Hal ini nyata ada pada mulut dan hidung.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b>Inti Shalat Maghrib :</b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Yaitu menjabarkan tentang adanya 3 alat inti hidup, yang ada pada
kita yaitu : <b>Akal, Budhi, </b>dan <b>Nafsu. </b>Adapun yang nyata
adanya adalah 1 lobang mulut, 2 lobang hidung.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
☼ <u><b>WAKTU
ISA</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Pada waktu Isa adalah petunjuknya keluar dari tulang punggung, sebab
tidak ada jadi adanya, warnanya hitam, bintangnya <b>Juhra, </b>nyatanya
berada di kiyal, Shalatnya berada pada detak lekuk pada dagu. <b>Nabi
Musa A.S. </b>shalatnya 4 rakaat, merupakan perwujudan dari tangan 2,
beserta kakinya.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<b>Inti Shalat Isyab :</b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Yaitu menjabarkan tentang adanya 4 alat hidup sebagai penggerak<b>.
</b>Adapun yang nyata adanya adalah 2 Tangan, dan 2 Kaki.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
☼ <u><b>MINAL
WITRI</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Minal witri ada 2 rakaat petunjuknya keberadaan <b>Hamba</b> dan
<b>Gustinya, </b>bintangnya <b>Jauhar</b> <b>Awal</b>, Nabinya adalah
<b>Nabi Muhammad Rasululloh SAW</b>. Yang memiliki 2 rakaat di <b>Dubur</b>
dan di <b>Zakar</b>.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
☼
<u><b>RAKA’ATAL</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Adalah Rakaat Salam, petunjuknya tidak ada lain kecuali <b>Allah Yang
Maha Agung</b>, yang menguasai siang dan malam, Shalatnya ada pada
detak tengkuk. Itulah jangan terlihat sembah dan puji, waspadalah
dalam <b>Do’a</b>.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
☼ <span style="font-size: small;"><u><b>PENJABARAN
HAKIKAT SHALAT</b></u></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<u><b>SEJAK DARI BERDIRI, RUKUK, SUJUD, DAN DUDUK SAMPAI MENGETAHUI
TAKBIRATUL IKHRAM</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
Tentang
masalah shalat yang sempurna letaknya pada <b>Takbir Mukaranah</b>,
ada 8 (delapan) hurufnya, ketahuilah :</div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Huruf
Alif Mutakalimun Wahid (</b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﺍ</span></span><b>)</b></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Huruf
Lam Ta bengil ( </b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﻠ</span>
</span><b>)</b></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Huruf
Lam Jaidah ( </b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﻠ</span>
</span><b>)</b></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Huruf
He Hu-ahad ( </b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: medium;">ﻪ</span> </span><b>)</b></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Huruf
Lintamsur ( </b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﻻ</span>
</span><b>)</b></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Huruf
Kaf Kabirah (<span style="font-size: small;"> </span></b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﻚ
</span></span><b>)</b></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Huruf
Berubu birah rera (<span style="font-size: small;"> </span></b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﺐ</span>
</span><b>)</b></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<b>Huruf
Pingul Drajati ( </b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﻒ</span>
</span><b>)</b></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
Lengkap 8
(delapan) huruf di situ berkumpulnya dan akan menjadi 4 hal, yaitu :
<b>IKRAM, MIKRAJ, MUNAJAT, </b>dan <b>TUBADIL.</b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>IKRAM</b></u></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Adalah segala tingkah laku shalat sampai pada saat takbir</div>
<ol start="2">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>MIKRAJ</b></u></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Maksudnya Budi yang mulia</div>
<ol start="3">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>MUNAJAT</b></u></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Maksudnya segala kata-kata, ucapan dalam shalat, berdialaog dengan
Dzat, shalat itu memuliakan Dzat. Dzat bersifat Rahman, bernama <b>Isbat
</b>dan <b>Napi</b> yaitu <b>Kun Fayakun</b>. Itulah Hakikat shalat,
memuliakan yang Suci, meluhurkan yang Kuasa.</div>
<ol start="4">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>TUBADIL</b></u></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Maksudnya akan tergantikan jika badan sudah hilang bergeraknya keras
maupun lemah, sudah terwakili pada tindakan yang sekarang.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Ada 8 (delapan) hal yang harus diperhatikan, sebagai hal yang dapat
mengokohkan iman. Diantaranya sebagai berikut :</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<ol><ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>SIFAT
HAYUN</b></u></div>
</li>
</ol>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
Maksudnya didalam shalat harus hidup tidak boleh mati, Maksudnya
<b>Hidup</b> adalah menghadapkan hati kepada Allah dengan penuh
kerendahan dan kesadaran.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span>Sari dari pada Shalat
ialah tuntutan dari pada batin kita untuk memperoleh perhubungan
dengan yang ada diluar kenyataan, Ialah Yang Maha Tinggi yaitu
Allah SWT.”</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span><b>Shalat</b> ialah
suatu bukti adanya rasa cinta dan bakti terhadap sesuatu Yang
menciptakan kegaiban hidup”.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span><b>Shalat </b> ialah
fungsi hayati (hidup) yang terpenting apabila kita ingin berfikir
dengan benar dan ingin mengetahui hakikat kenyataan yang paling
akhir.</span></span></div>
<ol><ol start="2">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>SIFAT
QODIRUN (KUASA)</b></u></div>
</li>
</ol>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
Maksudnya tidak boleh kendor semangatnya dalam meraih ke Ridloan-Nya,
mengharap cinta Allah dengan rasa ikhlas, sungguh-sungguh dalam
shalat.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span><b>Shalat</b> ialah
dengan sadar mencari perhubungan dengan Suksma Semesta Alam dan kita
butuh pada itu, seperti kita butuh pada makan dan tidur. </span></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span><b>Shalat</b> bukanlah
minta-minta dengan do’a yang diucapkan dengan kerendahan ; Shalat
ialah satu-satunya perbuatan mulia dan berani bagi tiap orang yang
ragu-ragu apakah dia berbuat benar seperti dia harus berbuat.</span></span></div>
<ol><ol start="3">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>SIFAT
MURIDAN</b></u></div>
</li>
</ol>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
Maksudnya kemauan yang kuat dalam menjalankan shalat, tak terhalang
oleh kehendak niat apapun, kecuali kehendak akan Ridho Allah, ‘LA
MAKSUDU ILALLAH<b>’ ( </b>Tak ada maksud / tujuan lain selain
Allah).
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span><b>Shalat </b>ialah
kemauan yang diruncingkan ke arah Tuhan. Kekuatan Shalat yang
memberi hiburan dan menambah keteguhan terletak didalam kenyataan,
bahwa manusia mengenal sesuatu, kepada siapa ia dapat meminta
pertolongan. Dia merasa tidak bersendiri, Yang Maha Suci ada
berdekatan dengan dia. Dia selalu dapat memaling kepada-Nya dengan
keinginan, kepentingan, kesukaran dan penderitaannya.</span></span></div>
<ol><ol start="4">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>SIFAT
SAMIAN</b></u></div>
</li>
</ol>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
Maksudnya pendengaran yang awas, dengarkanlah (bersuaralah ?) dalam
melakukan shalat.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span>Mula-mula orang mengira,
bahwa Shalat itu mengucapkan kata-kata; akan tetapi dia mengerti,
bahwa Shalat itu tidak berdiam, akan tetapi mendengarkan. Demikian
Shalat berarti tidak mendengarkan kata-kata sendiri, Shalat berarti
berdiam dan menunggu, agar yang Shalat mendengar suara Tuhan”.</span></span></div>
<ol><ol start="5">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>SIFAT
BASIRON</b></u></div>
</li>
</ol>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
Maksudnya penglihatan dalam shalat tidak boleh buta.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span><u><b>Intinya :</b></u>
Pada waktu kita menjalankan Shalat, maka pikiran kita tidak lagi
mempunyai hubungan dengan keadaan didunia ini; pikiran kita pada
waktu shalat keluar dari pusat akal dan selanjutnya mengalir ke-arah
Budhi ; didalam Budhi pikiran kita bebas dari pengaruh-pengaruh
buruk. Lebih dalam pikiran kita didalam Shalat ditujukan ke arah
Tuhan Yang Maha Esa, lebih erat pikiran ini mempunyai hubungan dengan
Dia.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span>Didalam Budhi pikiran ini
dibersihkan dari semua nafsu-nafsu yang selalu menyertai pikiran kita
dengan menghisap <b>Nur Illahi </b>yang datang dari Allah. Lebih
banyak orang meninggalkan Agama dan tidak menjalankan Shalat, lebih
sering dunia dihinggapi oleh bencana perang, ialah suatu proses bunuh
membunuh dengan tujuan apabila menang, dapat makan kenyang.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span>Pemusatan pikiran kearah
benda semata-mata berarti kemusnahan, peningkatan pikiran kearah
Budhi, terus ke Tuhan, dengan jalan Shalat, berarti hidup sejati,
sebagai manusia sejati (Insan Kamil)</span></span></div>
<ol><ol start="6">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>SIFAT
ALIMAN</b></u></div>
</li>
</ol>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
Maksudnya mengerti, mamahami apa nama shalatnya.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<u><b>Intinya </b></u>: <span style="font-family: inherit; font-size: small;"><span><b>Shalat</b></span><span>
melatih kita supaya tahu berterima kasih. Berhubung dengan itu, maka
tidak boleh dilupakan untuk berterima kasih pula kepada mereka,
kepada siapa kita berhutang budi. Mengetahui terimakasih, lahir
maupun batin, boleh kita ibaratkan membayar hutang. Lain dari pada
itu, rasa terima kasih yang meluap-luap, mengantar kita kearah pantai
ibadah, dan ada kalanya, pada waktu kita riang gembira dan bersyukur
kepada Allah, benar-benar kita singgah dipantai ibadah dan bersujud.
</span></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span>Menyicil hutang budi
tidak lain dengan mengucapkan terima kasih dengan sungguh-sungguh,
yang timbul dari hati yang suci, ialah dengan Shalat, oleh karena
semua kemurahan datangnya dari Allah, dan rahmat Allah tidak akan
diturunkan hanya untuk yang ber-Shalat, akan tetapi demikian pula
untuk mereka yang menghutangkan budi. Terhadap kemurahan Allah yang
terbukti didalam kekayaan alam yang semuanya disediakan bagi kita,
kita wajib mengucapkan rasa syukur dan terima kasih.</span></span></div>
<ol><ol start="7">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>SIFAT
MUTAKALIMAN</b></u></div>
</li>
</ol>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
Maksudnya dalam pengucapan tidak terjadi pengulangan, ucapan harus
jelas di dalam shalat.</div>
<ol><ol start="8">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>SIFAT
BAKIN</b></u></div>
</li>
</ol>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
Maksudnya dalam melakukan shalat harus terus menerus (teratur secara
terus menerus).</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<u><b>Intinya </b></u>: <span style="font-family: inherit; font-size: small;"> <span>Shalat
harus dikerjakan dengan tertib dan teratur, serta tepat pada
waktunya, agar semua berjalan dengan teratur dan seragam. Lain dari
pada itu ketertiban menjadi sifat yang terutama dari Kekuasaan yang
menguasai seluruh alam, menjadi satu-satunya alat perhubungan antara
Khaliq dan Makhluk. Allah menghasratkan ketertiban alam lebih
dahulu, sebelum mengadakan sesuatu ; oleh karena itu kekacauan sudah
barang tentu itu bukan kehendak Allah. </span></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span> Apabila seorang
menjalankan ketertiban, maka ia sebenarnya memasukan sifat Illahi
kedalam sanubarinya; orang yang tertib ialah orang yang ber-Iman,
yang mempunyai tenaga batin. Ketertiban adalah mengirit waktu.
Siapa yang dapat mengirit waktu akan mempunyai waktu yang terulang
yang dapat dipergunakan untuk lain pekerjaan. Hasil pekerjaan oleh
karenanya melebihi yang diharapkan. Akibat dari pada ketertiban
ialah ketenangan dan ketentraman hati menghadapi tiap-tiap goda dan
coba. Ketertiban didalam lahir menimbulkan ketertiban didalam batin,
oleh karena tidak ada gangguan dari kekalutan dan kekacauan, hingga
kita memperoleh kekuasaan dapat memusatkan pikiran kita. Siapa yang
tertib didalam lahir dan batinnya, dengan sendirinya memperoleh
tenaga ghaib yang terbukti didalam hasil pekerjaannya yang memuaskan
dan mena’jubkan. </span></span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
◘ <span style="font-family: inherit;">
</span><u style="font-family: inherit;"><b>HAKIKAT BERDIRI, RUKUK, SUJUD, DAN DUDUK</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in;">
<b><u>DALAM SHALAT</u></b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in;">
</div>
<ol style="font-family: inherit;">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>BERDIRI
DALAM SHALAT </b></u>
</div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Maksudnya tegaknya berasal dari <b>Api</b>,
tapi bukan api seperti sekam, bukan pula api yang menyala lalu mati,
tetapi api yang mempunyai 4 (empat) sifat /hal, Yaitu : <b>Roh Ilafi,
Roh Rahmani, Roh Nurani</b> dan <b>Roh Rahmani</b>. Ke 4 hal itu
mulia, merupakan cahaya kudus. Kudus adalah benih keberuntungan,
keberuntungan itu benih nasibmu, yang menjadikan kepastian nasibmu
adalah Shalat-mu.
</div>
<ol start="2" style="font-family: inherit;">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>RUKUK
DALAM SHALAT </b></u>
</div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Rukuk berasal dari <b>Angin</b>, tapi
bukan angin topan, bukan pula angin yang mendesau-desau. Tetapi angin
yang mempunyai 4 (empat) hal, Yaitu : <b>Nafas, Anfas, Tanafas, </b>dan
<b>Nufus</b>. Nufus adalah benih Ruhyat, adapun rukhyat adalah
benih hidup. Adapun yang hidup itu adalah Shalat-mu itu.
</div>
<ol start="3" style="font-family: inherit;">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>SUJUD
DALAM SHALAT </b></u>
</div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Sujud berasal dari <b>Air</b>, tapi
bukan air kali, bukan pula air sumur atau air telaga yang dapat surut
atau banjir. Adapun air yang dimaksud adalah yang mempunyai 4
(empat) hal, Yaitu : <b>Roh Rabbani, Roh Nabati, Roh Hewani, </b>dan
<b>Roh Jasmani</b>. Roh Jasmani itu berbenih 7 (tujuh) martabat,
adapun martabat itu berbenih yang menghasilkan Shalat-mu itu.
</div>
<ol start="4" style="font-family: inherit;">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>DUDUK
DALAM SHALAT </b></u>
</div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Duduk berasal dari <b>Bumi (Tanah)</b>,
tapi bukan bumi tempat berpijak, bukan pula bumi yang menonjol.
Tetapi bumi yang mempunyai 4 (empat) hal, keempat hal tersebut itu
adalah : <b>Wadi, Madi, Mani, </b>dan <b>Manikam</b>. Manikam
adalah asal dari Ajal. Adapun Ajal itu adalah benih keabadian yang
tidak berubah, Adapun yang abadi itu adalah nilai dari Shalat-mu itu.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in;">
Selalu
rindulah akan shalat, raihlah <b>iman</b>, <b>tauhid</b> dan <b>ma’rifat</b>
<b>Islam </b>melalui shalat. Adapun mengenai tertibnya pelaksanaan
saat <b>Berdiri, </b>saat <b>Duduk</b>. Yang disebut <b>Rukuk</b>
adalah asal dari <b>Angin</b> berasal dari angin. Kehidupan ini
berasal dari bumi yang dimaksud dengan <b>Duduk</b>. Adapun yang
dimaksud dengan <b>Takbir </b>adalah Ma’rifat yang sempurna,
memperoleh air itulah yang dimaksud dengan syariat yang sesungguhnya.
Kesuciannya itu tidak berubah tempat dan tidak bercampur dengan
apapun, saat ia memusatkan hati pada Yang Maha Agung yaitu dalam
posisi duduk. Hakikat duduk yaitu menginginkan kehalusan pandangan,
tidak berubah dalam rasa.
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0in;">
Adapun
arti <b>Islam </b>itu supaya sempurna adalah dengan mengikuti
petunjuk <b>Rohani</b>-mu, karena itulah hati orang mukmin yang
lebih. Seorang mukmin yang mulia adalah yang tidak putus
sembahyangnya. Adapun hati yang terang, yang hendak menjelma yang
dapat mematikan pada badan, yang selalu dicuci pasti akan diberi hati
yang terang oleh Allah Yang Maha Agung.</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span face="Arial, sans-serif"><u><b>ADAPUN
GERAKAN SHALAT ITU MERUPAKAN WUJUD ( </b></u></span><span lang="ar-SA"><u><span style="font-size: medium;">ﺍﷲ</span></u><u><span face="Arial, sans-serif">
</span></u></span><span face="Arial, sans-serif"><u><b>)</b></u></span><span face="Arial, sans-serif">
</span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>Huruf
Alif Mutakalimun Wahid (</b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﺍ</span></span><b>)</b></u></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Wujud <b>tegak berdiri</b>, yang mengisyaratkan asal dari <b>Api</b>,
Nafsunya Amarah. <b>Api </b>menjadi <b>Darah</b> pada kita. Tempat
terjadinya berasal dari sifat Allah yang bernama <b>AL-AJIM</b> =
Kebesaran Allah.</div>
<ol start="2">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>Huruf
Lam Ta bengil ( </b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﻠ</span>
</span><b>)</b></u></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Wujud <b>Rukuk</b>, yang mengisyaratkan asal dari <b>Angin</b>,
Nafsunya Mutmainah. <b>Angin </b>menjadi <b>Urat</b> pada kita.
Tempat terjadinya berasal dari sifat Allah yang bernama <b>AL-QOWIYU</b>
= Keperkasaan Allah.</div>
<ol start="3">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>Huruf
Lam Jaidah ( </b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﻠ</span>
</span><b>)</b></u></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Wujud <b>Sujud</b>, yang mengisyaratkan asal dari <b>Air</b>,
Nafsunya Sawiyah. <b>Air </b>menjadi <b>Tulang</b> pada kita. Tempat
terjadinya berasal dari sifat Allah yang bernama <b>AL-MUHYI</b> =
Kekuatan Allah (Yang Maha Menghidupkan)</div>
<ol start="4">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>Huruf
He Hu-ahad ( </b><span lang="ar-SA"><span style="font-size: medium;">ﻪ</span> </span><b>)</b></u></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Wujud <b>Duduk</b>, yang mengisyaratkan asal dari <b>Tanah</b>,
Nafsunya Lawwamah. <b>Tanah </b>menjadi <b>Daging</b> pada kita.
Tempat terjadinya berasal dari sifat Allah yang bernama <b>AL-HAKIM</b>
= Yang Maha Kokoh.</div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-29386036887212725802015-11-12T08:22:00.003+07:002022-09-10T07:13:16.522+07:00Menyembah Kepada Allah Dengan Shalat<div style="text-align: justify;">
<u><b>SHALAT FARDHU</b></u><br />Shalat adalah sarana utama untuk berkomunikasi secara intens (khusyu) dengan Allah. Namun shalat yang bagaimanakah yang disebut “ dapat dilaksanakan secara intens / khusyu” sehingga menimbulkan dampak positip, dan dengan demikian akan menjadi sarana yang efektif untuk berkomunikasi atau kontak batin dengan Allah ? Pertanyaan ini perlu dikemukakan berkaitan dengan peringatan ibnu Al-Arabi yang mengatakan bahwa “Banyak orang yang melakukan shalat tetapi tidak pernah mengalami peristiwa apapun, apalagi untuk peningkatan spiritual”. Dengan asumsi ini kita perlu mengadakan koreksi total atas pelaksanaan shalat kita. Ibnu Al-Arabi berkata “Betapa banyak orang yang shalat tidak mengalami pengalaman apapun dari shalatnya selain daripada berlelahan berpayah-payah dan memandangi mihrab. Sebelum menjawab pertanyaan, shalat yang bagaimana yang bisa dipandang sebagai panggilan rahasia dan “Pertemuan Rahasia” sehingga benar-benar terjadi kontak batin yang saling menyambut antara manusia dengan Tuhan, kiranya sangat tepat bila kita memahami beberapa aspek tentang manusia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBil6uT5LZOX1Yc8TW5qZVXtYbVbpXINOuzjIgDV7mcMm4kB6EIxFTxxbNo0_2ogGzr_stxhtKNmMMyNIpQoT_pDzpchUMFUIObrrTFoRoz6UyaoLvt_wlRdDQAbTlhRL4EvTBss8oustgAWBcgpPcGiuQZqn4bbBailm0O5HjAbxcK4GWGJD_SQdDkA/s406/shalat-ya.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="265" data-original-width="406" height="261" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBil6uT5LZOX1Yc8TW5qZVXtYbVbpXINOuzjIgDV7mcMm4kB6EIxFTxxbNo0_2ogGzr_stxhtKNmMMyNIpQoT_pDzpchUMFUIObrrTFoRoz6UyaoLvt_wlRdDQAbTlhRL4EvTBss8oustgAWBcgpPcGiuQZqn4bbBailm0O5HjAbxcK4GWGJD_SQdDkA/w400-h261/shalat-ya.gif" width="400" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Manusia dari zaman sekarang menuntut kecerdasan akal, sedangkan tuntutan memperoleh kecerdasan Budhi berupa kehendak memelihara tata susila, kehendak memelihara rasa keindahan dan terutama kehendak memelihara Agama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kecerdasan Budhi tidak kurang pentingnya dari pada kecerdasan akal, bahkan paling perlu didalam kehidupan manusia.<br /><br />“Siapa yang cerdas dalam hal-hal keduniaan, tidak mengerti hal-hal kebatinan, akan tetapi mereka yang cerdas didalam hal kebatinan juga cerdas didalam hal-hal keduniaan” (Hadist). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepribadian seseorang hanya dapat dibangun dengan kebatinan, lebih dari pada dengan akal (Sareat). Nafsu ingin menunaikan wajib terhadap Agama masuk didikan kebatinan. Kehendak menunaikan wajib terhadap Agama dibuktikan dengan Shalat.<br /><br />Sari dari pada Shalat ialah tuntutan dari pada batin kita untuk memperoleh perhubungan dengan yang ada diluar kenyataan, Ialah Yang Maha Tinggi yaitu Allah SWT.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Shalat ialah suatu bukti adanya rasa cinta dan bakti terhadap sesuatu Yang menciptakan kegaiban hidup.<br /><br />- Shalat ialah dengan sadar mencari perhubungan dengan Suksma Semesta Alam dan kita butuh pada itu, seperti kita butuh pada makan dan tidur.<br /><br />- Shalat bukanlah minta-minta dengan do’a yang diucapkan dengan kerendahan ; Shalat ialah satu-satunya perbuatan mulia dan berani bagi tiap orang yang ragu-ragu apakah dia berbuat benar seperti dia harus berbuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Shalat ialah mengeluarkan arus atau banjir batin, yang tidak dapat dikatakan dengan kata-kata, kedalam keadaan yang besar, Yang ada dihadapan kita; ialah pengluasan daerah, pengluasan batas-batas tubuh kita, mencari dan meraba, gerakan gelombang gaib kearah pusat kekuasaan yang selalu ada dihadapan kita. Shalat ialah kemauan yang diruncingkan ke arah Tuhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Kekuatan Shalat yang memberi hiburan dan menambah keteguhan terletak didalam kenyataan, bahwa manusia mengenal sesuatu, kepada siapa ia dapat meminta pertolongan. Dia merasa tidak bersendiri, Yang Maha Suci ada berdekatan dengan dia. Dia selalu dapat memaling kepada-Nya dengan keinginan, kepentingan, kesukaran dan penderitaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Mula-mula orang mengira, bahwa Shalat itu mengucapkan kata-kata; akan tetapi dia mengerti, bahwa Shalat itu tidak berdiam, akan tetapi mendengarkan. Demikian Shalat berarti tidak mendengarkan kata-kata sendiri, Shalat berarti berdiam dan menunggu, agar yang Shalat mendengar suara Tuhan”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Pada waktu kita menjalankan Shalat, maka pikiran kita tidak lagi mempunyai hubungan dengan keadaan didunia ini; pikiran kita pada waktu shalat keluar dari pusat akal dan selanjutnya mengalir ke-arah Budhi ; didalam Budhi pikiran kita bebas dari pengaruh-pengaruh buruk. Lebih dalam pikiran kita didalam Shalat ditujukan ke arah Tuhan Yang Maha Esa, lebih erat pikiran ini mempunyai hubungan dengan Dia. Adapun hubungan pikiran kita dengan Allah (Tuhan Yang Maha Esa), tidak beda dari hubungan antara cahaya matahari dengan zat hijau daun (chlorofil) dari daun-daun. Clorofil yang disinari cahaya matahari membentuk zat tepung, proses demikian dinamai Assimilasi. Demikian pada waktu kita Shalat, pikiran kita yang boleh diibaratkan chlorofil, mengasimilasikan Nur Illahi dan hasilnya ialah pikiran yang bebas dari keinginan dan marah, akan tetapi diisi dengan tenaga mencipta dan menyusun sesuai dengan sifat Illahi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Shalat boleh diibaratkan dengan fungsi pernafasan. Shalat boleh diibaratkan pernafasan besar, sedangkan pernafasan biasa dinamakan pernafasan kecil. Seperti pernafasan kecil menjadi fungsi dasar dari pada Jasmani kita, demikian pernafasan besar merupakan fungsi dasar dari pada Rohani kita. Dengan kata lain Shalat ialah fungsi hayati, fungsi biasa dari seorang yang lengkap fa’alnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Shalat ialah fungsi hayati (hidup) yang terpenting apabila kita ingin berfikir dengan benar dan ingin mengetahui hakikat kenyataan yang paling akhir. Pernafasan kecil mengandung maksud membersihkan darah dengan menghisap Zat asam/Oksigen dari udara dan mengeluarkan zat asam arang (CO2) dari darah. Pernafasan besar diibaratkan dengan Shalat, mengandung maksud menjernihkan pikiran dan mengeluarkan pikiran ini dari otak terus masuk kedalam Budhi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Didalam Budhi pikiran ini dibersihkan dari semua nafsu-nafsu yang selalu menyertai pikiran kita dengan menghisap Nur Illahi yang datang dari Allah. Lebih banyak orang meninggalkan Agama dan tidak menjalankan Shalat, lebih sering dunia dihinggapi oleh bencana perang, ialah suatu proses bunuh membunuh dengan tujuan apabila menang, dapat makan kenyang.Pemusatan pikiran kearah benda semata-mata berarti kemusnahan, peningkatan pikiran kearah Budhi, terus ke Tuhan, dengan jalan Shalat, berarti hidup sejati, sebagai manusia sejati (Insan Kamil)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Shalat harus menjadi kegiatan dari suatu bangsa yang ingin tentram dan damai, akan tetapi kuat dan sentausa. Didalam riwayat cukup terdapat bukti-buktinya, bahwa suatu bangsa akan runtuh untuk selama-lamanya, apabila bangsa itu meninggalkan moral dan Agama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Cara Shalat yang terbaik ialah cara yang ditetapkan oleh Sabda Allah, yang diturunkan melalui perantara para Nabi dan Rasulnya. Cara Shalat menurut Agama Islam mengadung arti kejiwaan yang dalam sekali : pertama harus diselenggarakan tidak untuk meminta-minta, akan tetapi untuk ber-Takwa kepada Allah, Yang mengaruniakan semua hajat hidup dengan secukup-cukupnya. Ber-Takwa atau berterima kasih kepada Allah pada tiap-tiap waktu, ialah suatu tindakan yang sangat murni bagi tiap orang yang ingin membersihkan diri dari semua kecemaran (kotoran noda/dosa) yang dengan sengaja atau tidak, melekat kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Shalat melatih kita supaya tahu berterima kasih. Berhubung dengan itu, maka tidak boleh dilupakan untuk berterima kasih pula kepada mereka, kepada siapa kita berhutang budi. Mengetahui terimakasih, lahir maupun batin, boleh kita ibaratkan membayar hutang. Lain dari pada itu, rasa terima kasih yang meluap-luap, mengantar kita kearah pantai ibadah, dan ada kalanya, pada waktu kita riang gembira dan bersyukur kepada Allah, benar-benar kita singgah dipantai dan bersujud.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menyicil hutang budi tidak lain dengan mengucapkan terima kasih dengan sungguh-sungguh, yang timbul dari hati yang suci, ialah dengan Shalat, oleh karena semua kemurahan datangnya dari Allah, dan rahmat Allah tidak akan diturunkan hanya untuk yang ber-Shalat, akan tetapi demikian pula untuk mereka yang menghutangkan budi. Terhadap kemurahan Allah yang terbukti didalam kekayaan alam yang semuanya disediakan bagi kita, kita wajib mengucapkan rasa syukur dan terima kasih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Shalat menurut Agama Islam ialah alat untuk berterima kasih dan syarat bagi tiap orang yang ber-Iman. Sesuai dengan Firman Allah dalam Qur’an Sucinya : “Peliharalah Shalat didalam dua bagian dari siang hari dan didalam waktu permulaan dari pada malam”.<br />“Hendaknya sabar, oleh karena yakin, Allah tidak akan menahan pahalanya bagi mereka yang berbuat baik”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />- Shalat menurut Agama Islam harus dikerjakan dengan tertib dan teratur, serta tepat pada waktunya, agar semua berjalan dengan teratur dan seragam. Lain dari pada itu ketertiban menjadi sifat yang terutama dari Kekuasaan yang menguasai seluruh alam, menjadi satu-satunya alat perhubungan antara Khaliq dan Makhluk. Allah menghasratkan ketertiban alam lebih dahulu, sebelum mengadakan sesuatu ; oleh karena itu kekacauan sudah barang tentu itu bukan kehendak Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Apabila seorang menjalankan ketertiban, maka ia sebenarnya memasukan sifat Illahi kedalam sanubarinya; orang yang tertib ialah orang yang ber-Iman, yang mempunyai tenaga batin. Ketertiban adalah mengirit waktu. Siapa yang dapat mengirit waktu akan mempunyai waktu yang terulang yang dapat dipergunakan untuk lain pekerjaan. Hasil pekerjaan oleh karenanya melebihi yang diharapkan. Akibat dari pada ketertiban ialah ketenangan dan ketentraman hati menghadapi tiap-tiap goda dan coba. Ketertiban didalam lahir menimbulkan ketertiban didalam batin, oleh karena tidak ada gangguan dari kekalutan dan kekacauan, hingga kita memperoleh kekuasaan dapat memusatkan pikiran kita. Siapa yang tertib didalam lahir dan batinnya, dengan sendirinya memperoleh tenaga ghaib yang terbukti didalam hasil pekerjaannya yang memuaskan dan mena’jubkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<u><b><br /></b></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><b>PENGERTIAN SHALAT</b></u><br /><br />Pengertian Shalat Yang Sesungguhnya ialah Menyembah kepada Yang berhak disembah ialah Allah SWT. “KANG MENGKANA SEMPURNA ING SEMBAH BEKTI INGKANG SAMPUNG AWAS SEMBAHE TAN ANA KARI SEBDANE AMURANG DALAN. KANG TAN AWAS KANGGELAN DENYA NGABEKTI YEN SIYANG PUWASA PAMUJINIRA DERWILI WEKASANE NORA NANA” . (Sembah/Shalat orang sempurna itu. Ialah Manusia yang telah mempunyai wawasan yang tepat, tak ada lagi penyembahan dalam kata-kata, ia menyimpang dari jalan biasa. Barang siapa tidak memiliki wawasan itu dengan susah payah berbakti (Shalat) kepada Allah. Dalam bulan puasa ia berpuasa dan puji-pujian terus menerus mengalir dari mulutnya, tetapi itu semua sia-sia). </div>
<div style="text-align: justify;">
“SAMPURNANING SEMBAH LAWAN PUJI TAN ANDULU MUNGGUH ANANING HYANG TAN DINULU ING ANANE PAPAN TULIS WUS LEBUR SIFAT ING RO TAN ANA KARI MUNG MANTEP ANANIRA APA KANG DEN DULU PAN NORA NA PARAN-PARAN IA IKU YOGYA KAWRUHANA YAYI SAMPURNANING PANEMBAH. LAMUN MAKSIH ANEMBAH AMUJI KAWRUH IKU PAN LAGYA SATENGAH DURUNG TUMEKA KAWRUHE AYWA GUPUH GUMUYU LAMUN DERENG WERUH ING JATI AJA RENA WINEJANG ING WARAH LAN WURUK PAN IKU MEKSIH RARASAN SEJATINE KANG MARI NEMBAH AMUJI LAWAN KEDAL ING LESAN. NAMUN ANENGIRA INGKANG DADI LIRE ENENG YWA DADI TULADAN MRING DALIL HADIST KUDUSE MIWAH TUTUR ING GURU GURU IKU MUNG MUMUCUKI TAN NGUWISI LALAKYAN SABAB IKU DUDU INGKANG ING RANAN DALANG DEDE DALANG ANGUWISI ING SEJATI TOK TIL MUNG DAWAKIRA”. (Sembah dan puji sempurna ialah tidak memandang lagi Adanya Tuhan, serta mengenai adanya diri sendiri tidak lagi dipandang?. Papan tulis dan tulisan sudah lebur, dua litas tak ada lagi. Adamu tak dapat dirubah. Lalu apa yang masih mau dipandang? Tak ada lagi sesuatu. Maklumilah ini baik-baik. Inilah penyembahan sempurna. Bila kau masih menyembah (shalat) dan memuji Tuhan (dengan cara biasa), kau baru memiliki pengetahuan yang kurang sempurna. Jangan dulu tersenyum/bangga (seolah-olah kau sudah mengerti), bila kau belum mengetahui ilmu sejati. Itu semua hanya berupa tutur kata. Adapun kebenaran sejati ialah meninggalkan sembah (Shalat) dan pujian yang diungkapkan dengan kata-kata. Hanya keheningan yang tetap berharga. Keheningan berarti, tidak lagi taklid (selalu mengikuti / ikut-ikutan) menurut kitab Suci atau Hadist atau ajaran seorang Guru. Seorang guru hanya mengawali, tetapi dia tidak dapat menamatkan lakonnya. Bukan dia yang disebut dalang, ia bukan dalang yang menamatkan lakon. Yang dapat menamatkan akhir cerita dari lakon itu sendiri hanyalah engkau sendiri bukan orang lain).<br /><br />Adapun Jalan untuk mencapai penghayatan manunggal dengan Allah (Tokid = Usaha supaya bisa bersatu dengan Tuhan). Yakni bersatunya antara Badan dengan Jisimnya (Roh-Nya).<br />Ada empat Macam Shalat atau Sembah. Yaitu Sembah Raga, Sembah Cipta, Sembah Jiwa, Sembah Rasa. Keempat macam sembah itu secara berurutan merupakan gubahan dari keempat tingkatan dalam ajaran Tasawuf.<br /><br /><br />Shalat Yang Di Terima<br /><br />Kembali ke masalah Shalat yang sah dan sempurna. Sebelumnya perlu di sadari bahwa shalat memang harus dilaksanakan secara benar dan sempurna, karena inilah salah satu jalan utama menuju Allah. Oleh karenanya masalah ini perlu kiranya dipaparkan secara lebih luas, dalam dan terinci. Berikut adalah sebuah panduan yang di ambil dari Hadits Qudsi. Panduan ini dapat di jadikan sebagai wacana dalam rangka meraih kesempurnaan shalat, sehingga shalatnya syah dan di terima oleh Allah.<br /><br />Allah SWT, berfirman:<br /><br />“Tidaklah Aku menerima shalat setiap orang. Aku hanya menerima shalat dari orang yang merendah demi ketinggian-KU, ber-Khusyu demi ke agungan-KU, mencegah nafsunya dari segala larangan-KU, melewatkan siang dan malamnya dalam mengingat-KU, tidak terus menerus dalam pembangkangan terhadap-KU, dan selalu mengasihi yang lemah, dan menghibur orang miskin demi keridho’an-KU. Bila ia memanggil-KU, Aku akan memberinya. Bila ia bersumpah dengan nama-KU, Aku akan membuatnya mampu memenuhinya. Aku akan jaga ia dengan kekuatan-KU dan kubanggakan dia diantara malaikat-KU. Seandainya Aku bagi-bagikan Nur-Nya untuk seluruh penghuni bumi, niscaya akan cukup bagi mereka. Perumpamaannya seperti surga firdaus, buah-buahannya tidak akan rusak, dan kenikmatannya pun tak akan Sirna”. (HADISTS QUDSI).<br /><br />Jadi pada intinya, bahwa shalat tidak hanya terdiri dari gerakan fisik (badan) saja, lebih dari itu yang utama adalah dampak positif dari shalat dapat dirasakan oleh masyarakat dimana dapat ditunjukan dengan perilaku penuh santun dan penuh dengan nilai-nilai kebajikan, misalnya mengasihi dan membantu orang-orang yang lemah. Penting ditekankan disini adalah jika sudah merasa mendirikan shalat jangan sampai menyombongkan diri karena telah melakukan ibadah suci dengan baik. Karena kesombongan diri, baik itu sombong dalam shalat, puasa dan sebagainya sebaiknya harus dijauhkan dari dalam diri kita, jikalau kesombongan itu semakin meraja lela didalam diri kita, maka semua yang kita lakukan akan sia-sia, sehingga perjalanan spiritual kita pun akan menjadi terbengkalai, hancur tiada tersisa.<br />Kesombongan, egoisme atau riya adalah sebuah sikap atau sifat yang menempel pada diri manusia yang sering kali tidak disadari oleh mereka yang menyandangnya sehingga amat sulit dihapuskan. Itulah kenapa para kaum spiritual selalu mengingatkan untuk menjauhi hal-hal tersebut. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa :<br />“JIKA DALAM HATIMU TERDAPAT KESOMBONGAN, WALAU ITU HANYA SEBESAR DZARRAH (BIJI) SEKALIPUN, MAKA PINTU CAHAYA (SURGA) TIDAK AKAN TERBUKA”.<br /><br /><br /><u><b>HAKIKAT SHALAT</b></u><br /><br />INNANII ALLAHU LAA ILAAHA ANA FA’BUDUNII, WA AQIMI SHALAATA LIDZIKRII<br />“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, Tidak ada Tuhan Selain AKU. Maka sembahlah AKU dan Dirikan Shalat untuk Ber-Zikir Kepada-KU” (Al-Qur’an Surat Thaaha : 14)<br />“Bacakan apa yang diwahyukan dari kitab (Al-Qur’an) kepadamu. Dan dirikan shalat. sesungguhnya shalat dapat mencegah orang brbuat keji dan munkar. Dan mengingat Allah (Dzikir) adalah yang paling penting (dalam kehidupan). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Al-Qur’an S.Al-Ankabut : 45)<br /><br />Yang wajib dalam beragama adalah “Aqoma Din dan Aqimu-Shalat” yang berarti menegakan Agama dan Menegakan Shalat, menegakan berarti sama dengan mendirikannya, dan bukan mengerjakannya, jadi dalam hal ini bukan pengerjaan shalatnya, melainkan penegakannya. Shalat ditegakan untuk mencapai kondisi meditasi. Shalat ditegakan agar tercapai Zikir (Ingat) kepada Allah, jadi yang menjadi sasaran utama itu Zikir-nya bukan pengerjaan shalatnya. Jika shalat tidak menghasilkan zikir kepada Allah, ya sama saja dengan gerak badan dalam bentuk shalat, inilah yang disebut “ FAWAYLUNLLI MUSHALINA’LLADZINAHUM ‘AN SHALATIHIM SAHUN. ALLADZINAHUM YURA’UN” Yaitu Kecelakaan bagi orang-orang yang mengerjakan Shalat yang tak ada perhatian (tidak ada Kekhusuan dan Zikir ) dalam Shalatnya yang ada hanya untuk sekedar pamer/ria.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Ingat kembali Q.S. 20 : 4, dimana diayat tersebut dinyatakan dengan tegas sekali bahwa yang dituju dalam shalat adalah Zikir dan dalam Q.S. 29 : 45 diterangkan bahwa nilai Zikir itu lebih besar dari pada segala ibadah, Mengapa ? Ya, Karena kesadaran itu tumbuh dari Zikir bahkan pencerahan pun dicapai melalui Zikir, bahkan Nabi Muhammad sendiri selalu ber-Tahanus atau ber-Khalwat selama sebulan penuh, pada tiap bulan Ramadhan di Gua Hira. Disana beliau ber-Zikir terus menerus sebelum ia diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Diriwayatkan oleh Abudarda’ bahwa Rasululloh saw. Bersabda :<br />“ALAA U’NABBI’UKUUM BIHOIRII A’MAALIKUM WA A’ZKAAHAA I’DA MALIIKIKUUM WA’ARFAI’HAA FIDARAZATIKUM WA HOIRUN’LAKUUM MIN I’NFAAQILDZAHABI WALMISSOTTI WAHOIRUN LAKUUM MIN A’NTALQAWW ADUWWAKUM FATAD’RIBUU A’ANAA QOKUUM ; QOLUU TALA YAA RASUULULLAH : QOLA : HUWADZKURULLAHI TA’ALA.<br />Yang artinya : Dapatkah aku memberitahukan kepadamu tentang amal terbaik diantara derajat-derajatmu, lebih baik bagimu dari menafkahkan emas dan perak dan lebih baik dari pada menghadapi musuh dalam medan perang sambil penggal-memenggal kepala. “Apakah itu ?’’ Ya Rasulullah, Tanya para sahabat, “ialah dzikir pada Allah” jawab Rasulullah saw.<br />Dikatakan oleh Rasulullah bahwa Dzikir lebih tinggi dari semua macam ibadah, karena ibadah-ibadah itu adalah jalan kepada dzikir (ingat) pada Allah, maka dzikrullah adalah tujuan utama. Dzikir mempunyai dua cara : Pertama di ucapkan dengan mulut sehingga terdengar oleh telinga, dan yang kedua dilakukan dengan hati dan fikiran yang terpusat hanya kepada Allah tanpa disuarakan dan itulah tingkat teratas dari semua cara-cara ber-dzikir.<br /><br />Shalat itu kepunyaan Allah, karena itu tidak terjadi hukum timbal balik, lain halnya dengan Zikir, ini memang aktivitas manusia terhadap Allah dan selanjutnya Allah menyapa balik kepada manusia. Seperti apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadist Qudsi : “ FADZKURUNI ADZKURKUM “ (Karena itu ingat-lah kamu kepada-KU, niscaya AKU ingat pula kepadamu Q.S. Al-Baqarah : 152 ). “MAN DZAKARANII WALAM YAN SANII DZAKARTUHUU WALAM AN SAHUU” (Barang siapa senantiasa ber-Zikir, mengingat-KU dan tidak melupakan-KU, maka AKU selalu mengingatnya, dan tidak akan AKU lupakan - Hadist Qudsi ).<br />Zikir merupakan hubungan timbal balik, manusia ber-Zikir (ingat) kepada Allah dan Allah pun ber-Zikir (ingat) kepada manusia, karena itu Zikir merupakan sarana untuk manunggal dengan Allah. Pengertian manunggal, bukan manunggal Dzat-Nya, tapi manunggal Sifat, Asma, dan Af’al sang hamba dengan Tuhan-Nya. Dalam istilah jawa disebut “LORO-LORONING ATUNGGAL” Yang berarti Dua tapi Satu adanya. Dan inilah kiranya yang dimaksud dengan TAUHID SEJATI. (Pengesaan Yang Sebenar-benarnya).<br />Zikir berasal dari kata ZAKARA, Kata ZA yang berarti “Mengingat” , dan KA yang berarti “ Memperhatikan”, sedangkan RA yang berarti “Mengisi atau Menuangkan Asma Allah kedalam Lubuk Hatinya. Jadi dalam ber-Zikir kita bukan menyatukan dirinya dengan Dzat Allah, karena Allah meliputi segala sesuatu, tapi yang perlu kita satukan adalah Sifat, Asma dan Af’al Tuhan, agar sesuai dengan Kodrat dan Iradat Allah.<br />Dan untuk bisa menyatukan diri dengan Allah atau Manunggaling Kawula Gusti, kita harus dapat ber-Semadi (Tapakur), yakni harus bisa menyatukan perasaan, pikiran dengan Nafasnya dalam ber-Zikir. Puncak dari penyatuan ini adalah ketenangan jiwa, tentramnya qolbu, perasaan dan pikiran dikembalikan kepada Allah dan diiringi dengan perhatian terhadap keluar – masuknya Nafas.<br />Nafas adalah merupakan wahana bagi sang permana untuk mengunjungi setiap sudut sel-sel kehidupan manusia, sang permana sendiri tergantung pada daya sang Sukma Jati, bila sang permana telah menjangkau semua sudut sel-sel kehidupan badan, maka tenanglah hati manusia. Pancamaya dan Hartadaya yang melekat pada Sukma Jati tidak bergejolak lagi setelah sang permana menjelajah semua sudut sel tubuh ini. Hati yang bergoncang, tenang semua unsur dalam diri manusia menjadi patuh kepada sang pencipta ketika manusia ber-Zikir, karena itu hanya dengan ber-Zikir hati menjadi tenang.<br />Puncak dari Zikir adalah kondisi diam, sunyi dari perasaan dan angan-angan, dan hasilnya perasaan tenang dan tenteram.<br />Adanya Allah karena Zikir. Pada saat Zikir manusia tenggelam dalam dirinya sendiri, Dzat, Sifat, Asma dan Af’al Tuhan digulung menjadi Antaya dan Rasa dalam diri. Apakah Antaya itu ? Antaya adalah angan-angan yang tampak nyata dalam diri kita, ketika orang itu sedang berzikir.<br />Ada Antaya dan Rasa dalam diri pada saat Zikir sehingga terjadilah “JADAB” semacam hilangnya kesadaran diri, dan meluncurlah ucapan “ANA AL-HAQ” atau Saya Tuhan dan sayalah kebenaran itu. Timbulah pengakuan bahwa dirinya telah menjadi Zat Yang Mulia. Sehingga banyak orang yang ber-Zikir merasakan kedekatannya dan pertemuannya dengan Allah, sehingga seolah-olah kita larut dan hanyut tenggelam dalam samudra Tauhid yang tak bertepi.<br />Adapun Manusia dan Allah adalah satu Realita, bukankah Allah senantiasa beserta manusia, dimana saja kita berada “WAHUWA MA’AKUM AINAMAA KUNTUM” (Allah bersama kamu, dimanapun kamu berada. Q.S. Al-Hadid (57) : 4 ).<br />Dalam ber-SAHADAT dianggap sebagai kepalsuan mengapa ? karena Sahadat umumnya hanya sebatas bibir, sebatas menyebut namanya, dan sebenarnya banyak orang yang ber-Sahadat tapi tidak benar-benar menyaksikan Allah, dia hanya baru sampai mengucapkan Sahadat.<br />Adapun pembakuan makna Zikir sekarang justru telah mengaburkan arti yang sesungguhnya, ada yeng menghitung jumlah Zikirnya dengan tasbih, ada yang menggunakan mesin hitung dll. Yang jelas Zikir mereka tidak “tanpa pamrih”. Ada yang menginginkan rejeki, adapula yang menginginkan sorga, sehingga dengan hal demikian Cinta kita kepada Allah belum menjadi Kasih, karena masih bersyarat atau masih bersifat Pamrih (Meminta sesuatu balasan Jasa atau upah atau pahala dsb).<br />Tapi jika Zikir diterjemahkan sebagai “Meditasi atau Tafakur “ Maka hidup kita harus menjadi “Akhand Japa” (Zikir yang tak pernah berhenti), tidak perlu menggunakan tasbih, tidak perlu menghitung jumlah, karena apapun yang kita lakukan harus dilakukan dalam semangat Zikir, makan dalam Zikir, minum dalam Zikir, berarti kita makan dan minum dengan penuh kesadaran, jangan-jangan makanan dan minuman yang mengisi perut kita adalah hasil rampasan hak orang lain, bekerja di kantor dalam Zikir, jangan-jangan pekerjaan ini hanya menguntungkan kita tetapi merugikan orang lain. Bukankan Allah telah ber-Firman didalam sebuah Hadist Qudsi : “YAA IBNA ADAM ! TAFARRAGHLI DZIKKRII ADZKURUKA ‘ INDAMAAIKATII” (Hai anak Adam ! Kosongkan waktumu guna mengingat, ber-Zikir kapada-KU, niscaya AKU akan menyebutmu dihadapan Malaikat-MalaikatKU). “YAA IBNA ADAM ! LAA YADKHULU JANNATII ILLA MAN TAWADLA’A LI’ADHOMATII WA QATHA’A NAHAARAHUU BI DZIKRII WA KAFFA NAFSAHU’ ANISSY SYAHAWAATI MIN AJLII (Hai anak Adam ! Tak akan memasuki Syorgaku (tempat-KU) kecuali orang-orang yang tunduk dengan ke Agungan-KU, dan hari-harinya ia lalui untuk mengingat (Ber-Zikir kepada-KU), serta yang dapat mencegah dirinya dari hawa nafsu hanya karena Aku).<br />Zikir harus di artikan sebagai kesadaran yang mewarnai segala aspek kehidupan. Mengingat Allah setiap saat dan disetiap tempat, baik itu di dalam Masjid, di rumah, di dalam kamar mandi, kamar tidur, ruang kerja. Dan Allah berada di semua arah dan tempat, karena kemanapun kita pergi, dimanapun kita berada semua yang kita lihat dan kita saksikan hanyalah WajahNya. “AIYNAMAA TUKKUU FASAMMA WAJ’HU LLAAHI” (Kemanapun kita menghadap, disanalah Wajah (Zat) Allah. Q.S. 2 : 115).<br />Adapun Zikir Khusus yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari tersebut adalah Zikir Akhfa yakni Zikir yang tidak lagi terucapkan oleh mulut dan hati, berjalan setiap saat, seperti perjalanan Nafas kita ini. Setiap saat Zikir, artinya setiap saat sadar dalam keadaan apapun, baik sedang bertransaksi ekonomi, berdagang, bekerja, bergaul, beristirahat, makan-minum, aktif dikantor, aktif diluar rumah, bercengkrama, dan berhubungan intim dengan istri, maupun lagi buang air, Zikir senantiasa berjalan seperti Nafas kita. Betapa nikmatnya buang air tat kala Zikir terus menerus berlangsung, sekali lagi hal ini menyangkut tingkat kesadaran dalam memahami Zikir sebagai kesadaran. Tuhan pun harus disadari sebagai “KESADARAN AGUNG” dalam Al-Qur’an kesadaran Agung ini juga dinyatakan sebagai Yang Maha Mendengar, Lagi Maha Melihat, jadi DIA senantiasa melihat dan mendengar, yang senantiasa SADAR “Samiul Bashir”. Q.S. 31 : 28. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><br /><u><b>SELANJUTNYA TENTANG APLIKASI SHALAT DALAM HIDUP SEHARI-HARI</b></u><br /><br />Tentang Aplikasi (Penerapan) Shalat dalam hidup sehari-hari, Shalat memang harus didirikan untuk membangkitkan kesadaran. Kaitan Shalat dengan Zikir bisa di umpamakan seperti system pengisian Baterai atau ACCU pada mobil/motor. Baterai/Accu pada mobil tersebut harus selalu memberikan tenaga listrik ketika mesin mobil bekerja, tapi ia harus selalu diisi oleh dinamonya, jadi Zikir senantiasa harus ada ketika manusia beraktivitas, dan hilangnya energi batin selama beraktivitas harus diisi kembali dengan Shalat, Sembahyang/Shalat atau apapun namanya yang tujuannya adalah untuk membangkitkan kesadaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kesadaran yang timbul inilah, yang harus bekerja mewarnai segala tindakan, ucapan, dan pikiran manusia. Sekali lagi kesadaran yang timbul atau yang bangkit/ yang bekerja, bukan lagi pamrih atau dorongan hawa nafsu yang menggerakannya melainkan kehendak Allah yang terjadi, dan bukan kehendak Egonya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Pada tingkatan awam, mereka tidak memahami bila yang dituju dalam Shalat itu bukan semata-mata menggerakan anggota badan, dan yang dimaksud dengan orang Awam disini, tak ada hubungannya dengan posisi seseorang ditengah masyarakat, apakah itu seorang tokoh, ulama, kiai, atau Ustad. Tapi yang dimaksudkan Awam disini adalah mereka-mereka yang tingkat kesadaran jiwanya masih didominasi atau dikuasai oleh Nafsunya sendiri, sehingga terjadilah Sifat keakuan pada diri, merasa dirinya yang paling benar, sehingga dari sini lahirlah Jiwa/sifat Pamrihnya atau keakuannya atau pikirannya yang terbatas alias Taklid pada sesuatu hal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Adapun gerakan dan waktu pelaksanaan yang dimaksudkan dalam Shalat adalah Riyadhoh untuk membangun kedisiplinan hidup, karena itu shalat yang tidak dapat membangkitkan kesadaran tak lebih dari “gerakan badan” atau senam. Ada yang bertanya, kalau gerakan shalat itu tidak lebih penting dari tujuannya mengapa Nabi Muhammad senantiasa menjalankan shalat seperti yang dicontohkannya kepada umatnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Disini kita perlu ketahui bahwa Diri atau Pribadi Nabi Muhammad itu sudah bukan milik dirinya lagi, beliau sudah menjadi milik umatnya, dan beliau sudah memberi contoh Suri tauladan yang baik, dan secara general kepada umatnya, yang waktu itu keadaan orang-orang Arab baru terbebas dari keadaan Jahiliah (kebodohan), dimana hukum dan aturan kala itu masih semrawut, sehingga dengan bentuk disiplin lahiriah, Nabi tidak menjadi pemimpin/presiden bagi umatnya yang masih bermalas-malasan. Dengan gerakan shalat secara lahiriah itu, beliau mengajarkan, serta menerapkan kedisiplinan kepada umatnya, sehingga bila ada umat yang tidak mengerjakan shalat secara utuh, maka dia dengan mudah bisa mengingatkannya, bahwa Nabi pun masih menjalankannya, Sehingga dengan contoh yang beliau terapkan itu, akhirnya beliau berhasil mengajak mereka untuk mengikuti segala ajaran dan seruannya dalam memasuki Agama Islam Yang Kaffah. Betapapun kerasnya hati orang arab .kala itu, akhirnya dapat di luluhkan dengan kelembutan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kembali kepada shalat yang berfungsi untuk membangkitkan kesadaran. Pada Al-Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 19 – 23, disini dijelaskan :<br /><br />“Sesungguhnya Manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”<br />“Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah”<br />“Apabila mendapat rejeki (kekayaan/kesenangan) ia amat kikir”<br />“Kecuali orang-orang yang mengerjakan SHALAT”<br />“ALLADZIINAHUM A’LAA SHALATIIHIM DAA’IMUN”<br /><br />(Yaitu, mereka yang tidak putus-putus menjalankan Shalatnya (Shalat Daim).<br /><br />Shalat Daim adalah shalat yang tidak pernah terputus artinya shalat 5 waktu itu tidak pernah absent (telat), tapi kalau kita melihat kenyataan, banyak orang yang tidak pernah absent Shalatnya tapi masih tetap hidup gelisah, bahkan tidak bisa menghindarkan diri dari jebakan dosa-dosa dalam kehidupan ini. Jadi jelaslah disini bahwa kita harus lebih berpegangan pada makna shalat sebagai hubungan atau persatuan dengan Allah. Sedangkan gerakan hanyalah sebuah bentuk atau cara semata. Adapun Shalat dimaksudkan untuk ber-Zikir atau ber-Meditasi, agar terciptanya “Khusyuk” dan berfungsi untuk membangkitkan kesadaran. Bentuk shalat dapat terputus oleh waktu, keadaan, tempat, geograpi dan situasi kondisi. Dan hal ini sebenarnya dipahami betul oleh kaum muslim, misalnya dikendaraan atau di pesawat, pesawat ruang angkasa dan lain sebagainya. shalat cuma dilakukan dengan isyarat, dan berdasarkan ayat tersebut Shalat memang harus Da’im, tak pernah terputus artinya Zikir dan Shalat berlangsung terus seperti hubungan baterai dan dynamo listrik, setiap saat kita isi dan selalu siap digunakan. Didalam sebuah Hadist yang terdapat dalam Kitab Ihya Ulumudin dari Al-Ghazali, disana disebutkan bahwa sesungguhnya : “Allah tidak memperhatikan Shalat seseorang yang tidak menghadirkan Hati dan Badannya”. Adapun yang dimaksud tidak menghadirkan Hati disini adalah banyak orang yang ber-Shalat tapi tidak ada kekhusuan dan perhatian pada shalatnya dikarenakan hatinya lalai kepada selain Allah. Adapun yang dimaksud tidak menghadirkan Badannya disini adalah Bahwa dilain sisi hati ber-Zikir kepada Allah, tapi perilaku dan perbuatannya tidak mencerminkan kerendahan hatinya.<br />Ada cerita tentang Shalat Khusyuk<br /><br />PERTAMA : Kisah Ali bin Abi Thalib, suatu hari terkena panah dalam sebuah peperangan, tetapi dia meminta sahabat lainnya untuk mencabut panah tersebut tatkala dia sedang Shalat. Sahabat mencabutnya dan Ali tidak mengaduh sama sekali, inilah “Khusyuk” atau Fana atau Samadhi sehingga badan jasmani terasa lenyap.<br /><br />KEDUA Muslim bin Yasar, seorang Sufi, bila shalat tidak dapat lagi mendengarkan percakapan anggota keluarganya.<br /><br />KETIGA Imam Al-Ghazali adalah seorang Sufi Islam yang sangat terkenal. Ada perbedaan ke-Sufian antara Al-Ghazali dengan Al-Arabi dan Ar-Rumi. Arabi dan Ar-Rumi dikenal sebagai Sufi Filsafat, sedangkan Al-Ghazali dikenal sebagai Sufi Fikiyah. Yaitu Sufi yang merasa sangat terikat dengan Syariat (Aturan). Al-Ghazali memiliki saudara laki-laki yang juga Sufi, tapi tidak terkenal, namanya Imam Ahmad, suatu hari Imam Al-Ghazali memimpin Shalat berjamaah, tetapi ternyata Imam Ahmad shalat sendirian disudut Masjid. Selesai shalat, para jemaah agak rebut menyaksikan Imam Ahmad yang tidak ikut berjamaah, beberapa jemaah mendatangi Imam Al-Ghazali dan mencoba menanyakan alasannya, mengapa saudara Al-Ghazali tersebut tidak ikut berjamaah, padahal Al-Ghazali adalah seorang Imam terkenal. Ada apa ? selesai shalat dan zikir Imam Ahmad dihampiri oleh Al-Ghazali dan bertanya tentang alasan saudaranya ini memilih shalat sendirian, adapun jawaban Imam Ahmad tersebut, katanya ketika ia hendak ikut shalat berjemaah, ia melihat Hati (Qolbu) Al-Ghazali sedang memikirkan dalil-dalil tentang fikih wanita yang mengalami menstruasi, Atas jawaban saudaranya tersebut Imam Al-Ghazali membenarkannya, dan Ia mohon ampun kepada Allah. Sehingga dari pengalaman itulah Al-Ghazali semakin banyak ber-Uzlah atau ber-Khalwat agar hatinya dapat menjadi Khusyuk.<br /><br /><br /><u><b>HAKIKAT SHALAT SEJATI</b></u><br /><br />UTANING SARIRA PUNIKI ANGAWRUHANA JATING SHALAT, SEMBAH LAWA PUJINE, JATINING SHALAT IKU DUDU NGISA TUWIN MAGERIB, SEMBAHYANG ARANEKA WENANGE, PUNIKU LAMUN ARANA SHALAT PAN MINANGKA KEKEMBANGIN SHALAT DA’IM INGARAN TATA KRAMA </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Artinya: Unggulnya diri itu mengetahui Hakikat Shalat, sembah dan pujian, Shalat yang sebenarnya bukan mengerjakan Shalat Isa dan Maghrib, itu namanya sembahyang. Apabila disebut Shalat, maka itu hanyalah hiasan (kulit luarnya) dari Shalat Da’im, hanyalah tatakrama.<br /><br />Adapun Shalat 5 Waktu adalah ibadah shalat yang termasuk kedalam “Hablum Min’nanas” yakni hubungan manusia dengan manusia, karena bentuk dari ibadah pelaksanaannya harus diketahui oleh orang lain atau diketahui oleh sesama manusia baik itu di rumah, disurau maupun di Masjid.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Adapun Hablum Minallah yakni hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan yang sangat pribadi, yang tidak mungkin diketahui oleh orang lain apalagi oleh sesama manusia, karena yang tahu hanyalah kita dan Allah, bukankah didalam Shalat terkandung hubungan hamba dan TuhanNya. Dan hubungan ini tidak semestinya diketahui oleh orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Jadi jelas sekali bahwa orang yang unggul adalah orang yang mampu memahami dan menghayati Kesejatian Shalat. Bukan orang yang tidak pernah telat mengerjakan shalat 5 kali sehari itu yang unggul, tapi justru yang unggul itu adalah orang yang telah memahami dan menghayati Hakikat dari Shalat. Sembah dan pujian itulah yang unggul, karena Inti dari Shalat bukan sekedar pelaksanaannya atau pengerjaannya semata-mata, tapi juga adalah Penegakannya (Aqimu Shalat Wa Qiyamuhu bi Nafsihi).<br /><br />Seorang Wali Sanga atau Yang lebih dikenal dengan sebutan “Sunan Bonang” (Syekh Rohmat), dimana beliau pernah menulis didalam Kitabnya:<br /><i>ENDI INGARAN SEMBAH SEJATI AJA NEMBAH YEN TAN NORA WERUH KANG SINEMBAH ING DUNYA IKI KADI ANULUP KAGA, PUNGLUNE DEN SAWUR MANUKE MANGSA KENAA, AWE KASA AMANGGERAN ADAM SARPIN, SEMBAHE SIYA-SIYA</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : Manakah yang disebut Shalat Sejati (Shalat yang sebenarnya), janganlah menyembah bila tidak tahu siapa yang di sembah, akibatnya akan direndahkan martabat hidupmu. Apabila engkau tidak mengetahui siapa yang disembah di dunia ini, engkau seperti menyumpit burung, dimana pelurunya disebar tetapi tidak satupun yang mengenai burungnya, akhirnya Cuma menyembah Adam Sarpin, penyembahan yang tiada berguna.<br /><br />Adapun ungkapan : JANGAN MENYEMBAH BILA TIDAK TAHU SIAPA YANG DISEMBAH?<br />Yang dimaksudkan disini adalah bahwa yang diperintahkan di dalam Al-Qur’an adalah “AQIMU SHALAT (Menegakan/mendirikan Shalat)”, Menegakan/mendirikan shalat tidak sama dengan mengerjakan atau menjalankan shalat, juga tidak sama dengan mempelajari dalil-dalil shalat. Mengerjakan shalat lebih cenderung hanya sekedar menjalankan ritual upacara lahiriah belaka, sedangkan justru yang dikehendaki oleh Al-Qur’an tentu saja tidak demikian, karena kata kerja yang digunakan untuk menyatakan perbuatan shalat adalah “Aqama” yang artinya adalah menegakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya. Sedangkan arti shalat sendiri adalah permohonan atau Do’a.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Dalam shalat terkandung tindakan WASHOLA yaitu menyatukan diri dengan Allah, jadi termasuk dalam menegakan shalat adalah menegakan subtansi atau semangat dari shalat, sama dengan menegakan Agama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Shalat harus dilakukan dalam keadaan sadar sepenuhnya, didalam Al-qur’an Surat An-Nisa (4) : 43, disebutkan bahwa dalam shalat setiap kata yang di ucapkan harus dimengerti (kepada siapa dan untuk siapa kata dan ucapannya ditujukan). Shalat baru dapat dilakukan bila setiap kata yang diucapkan diketahui kepada siapa kata ini ditujukan, dalam keadaan inilah orang mengerti kepada siapa dia melakukan penyembahan, tanpa mengetahui siapa yang disembah, jelas itu hanya pekerjaan sia-sia. Disebut sebagai orang yang menyembah Adam Sarpin atau Makdum Sarpin berarti sesuatu yang tidak ada objek dan tujuannya, dan hanya orang bodoh (tidak sadar) yang mau melakukan pekerjaan yang sia-sia. Hal semacam inilah disebut sebagai orang yang direndahkan martabat hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Shalat atau penyembahan yang berguna adalah shalat yang dapat mencegah terjadinya “Fakhsya” dan “Munkar”, dengan ayat ini sebenarnya yang harus menjadi perhatian ulama Islam adalah Hakikat atau tujuan Shalat, malah justru mereka disibukan untuk memperhatikan orang yang mengerjakan shalat sehingga akhirnya timbul perasaan sinis dan berpandangan Negatif terhadap orang yang tidak mengerjakan shalat, apalagi yang jarang hadir ke Mesjid. Yang ujung-ujungnya mereka lebih tertarik kesangkarnya daripada burungnya, kita lebih tertarik kulit daripada isinya, mereka hanya sibuk mengurus pengerjaan dan pelaksanaan shalatnya ketimbang Penegakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Adapun yang dimaksud dengan Keji dan Munkar didalam shalat yaitu :<br /><i>Perbuatan Keji</i>: adalah perbuatan hina dan menjijikan yaitu perbuatan hati yang penuh dengan sifat Iri, dengki, dendam, dan sejenisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><i>Sedangkan Perbuatan Mungkar:</i> adalah perbuatan yang nyata-nyata ditolak oleh masyarakat seperti : Dzalim, judi, mabuk-mabukan, per-Jinahan, kolusi, korupsi, per-canduan dll. Jadi kalau orang betul-betul sudah menegakan shalat, niscaya tidak akan ada lagi KKN, meskipun pemimpin, pejabat negara, tokoh masyarakat yang tak pernah kemesjid, tidak kelihatan shalat bersama, tapi kalau mereka sudah benar-benar menegakan shalatnya niscaya kita akan mendapatkan pemerintahan yang bersih, dan tentu saja akan lebih baik jika pemimpin tersebut memberikan suri tauladan yang baik, dengan rajin pergi ke Masjid untuk mengerjakan shalat secara berjemaah, agar tercipta suasana yang kondusif. Suasana yang aman, nyaman dan bersahabat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Seperti yang telah kita bahas diatas bahwa shalat 5 kali sehari itu hanyalah tata krama dalam kehidupan beragama Cuma kiasan. Sedangkan shalat yang sesungguhnya disebut sebagai “Shalat Dha’im” yaitu shalat yang tidak pernah terputus oleh waktu dan tempat, dimanapun kapanpun, baik dalam situasi keadaan apapun dan dimanapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />“AIYNAMAA TUKKUU FASAMMA WAJ’HULLAHI” (Kemanpun kita menghadapkan diri kita, maka disanalah wajah Allah. (Q.S : 2 : 115).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Maksudnya : Bahwa Shalat Daim itu tidak lagi mengenal arah, waktu maupun tempat, karena dimana pun kita berada yang kita Ingat ataupun kita lihat hanyalah Wajah Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />“ALLADZINA YADZKURUUNALLAHA QIYAAMAA WAQU’UDAA WA A’LAA JUNUUBIHIM WAYA TAFAKKARUUNA FI KHALQI SAMAWATI WAL ARDHI” (Merekalah orang-orang yang selalu ber-Zikir mengingat Allah, baik di waktu berdiri, duduk dan berbaring. Dan selalu memikirkan tentang kejadian langit dan bumi. (Q.S. 3 : 191).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />“ALLADZIINAHUUM ALAA SHALATIHIM DAA’IMUN” (Dan merekalah yang tetap khusyu - secara terus menerus hatinya ber-Zikir mengingat Allah) dalam Shalatnya. Yang tidak pernah lupa meski sehembus Nafas, yang tidak pernah terlena meski sedenyut jantung, dan tidak pernah lalai walau sekedip mata (itulah SHALAT DA’IM) . (Q.S. AL-MA’ARIJ : 22). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang dikutipkan oleh Hujatul Islam tanah Jawa yaitu Syekh Malaya atau yang lebih dikenal Sunan Kali Jaga dalam Kitab-nya:<br />PANGABAKTINE INGKANG UTAMA, NORA LAN WAKTU SASOLAHIRA, PUNIKA MANGKA SEMBAHE, MENENG MUN, PUNIKU SASOLAHE RAGAN’ REKI, TAN SIMPANG DADI SEMBAH, TEKENG WULUNIPUN, TINJA TURAS DADI SEMBAH, IKU INGARANAN NIYAT KANG SEJATI, PUJI TAN PAPEGATAN.<br />Maksudnya: Kebaktian (Shalat) yang unggul itu tidak mengenal waktu, semua tingkah lakunya, itulah sembahyangnya, diam, bicara, dan semua gerak gerik badannya merupakan sembahyang, hingga wudhu, berak, dan kencingnya pun merupakan sembahyang, itulah yang disebut niat yang sejati, Pujian yang tak putus-putusnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Shalat Daim disebut kebaktian yang unggul !, karena semua tingkah lakunya merupakan wujud dari sembahyang. Dan tidak mengenal waktu, ya makna “Da’im” memang terus menerus tak pernah berhenti, tak pernah putus-putus, itulah Da’im. Jadi shalat Da’im adalah shalat sepanjang hidup, diam, bicara, bekerja, istirahat, makan-minum, tidur maupun bangun senantiasa shalat, semua gerak tubuh ini merupakan sembahyang, bukan hanya wudhu bahkan tatkala ber-tinja dan kencingpun dalam keadaan shalat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Coba kita lihat lagi Hakikat Shalat yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Thaha (20) : Ayat 14, disana tertulis dengan jelas: </div>
<div style="text-align: justify;">
INNANII ALLAHU LAA ILAAHA ANA FA’BUDUNII WA AQIMI SHALAATA LIDZIKRII<br />“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, Tidak ada Tuhan Selain AKU. Maka sembahlah AKU dan Dirikan Shalat untuk Ber-Zikir Kepada-KU”(QS. Surat Thaaha : 14)<br /><br />Jadi jelas, bahwa shalat itu didirikan untuk ber-Zikir kepada Allah, kalau dalam bahasa sehari-hari, shalat merupakan kewajiban minimal dalam ber-Zikir. Artinya bahwa dalam hidup ini, bangun dan tidur seharusnya ber-zikir terus menerus, kapan saja dan dimana saja harus ber-zikir (ingat kepada Allah), tapi nyatanya kebanyakan orang tidak bisa menjalani hidup yang demikian ini, makanya disediakan waktu Zikir secara khusus seperti yang diterapkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya, yaitu 5 kali dalam sehari, yang kita kenal dengan shalat 17 rakaat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Shalat Da’im adalah shalat yang tidak memerlukan lagi sesuatu/tanpa perantara, yakni shalat tanpa menggunakan air wudhu untuk menghilangkan hadast besar/kecil, Itulah Shalat batin yang sebenarnya. Shalat yang didalamnya seseorang boleh makan-minum, tidur, bersenggama (dengan istri), maupun buang kotoran, hal ini disampaikan Syekh Malaya atau Sunan Kalijaga, setelah ia mendapatkan pelajaran yang sebenarnya dari Nabi Khidir A.S.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Adapun Maksud sebenarnya dari Shalat 50 Rakaat atau shalat 50 kali dalam sehari, yang dititahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, sebenarnya mengandung maksud tujuan yang paling mendasar dalam hal ber-Ibadah kepada Allah. Adapun dasar tujuan utamanya adalah agar manusia selalu ingat ber-Zikir kepada Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Jika dalam waktu 24 jam, kita bagi menjadi 8 jam untuk makan, tidur, mandi dan lain-lain, maka sisanya adalah 16 jam. Jika angka 50 rakaat tadi kita bagi dengan sisa waktu yang 16 jam, maka hasilnya akan menjadi 3 koma sekian. Berarti setiap jam harus melaksanakan Shalat 3 kali, lalu jika setiap shalat memakan waktu 10 menit saja, berarti 30 menit untuk shalat, sisa 30 menit lagi untuk mencari nafkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Maka dibalik apa yang tersurat, ada yang tersirat dalam shalat 50 rakaat tersebut, yang dimaksudkan adalah bahwa Shalat harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Jadi setiap saat harus dilewati dalam keadaan shalat, yang harus didirikan, dibangkitkan dan harus mewarnai setiap tindakan, ucapan, dan pikiran manusia. Pantas saja didalam Al-qur’an Allah memberitahukan: “INNAMAA LAKABIRATUN ILLA A’LAL KHOSYI’UN - ALLADZIINAHUM ALAA SHALATIHIM DAA’IMUN” (Sesungguhnya SHALAT itu berat sekali, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. Yaitu mereka yang tetap terus menerus mengerjakan shalat (dalam hidup dan penghidupannya), yang tidak pernah lupa meski sehembus Nafasnya, yang tidak pernah terlena meski sedenyut jantung, dan tak pernah lalai walau sekedip mata. (Q.S 2 : 45 – Q.S ; AL-MAARIJ : 22).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Ibadat tidak dapat dilepaskan dari makna dan tujuan yang mendasari ibadat. Ambil saja Shalat, makna atau tujuan dari shalat adalah ber-Zikir kepada Allah. Tapi justru kebanyakan kita lupa kepada makna dan tujuannya. Kita malah asyik dengan pelaksanaan dan pengerjaan shalatnya saja, ketimbang Zikir-nya. Padahal suatu gerakan tak mungkin merubah suatu keadaan akan menjadi lebih baik, bila dalam shalatnya kita lupa akan tujuannya, bukankah Allah sudah memberitakan kepada kita semua “WADZKURULLI ADZKURKUM” Ber-Zikirlah kepadaKU, niscaya AKU akan ber-Zikir kepadamu. Dan bila kita mampu mencapai tahap Zikir dalam keadaan bergerak, baik dikala Berdiri, Rukuk, Sujud, dan Duduk dalam satu kesatuan, maka terciptalah ketentraman batin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Didalam shalat ada “WASHALA”, yakni tindakan untuk menghubungkan atau menyatukan Diri dengan Allah. Bila hal ini tercapai maka lahirlah “Kasih (Rahim-Allah)” yang wujudnya adalah tercegahnya seseorang yang menegakan/mendirikan shalat dari perbuatan dan tindakan FAKHSYA (Keji) dan MUNKAR, bahkan di ayat ini dinyatakan dengan tegas, bahwa nilai Zikir itu lebih besar daripada ibadat-ibadat lainnya Q.S. 29 : 45.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Tujuan Shalat itu untuk mencegah perbuatan dan tindakan Keji dan Munkar, bukan untuk mendapatkan SORGA, jika orang sudah tidak berbuat Keji dan Munkar, maka SORGA-nya akan datang dengan sendirinya. Seseorang dikatakan terbebas dari perbuatan dan tindakan Keji bila ia sudah tidak lagi melakukan perbuatan yang memalukan, tidak lagi berbuat yang menjijikan, ia bebas dari perbuatan dan tindakan munkar bila ia tidak melakukukan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Orang hanya bisa mengajarkan TATA CARA SHALAT dan melakukan pengerjaan shalatnya ketimbang mengajarkan bagaimana supaya kita dapat Menegakan/mendirikan shalat itu dalam praktek nyata di kehidupan sehari-hari. Seorang petani yang berangkat pagi-pagi ke sawah, lalu melakukan pekerjaan di sawah dengan benar tanpa pamrih, itu artinya ia telah melakukan shalat secara nyata, dengan kata lain, orang yang mengerjakan pekerjaannya dengan benar dan LILLAHI TA’ALLA, bukan karena egonya berarti dia telah melaksanakan Shalat Sejati yakni Shalat yang sebenarnya atau disebut dengan Shalat Da’im.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Adapun pelaksanaan shalat 5 waktu, itu bukan shalat yang sebenarnya, dan kalau toh itu tetap disebut shalat, maka pelaksanaan shalat yang tampak terlihat secara lahiriah ini, hanyalah hiasan dari pada Shalat Da’im, yakni hiasan atau bungkus atau baju dari shalat yang sebenarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Shalat Da’im adalah shalat yang ditegakan secara terus menerus tak pernah putus, baik ketika melek/ terjaga maupun ketika tidur. Baik ketika bekerja maupun sedang beristirahat. Shalat 5 waktu hanya Tata Krama, sedang Shalat Da’im. Shalat yang sebenarnya adalah menyadari keberadaan Hyang Maha Agung dihadapan dirinya sendiri, dan dia merasa bahwa dirinya sirna/lenyap. Sehingga semua tingkah lakunya merupakan shalatnya, berwudhu, buang air besar dan kecil, semuanya merupakan sembah, itulah yang disebut niat yang sejati dan pujian yang tak pernah putus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<u><b><br />MAKNA NIAT</b></u><br />Sekarang perihal Niat, sebagaimana yang telah diutarakan bahwa berwudhu harus disertai niat. Tanpa niat, sama saja dengan membersihkan bagian-bagian tertentu dari anggota badan. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan bahwa: <i>“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niat-nya,”</i> (Innama al-amal bi al-niyat)”. Hadits ini amat popular dikalangan awam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Ajaran tentang niat ini pun diajarkan oleh Syekh Syaripudin (Sunan Bonang) dalam kitabnya yang disebut dengan Suluk Wujil. Dijelaskan dalam bait 40 pada suluk tersebut sebagai berikut :<br /><br /><i>“Niyat iku luwih saking amale ponang akathah, nora basa swara reke, niyating pingil iku kang gumelar nyananireki sajatine kang niyat nora niyatipun niyating pingil gumelar niyating sembahyang nora bedaneki lan niyat ambebegal.</i><br />Artinya : Niat itu lebih utama dari amalan yang banyak. Niat itu bukan bahasa maupun suara! Niat itu untuk melakukan tindakan yang ada di dalam pikiran. Sesungguhnya yang disebut niat itu bukan pada niatnya, tetapi niat untuk melakukan tindakan yang terungkap. Kalau hanya niat, maka niat sembahyang tiada bedanya dengan niat merampok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kata niat dalam bentuk “Umniyyat” ditemukan pada ayat Q.S. 22: 52. Yang dimaksud adalah kehendak untuk melakukan sesuatu. Ya niat memang merupakan dorongan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu. Karena itu, niat bukan berupa bahasa atau suara. Ajaran ini bukan untuk menyalahkan orang yang mengucapkan niat ketika hendak mengerjakan sembahyang atau lainnya. Yang dimaksud dalam ajaran suluk tersebut, niat itu tidak sebatas ucapan, baik itu ucapan dalam hati atau melalui mulut. Niat, tidak demikian! Kalau hanya berupa ucapan [bersuara atau dalam hati], maka itu sama saja antara mengucapkan niat untuk bersembahyang maupun merampok. Niat yang demikian, jelas tidak lebih utama daripada perbuatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Niat disebut lebih penting, daripada amalan yang banyak, bila mana niat itu merupakan kehendak untuk melakukan sesuatu yang sudah digagas dalam pikiran. Niat semacam inilah yang membedakan antara perbuatan bajik dan perbuatan jahat. Niat semacam inilah yang disebut dalam suatu hadist sebagai niat yang lebih baik daripada amalnya. </div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-50265024273006049162015-11-12T07:47:00.001+07:002022-09-10T08:56:34.085+07:00Membaca Fatihah dengan Kiraat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-zQ12gZ0ccM8/VkPesnGx2MI/AAAAAAAARwg/eC8ojTavNRg/s1600/surah-al-fatihah.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://1.bp.blogspot.com/-zQ12gZ0ccM8/VkPesnGx2MI/AAAAAAAARwg/eC8ojTavNRg/w370-h400/surah-al-fatihah.jpg" width="370" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b>HAKIKAT MEMBACA AL-FATIHAH YANG BENAR</b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dalam
membaca Fatihah dengan kiraat (lagu) adalah wajib bagi laki-laki,
sedangkan bagi wanita tidak wajib, melainkan hanya bacaan idharnya
saja yang wajib. Dalam membaca <b>Surat Al-Fatihah</b> harus tahu
bahwa ada 7 (tujuh) hal yang merupakan wajib. Jika tidak diketahui
semuanya akibatnya mengundang <b>Iblis</b>. Tempatnya ada di talak
kalimat. Yakni ada pada <b>7</b> <b>(
</b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) = Mimpitu </b></span>
</div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<ol style="text-align: left;">
<li><p style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><u><b>BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM</b></u></span><span style="font-size: small;"><b><u><br /></u></b></span></p></li><li><p style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><b><u>ALHAMDU</u>
( </b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>)
<u>LILLAAHI</u>
( </b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) <u>RABBIL
‘AALAMIIN<br /></u></b></span><span style="font-size: small;">Artinya
: Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian Alam.<br /> </span><span style="font-size: small;"><u><b>Keterangan</b></u>
<b>:<br /></b></span><span style="font-size: small;"><b>Huruf
(</b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) </b>diatas
artinya ‘<u><b>mesti
berhenti</b></u>’<br /></span><span style="font-size: small;">Mula-mula kalimat <u><b>Al-Hamdu</b></u>
harus berhenti cara membacanya. Jika diteruskan bacaannya menjadi
(<b>Al-hamdulil </b>) mengundang <u><b>Syetan Dulil</b></u>. Pada
kalimat <u><b>Lillahi</b></u> kemudian berhenti, jika diteruskan
membacanya menjadi (<b>Lillahirab</b>) yang menunggu adalah <u><b>Syetan
Irab.</b></u> Yang menjadi <u><b>Rabbil aalamin</b></u>.</span></p></li></ol>
<ol start="3" style="text-align: left;">
<li><p style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><u><b>AR
RAHMAANIR RAHIIM<br /></b></u></span><span style="font-size: small;">Artinya
: Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang</span></p></li></ol>
<ol start="4" style="text-align: left;">
<li><p style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><b><u>MAALIKI</u>
( </b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) <u>YAUMID
DIIN<br /></u></b></span><span style="font-size: small;">Artinya : Raja atau yang
menguasai dihari pembalasan. Bagi mukmin pria dan wanita wajiblah
memuji Tuhan<br /></span><span style="font-size: small;"><u><b>Keterangan :<br /></b></u></span><span style="font-size: small;"><b>Huruf
(</b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) </b>diatas
artinya ‘<u><b>mesti
berhenti</b></u>’<br /></span><span style="font-size: small;">Pada
kalimat <u><b>Maaliki</b></u> kemudian berhenti, jika diteruskan
menjadi ( <b>Malikiyau</b> ), yang menunggu adalah <u><b>Syetan
Kiyau</b></u> yang masuk <b>Middiin</b>.</span></p></li></ol>
<ol start="5" style="text-align: left;">
<li><p style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><b><u>IYYAAKA</u>
( </b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) <u>NA’BUDU
WA IYYAAKA</u> ( </b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) <u>NASTA’IIN<br /></u></b></span><span style="font-size: small;">Artinya : hamba menyembah
Allah, hamba takut kepada Allah. Kepada Allah-lah kami minta
pertolongan, semoga Allah memberikan kekuatan agama hamba dari agama
yang lain<br /> </span><span style="font-size: small;"><u><b>Keterangan :<br /></b></u></span><span style="font-size: small;"><b>Huruf
(</b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) </b>diatas
artinya ‘<u><b>mesti
berhenti</b></u>’<br /></span><span style="font-size: small;">Pada kalimat <u><b>Iyyaaka</b></u>
harus berhenti, jika diteruskan akan menjadi ( <b>Iyyaakanak </b>),
yang menunggu adalah <u><b>Syetan Kanak</b></u> pada <b>Na’budu
wa</b>. Pada kalimat <u><b>Iyyaaka</b></u> yang kedua harus
berhenti membacanya, jika diteruskan akan menjadi ( <b>Iyyaakanas </b>)
yang menunggu adalah <u><b>Syetan Kanas</b></u> yang menunggui
<b>Nasta’iin</b>.</span></p></li></ol>
<ol start="6" style="text-align: left;">
<li><p style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><u><b>IHDINASH
SHIRAATHAL MUSTAQIIM<br /></b></u></span><span style="font-size: small;">Artinya : (<b>Ihdinash
shiraathal) </b>Semoga Allah menunjukan jalan akan iman dan ilmu.
(<b>Mustakim)</b> yaitu iman serta ilmu yang benar</span></p>
</li>
</ol>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<ol start="7" style="text-align: left;">
<li><p style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><b><u>SHIRAATHAL
LADZIINA AN’AMTA </u>
( </b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) <u>
’ALAIHIM GHAIRIL MAGHDLUUBI’ </u>(
</b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) <u>ALAIHIM
WA LADL DLAALLIIN.<br /></u></b></span><span style="font-size: small;">Artinya : (<b> Shiraathal
ladziina an’amta ‘alaihim ), </b>Semoga Allah menunjukan iman
para Nabi, kasihanilah enggkau kepada kami selaku hambaMu,
tunjukanlah kami jalannya para Nabi. ( <b>Ghairil maghdluubi ),
</b>Semoga dijauhkan dari pikiran yang lain, seperti orang kafir
yahudi yang mendapat murka, yang memusuhi Nabi Musa. Kafir yahudi
tidak percaya <b>Kitab Taurat</b>. Orang yang tidak percaya kepada
kitab berrarti kafir. Ada 104 kitab. (<b>‘Alaihim
waladldlaalliin )</b>, yang diberi kemuliaan, berbeda dengan semua
yang tersesat, menyambut Nabi Isa. Tidak percaya kepada kitab Injil,
Nasrani itu kafir, kafir terhadap semua kitab. Siapa yang tidak
percaya kepada salah satu Nabi berarti tidak percaya kepada semua
Nabi. Kewajiban semua mukmin adalah menyembah Allah. Semoga Allah
Yang Maha Agung mengampuni segala dosa.<br /> </span><span style="font-size: small;"><u><b>Keterangan :<br /></b></u></span><span style="font-size: small;"><b>Huruf
(</b><span lang="ar-SA">ﻢ
</span><b>) </b>diatas
artinya ‘<u><b>mesti
berhenti</b></u>’<br /></span><span style="font-size: small;">Pada kalimat <u><b>Shiraathal
ladziina an’amta</b></u> harus berhenti, jika pembacaannya
diteruskan akan menjadi ( <b>Shiraathal ladziina an’amta-nga </b>),
yang menunggu adalah <u><b>Syetan Tanga</b></u> yang masuk ‘<b>Alaihim</b>.
Pada kalimat <u><b>Ghairil maghdluubi</b></u> pembacaannya harus
berhenti, jika diteruskan akan menjadi (<b>Ghairil maghdluubi-nga</b>),
yang menunggu adalah <u><b>Syetan Binga</b></u> yang ada pada <b>Alaihim
Waladldlaalliin</b>. </span></p>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"> Sudah
lengkap 7 (tujuh) ayat dengan Bismillahnya. Ketahuilah panjang
pendeknya tasjid ada 14 aksara. Yang dibaca panjang ada 17, <b>Lam
</b>dengan <b>Alip</b> ada 3, banyaknya <b>Jabar</b> dalam Fatihah
ada 46, <b>Ejer/Jeer </b>ada 29, <b>Epes/pees</b> ada 6 saja. Itulah
yang wajib sempurna dalam bacaan Fatihah.</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"> Ingatlah
jika mulia salatmu maka akan mulia pula di hari kemudian. Kewajiban
semua mukmin, membaca Al-Fatihah kepada Allah sehari semalam paling
tidak 17 kali. Rukuk dan tumaninahnya juga 17 kali, iktidal 17 kali.
Sujud sehari semalam 34 kali. Di sela-sela sujud ada duduk 17 kali
sehari semalam. Tahiat sehari semalam 9 kali, salam sehari semalam 5
kali. Adapun Fardhu shalat sehari semalam 244 kali. Subuh 32, Dhuhur
56, Asar 56, Maghrib 44, Isya 56 kali. Lain dari itu mukmin
menghaturkan pujian kepada Allah, siang malam, tahiyat akhir 5 kali,
duduk membaca 2 kalimah syahadat dan salam 5 kali, salawat pada nabi
5 kali. Mohon selamat dunia akhirat </span>
</div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b>ISYARAT
HURUF PADA AL-FATIHAH</b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Sebuah
hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Ubay
bin Ka’ab r.a. :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">
“Tidak
pernah Allah menurunkan didalam Taurat dan Injil seperti Umul Qur’an
(Al-Fatihah)”.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"> Banyak
sekali hadist-hadist Rasululloh SAW yang menunjukan keistimewaan
Al-Fatihah. Penempatannya sebagai bacaan wajib dalam sholat dan
dibaca sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam (17 raka’at
jumlahnya dalam lima waktu shalat) membuktikan betapa besarnya
keistimewaan surat tersebut.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><b>Tujuh ayat Surah Al-Fatihah
dihitung dari Bismillahirrahmanirrahim </b> sampai dengan
Waladl-dlollin dengan jumlah huruf :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;">Ayat 1 jumlah ada 19
huruf</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;">Ayat 2 jumlah ada 18
huruf</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;">Ayat 3 jumlah ada 13
huruf</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;">Ayat 4 jumlah ada 12
huruf</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;">Ayat 5 jumlah ada 19
huruf</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;">Ayat 6 jumlah ada 19
huruf</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;">Ayat 7 jumlah ada 44
huruf</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: small;"> Jumlah seluruhnya ada 144
huruf ( 1+4 = 5, 5+4 = 9 ) Jadi jumlah huruf yang sebenarnya pada
Al-Fatihah adalah 9 (sembilan) </span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Adapun
keunikan Surat Al-Fatihah terdapat pada akhir ayat :</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">4
(empat) huruf <b>NUN </b>(ayat no. 2,4,5,7) dan 3 (tiga) huruf <b>
MIM </b>(ayat no. 1,3,6).</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Huruf-huruf
<b>MIM </b>dan <b>NUN </b> juga terdapat pada Surah Ya-Sin, yang
dalam salah satu hadist, surah ini dinamakan “Qalbulul Qur’an”
(Jantungnya Al-Qur’an).</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Huruf
<b>NUN </b>mengisyaratkan Asmaullah (Nama Allah) (<b> </b><span lang="ar-SA">ﻧﻮﺮ
</span>), sedangkan
huruf <b>MIM </b>mengisyaratkan Asma Muhamad (<span lang="ar-SA">ﻤﺤﻤﺪ
</span>).</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
<span style="font-size: small;">4 (empat) <b>NUN </b>isyarat
Asma Allah yang Qodim, identik dengan 4 (empat) kata dalam Kalimah
Syahadah isyarat Hak Allah Ta’ala Yang Qodim.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
<span style="font-size: small;">3 (tiga) <b>MIM </b>isyarat
Asma Rasul Muhammad yang Muhaddas (baharu) identik dengan 3 kata
dalam Kalimah Syahadah isyarat Hak Rasul / Muhaddas.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
</div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;">
<b>Huruf Al-Fatihah adalah Wujud dari Sholat 5 Waktu</b></div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;">
<b>Diambil dari Kata “Al-hamdu”</b></div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
<b><br /></b></div>
<div class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.75in;">
<b><span lang="ar-SA">ﺍَﻠـﺤﻤﺪُ</span></b></div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
</div>
<div align="CENTER" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
<span style="font-size: small;">Tahiyat Sujud
I’Tidal Ruku Kiyam </span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
Cinta
kepada Allah adalah perwujudan Rasa Syukur kepada Allah SWT yang
diwujudkan melalui Shalat sehingga melahirkan Kalam Qadim. Puja dan
Puji (<b>Madhun wa Sanaun).</b></div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
Puji
Qodim bagi Qodim</div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
Puji
Qodim bagi Muhaddas</div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
Puji
Muhaddas bagi Qodim</div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
Puji
Muhaddas bagi Muhaddas.</div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;"><b><u><br /></u></b></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
<b><u>7 (TUJUH) HURUF YANG MAHJUB </u> (terdinding pada Al-Fatihah)</b></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
1. Huruf <b>Stsa</b> (<span style="font-size: medium;"> </span><span lang="ar-SA"><span style="font-size: medium;">ﺙ
</span></span>) <span style="font-size: small;"> Huruf pertama STSANA’UN</span> (<span lang="ar-SA"><span style="font-size: medium;">ﺜﻧﺎﺀ
</span></span>) <span style="font-size: small;">Artinya “Pujian”.</span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﻻﺍﺤﺼﻰ ﺜﻧﺎﺀﻋﻠﻴﻚ
ﮐﻤﺎﺍﺜﻧﻴﺖﻋﻞ ﻧﻔﺴﻚ</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;">“Tidak terhingga pujika kepadaMu Ya Allah,
sebagaimana tidak terhingga pujiMu terhadap diriMu sendiri”. </span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠﺬ ﻴﻥَﻫُﻡ ﻋـَﻠﻰ
َﺼَﻼ ﺗـﻬﻡ ﺪﺍﻋﻤﻮﻥَ</span></span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;">
“Dan mereka memuji-muji TuhanNya secara terus
menerus”. (Q.S. Al-Maarij ayat 23)</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;">Baik diwaktu siang, malam. Baik diwaktu berdiri, duduk
maupun berbaring, kita tetap dalam keadaan SHOLAT kepada Allah.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-size: small;">Ada hubungannya dengan “memuji/dzikir kepada Allah
secara terus menerus” sehari semalam, yang disebut <b>Sholat
Da’imulhaq.</b></span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><span style="font-size: small;"><b><br /></b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
2. Huruf <b>Jim </b>(<span lang="ar-SA"><span style="font-size: medium;">ﺝ</span> </span>)
<span style="font-size: small;">Jaliyyun wa Jalalun, Nyata/ tampak dan mulia.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﻓﻠﻤﺎ ﺗﺠﻠﻰ ﺮﺒﻪ
ﻠﻠﺠﺒﻞ ﺠﻌﻠﻪ ﺪ ﻜﺎ</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: small;"> “Manakala Allah TAJALLI pada bukit, maka bukit
itupun hancur berkeping-keping”.</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
3. Huruf <b>Kha </b>( <span lang="ar-SA"><span style="font-size: medium;">ﺥ</span>
</span>) <span style="font-size: small;">huruf pertama KHOFIYYUN/KHIFATUN. </span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﻮﺍﺬ ﻜﺮﺮﺒﻚ ﻓﻰ ﻧﻔﺴﻚ
ﺗﻀﺮﻋﺎﻮﺧﻴﻔﺔ ﻮﺪﻮﻦﺍﻠﺠﻬﺮﻤﻦﺍﻠﻘﻮﻞ</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: small;"> “Ingatlah kepada Tuhanmu pada dirimu, dengan tadlaru
(kerendahan hati), Khifatan / sunyi, dan tanpa dinyaringkan”.</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
4. Huruf <b>Zai </b>( <span lang="ar-SA"><span style="font-size: medium;">ﺯ</span>
</span>) <span style="font-size: small;">huruf pertama dari kata ZIYADATUN artinya
“Tambahan / Nilai Tambah”.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﺍﻠﺬ
ﻴﻦﺍﺤﺴﻧﻮﺍﺍﻠﺤﺴﻧﻰ ﻮﺯﻴﺎﺪ ﺓ</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: xx-small;"> <span style="font-size: small;">“Untuk orang yang berbuat baik dengan perbuatan yang
terbaik, mendapatkan Ziyadah (tambahan nilai) melihat Tuhan”. </span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: small;">Sebagian besar ulama tafsir menjelaskan perkataan
perkataan Ziyadatun / tambahan, ialah karunia untuk mereka ahli sorga
yang tadinya melakukan/amal yang terbaik. Dalam kata lain Ziyadah
adalah suatu nilai tambah. Melihat Tuhan adalah suatu nikmat yang
tertinggi dibanding dengan segala nikmat-nikmat yang lain.</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
5. Huruf <b>Syin </b>(<span lang="ar-SA"><span style="font-size: medium;">ﺶ</span>
</span>)<span style="font-size: small;"> huruf pertama dari SYIFA’UN artinya :
Penyembuhan / Pengobatan.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﻮﻧﻧﺯﻞ ﻤﻦﺍﻠﻘﺮﺍﻦ
ﻤﺎﻫﻮﺷﻔﺎﺀ ﻮ ﺮﺤﻤﺔ</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: small;">“Kami turunkan sebagian Al-Qur’an itu adalah obat /
penyembuh dan rahmat”. </span>
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: xx-small;"> </span>Huruf <b>Syin </b>(<span lang="ar-SA"><span style="font-size: medium;">ﺶ</span>
</span>) <span style="font-size: small;"> huruf ke dua adalah SYAFI’UN dan SYAFA’AT
artinya : “Pertongan / Pemberi Bantuan “</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: xx-small;"> </span></div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﻠﻴﺱَ ﻠﻬﺎ ﻤﻥ ﺪ ُو
ﻥ ﺍﷲ ِﻮَﻠﻰ ﻮﻻ َﺷﻔﻴﻊًُ</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: small;"> “Tidak ada Wali dan Tidak pula ada Penolong mereka
selain Allah”. (Q.S. Al-Anam ayat 51). </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﷲِ ﺍﻠﺷـﻔَﺎﻋــَﺔُ
ﺠﻤﻴﻌًـﺎ</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: small;">
“Seluruh Syafaat itu Allah yang menentukan” (Q.S.
Az-Zumar ayat 44).</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
6. Huruf <b>Dzho </b>(<span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﻆ</span>
</span>)<span style="font-size: small;"> huruf permulaan dari kata Dzhilun (<span lang="ar-SA">ﻆﻞ
</span>) artinya : “Naungan”.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﻻﻆﻞﺍﻵﻆﻠﻪ</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: small;"> “Tidak ada naungan yang paling indah kecuali naungan
Allah SWT”. (Al-Hadist).</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
7. Huruf <b>Fa </b>( <span lang="ar-SA"><span style="font-size: small;">ﻑ</span>
</span>) <span style="font-size: small;">huruf permulaan dari kata Fana’un
(<span lang="ar-SA">ﻓﻧﺎﺀ
</span>) artinya : “Lenyap/sirna”.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="RIGHT" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="ar-SA">ﮐﻞ ﻤﻦﻋﻠﻴﻬﺎﻓﺎﻦ
ﻮ ﻳﺒﻘﻰ ﻮﺟﻪ ﺮﺒﻚ ﺰﻮﺍﺍﻠﺟﻼ ﻞ ﻮﺍﻻﺀ
ﻜﺮﺍﻢ</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<i>“Semuanya adalah Fana dan yang kekal abadi
hanyalah Zat Tuhanmu (Ya Muhammad Yang Maha Mempunyai Kebesaran dan
Kemuliaan”. (Q.S. Rahman : 26-27)</i></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
Diantara Ulama ada yang
berpendapat bahwa Allah SWT telah menurunkan wahyuNya kepada para
Nabi dan Rasul, berjumlah 100 buah shuhuf dan 4 buah kitab.<br /></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;"><br /></div>
30 shuhuf untuk Nabi Adam a.s.<br />60 shuhuf untuk Nabi Syit a.s.<br />10 shuhuf untuk Nabi Ibrahim a.s.<br />1 Kitab Taurat untuk Nabi Musa a.s.<br />1 Kitab Zabur untuk Nabi Daud a.s.<br />1 Kitab Injil untuk Nabi Isa a.s.<br />1 Kitab Al-Qur’an untuk Nabi Muhammad SAW.<div><br />Seratus buah shuhuf itu sepenuhnya terhimpun dalam 4 Kitab. Sedangkan 3 Kitab itu terhimpun dalam Al-Qur’anul Karim. Al-Qur’an 30 Zuz itu terhimpun dalam Surat Al-Fatihah. Selanjutnya 7 Ayat Al-Fatihah itu terhimpun seluruhnya dalam BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-13907868197348879882015-11-12T07:31:00.005+07:002022-09-10T08:56:48.485+07:00Risalah Tarekat Haqmaliyah, Qodariyah Jeung Naqsyabandiyah<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ieu
risalah keur nerangkeun kana kaayaan Tarekat Haqmaliyah Qodariyah
Naksyabandiyah, sareng nerangkeun kana prak-prakanana dina
ngajalankeunnana.</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span face="Verdana,sans-serif"><span><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Ari
manusa eta kaancikan ku rupa-rupa nafsu dina saban-saban latifahna,
tegesna lelembutanana manusa. Ari nafsu aya nu ngajak kana kahadean,
jeung aya nu ngajak kana kagorengan, anu matak dina agama Islam, di
sayagikeun pangajaran TAREKAT, nyaeta maksudna pikeun miara badan
manusa sakujur lahir batinna, supaya bisa nyingkahan tina
kagorenganana, nyaeta moal daek nurut kana hawa nafsuna, daek
milampah kana kahadeanana.</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2k_ytg0yDXS4GDSUVNXpluWVTcOeukc2ffg0BeIqc7M0C4kwCbIMz_cCbPz7Dddan_LiPIYOHT6e1KdqADozEhEC76v6h1OaVlc2VTMyeTDaPKmSOOPpD4AWdN4VUM46NtvPt77qfMsW57wV-M0BcXk83d62Hpt1QHCHivi7iuW3ThI_aKBBZuoTmZw/s220/meditation-meditate.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="165" data-original-width="220" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2k_ytg0yDXS4GDSUVNXpluWVTcOeukc2ffg0BeIqc7M0C4kwCbIMz_cCbPz7Dddan_LiPIYOHT6e1KdqADozEhEC76v6h1OaVlc2VTMyeTDaPKmSOOPpD4AWdN4VUM46NtvPt77qfMsW57wV-M0BcXk83d62Hpt1QHCHivi7iuW3ThI_aKBBZuoTmZw/w400-h300/meditation-meditate.gif" width="400" /></a></div></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><br /></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Ari
pangwujukna nafsu anu goreng teh eta jadi rereged kumarewedna manusa
didunya anu temahna cilaka akheratna, upama manusa henteu palay
ngaleungitkeun reregedna ku anjeun tangtu moal ajeg panceug dina
kabenerannana moal cucud dina kajujuranana moal tinemu kaluhunganana,
jeung moal tanjrih kaadilanana, salawasna, sabab ngagugulung kana
pangwujukna hawa nafsu anu henteu aya ereun-ereunana, benang disebut
nu kitu teh ngajauhkeun kana ka-islaman, tegesna nirca tina
kasalametan dunya rawuh akherat, anu matak dawuhan para ulama
muhakikin. Manusa-manusa kudu ngageum Tarekat Haq Maliyah Qodariyah
Naksyabandiyah, anu matak tawajuh latoif, hartina perjalanan keur
madepkeun lelembutan manusa kana kahadean, keur nukangkeun kana
kagorengan, seperti dawuhan kanjeung SYEKH ABDUL QODIR JAELANI.
Pihartosen ceuk sundana kieu : </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><span>“</span><span>JADI
KAWAJIBAN MILURUHNA HIRUPNA ATI TEGESNA ELING KA PANGGERAN, ANU JADI
KASALAMETAN AKHERATNA, SUPAYA JADI LEUNGIT REREGEDNA MANUSA ANU JADI
PANGHALANG-HALANG KANA KAHADEAN, ARI MILURUHNA NYAETA ANJEUNA MASIH
HIRUP KENEH DIDUNIA SARTA NGALAPNA TI PARANTINA (GURU TAREKAT).
Malahan dawuhan SYEKH IBN ATTO’ILLAH moal bisa wusul ka Allah
Ta’ala salagi hatena masih keneh kaganggu kana hawa nafsuna.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Sundana
: DIMANA REK BISANA PADANG ATI, TEGESNA ELING KA PANGGERAN (TAUHID)
SALAGI ATINA PINUH KU RUPA-RUPA GAMBAR MAHLUK (NGALAMUN) ANU DI CAP
DINA KACANA HATE (RUPA-RUPA CIPTAAN). JEUNG MOAL BISA WUSUL KA ALLAH
TA’ALA, MALAH NUMUTKEUN DAWUHAN ALLAH DINA QUR’AN. SAKIRA-KIRA
MANUSA HAYANG NGALEUNGITKEUN REREGEDNA DINA AWAKNA LAHIR BATIN TAYA
LIYAN IWAL KUDU DZIKIR KA ALLAH, SUPAYA BISA WUSUL KA ALLAH AYANA IEU
AYAT DINA JUZ QUR’AN.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Sundana: MANUSA DIMANA MARILAMPAH KANA RUPA-RUPA KAGORENGAN ATAWA NGARASA
AWAKNA SORANGAN POEK KU KARUDETAN JEUNG KACUPETAN, TEU SALAH DEUI
DZIKIR BAE KA ALLAH (ELING KA PANGERAN) TANGTU MOAL DAEK DEUI
MILAMPAH KANA KAGORENGANANA, JEUNG TANGTU LEUNGIT POEK MONGKLENGNA,
SACARA KA BUKA KARUWEDAN JEUNG KACUPETANANA, JADI BISA SALAMET LAHIR
BATINNA NYAKITU DEUI DAWUHAN ALLAH DINA QUR’AN.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: inherit;">
“
<span>PANGNA
KAMI NURUNKEUN KANA DZIKIR KA MANEH MUHAMMAD, SUPAYA BISA ATRA JEUNG
PERTELA DINA LAKU LAMPAHNA MANUSA, TEGESNA BOGA PADOMAN BISA
NGALAKUKEUN KAHADEAN JEUNG BISA NYINGKAHAN TINA KAGORENGAN”.</span></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Ari
dzikir ceuk mungguh lugat : Tiap-tiap kalimah anu ngeunaan kana
asmana Pangeran seperti sajabana, eta kasebut dzikir mungguh lugat.
Tapi ari dzikir mungguh istilah tegesna dzikir anu diatur dicatur ku
ahli dzikir aya dua bagian ; sabagian dzikir anu di amalkeunana ku
badan rohani, anu dingaranan Tarekat Naksyabandiah, jadi dzikir ieu
anu dua bagian dingaranan Tarekat Qodariah, nyaeta pikeun agemen
manusa, supaya lulus jasadna, nyawana, mulus lahir batinna, beres
syareatna, hakekatna jeung matak wilujeung dunya akheratna.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Ari
tuduhna kana dzikir anu di amalkeun ku badan jasmani, anu dingaranan
tarekat qodiriah nyaeta anu diunggeulkeun dina salah sawios
katerangan :</span></div>
<ul>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><span>Tatkala
Allah Ta’alla nurunkeun kana dzikir-dzikir pikeun maraneh pek
geura kanyahokeun kumaneh, saestuna dzikir teh nyaeta </span>
</span></div>
</li>
</ul>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Ari
adab-adaban dzikir aya 12 perkara</span></div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dzikir
teh kudu di gurukeun heula, sarta guruna kudu anu mursyid, tegesna
cukup elmuna, bijaksana ngawurukeunana, titi surti maparin
pangartina.</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Kudu
dijaga dzikirna ulah sampai ka <u>Ghoplah</u> nyaeta ari petana cara
nu dzikir, ari hatena luas leos inget kanulian, sabab utamana dzikir
= dzikir lambei kudu dibarengan ku dzikir hate. Malah aya kasauran.
“ Ari dzikir ku lambei, tapi atina poho, nyaeta dzikir biasa bae
(lumrah) nu kitu teh dzikir jalma anu bodo. Ari buahna dzikir jadi
siksa, karna dosa, sabab bongan dohirna nyangharep ari batinna
sulaya.</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dina
rek dzikir kudu <u>Robithoh</u> heula, tegesna nyipta dibarengan ku
guru, supaya sagala piwulang guru ulah di momorekeun.</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Kudu
bersih atina tina sagala hadas jeung najis.</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Kudu
nyanghareup ka kiblat upama nyorangan</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dina
keur dzikir ulah aya pamandangan istuning wungkul kumereb.</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Kudu
perem supaya lewih tuhu</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Kudu
dina poek atawa dinu sunyi supaya leuwih tengtrem</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Upama
keur dzikir nafi-isbat, kudu karasa mapayna ka sakabeh latifah,
nurunkeun sakumaha panuduh guru upama keur dzikir isbat wungkul,
kudu dipernahkeun dina jero latifahna.</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Kudu
terang kana hartina.</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Dina
keur dzikir sina karasa dina sakabeh latifahna,malah dina sakuliah
warugana oge karasa milu dzikir.</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Sabada
dzikir maca latifah :</span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-family: inherit;">Ari
latifahna manusa tegesna lelembutanana manusa, numutkeun hukum
Muhakikin nyaeta aya 10 latifah :</span></div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Latifah
Qolbi</b></u> (Lelembutan Jantung)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Latifah
Ruh</b></u> (Lelembutan nyawa)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Latifah
Sir</b></u> (Lelembutan rasa)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Latifah
Khofi</b></u> (Lelembutan anu samara)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Latifah
Akhfa</b></u> (Lelembutan rasa anu leuwih samar)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Latifah
Nafsi</b></u> (Lelembtan Nafsu)</span></div>
</li>
</ol>
<ol start="7"><ol start="8"><ol start="9"><ol start="10">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Kakurung
ku <b>latifah Qolab</b>, tegesna lelembutan sakabeh badan nyaeta
lelembutan acining <b>Cai – Angin – Seneu – Taneuh</b>,
sabab badan jasmani the kajadian tina acining <b>Cai – Angin –
Seneu – Taneuh</b>.</span></div>
</li>
</ol>
</ol>
</ol>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.25in;">
<span style="font-family: inherit;">Ari
lelembutan manusa di eusian ku nafsu anu rupa-rupa pangajakan, ari
luluguna aya 7 nafsu nyatana :</span></div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Nafsu
Amarah</b></u></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-family: inherit;">Tegesna
tukang marentah kana kagorengan kalawan maksa mirusa sangkan
ngalampahkeun kana kagorengan, ngancikna dina latifah Nafsi, pernahna
antara halis dua, ari baladna aya 7 nyaeta :</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;"><ul><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Buhlun
(koret)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Hirsun
(Sarakah tur hawek taya ereunna teu noleh mere kanu lian).</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Hasadun
(dengki ka papada batur)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Jahlun
(bodo)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Kibrun
(angkuh jeung gumede)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Sahwatun
(keukeureweut)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Ghodobun
(barangasan, getasan, henteu kaopan)</span></li></ul></div>
<ol start="2">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Nafsu
Lawwamah</b></u></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-family: inherit;">Nafsu
Lawwamah tegesna pojokan, cawadan nganjreukna dina latifah qolbi,
pernahna dina handapeun kenca, ari baladna aya 8, nyaeta :</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;"><ul><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Hawaun
(kabitaan) temahna teu matak jujur kana pagawean.</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Mukron
(deleka)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Udjbun
(nangtukeun nu tacan bukti)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Ghibatun
(ngumpat simuat)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Riyaun
(amal perbuatan mandang katingali, katangen ku batur)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Dhulmun
(neungteuingan)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Kidbun
(cidra)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Ghaflatun
(ngamomorekeun kana kawajiban)</span></li></ul></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: inherit;"> 3.<b> Nafsu
Mulhamah </b>atawa <b>Sawiyah</b></span></div><ol start="3">
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-family: inherit;">Tegesna
tukang nampa ilham, bisa terbuka rasana, padang atina, ngancikna dina
Latifah Ruh, pernahna dina handapeun susu katuhu, ari baladna aya 7,
nyaeta :</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;"><ul><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Sanowah
(balaba laluasa taya rudetan)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Qona’ah
(ngalap cukup saayana)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Hilmun
(someah ramah tamah rasrasan)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Tawadhun
(handap ashor)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Thobatun
(kapok tina sagala kasalahan)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Shobrun
(bisa nahan kangewa jeng kakeseul hate)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Tahamul
(kuat nandangan kasusah)</span></li></ul></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: inherit;"> 4. <b>Nafsu
Mutmainah</b></span></div><ol start="4">
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-family: inherit;">Tegesna
anu purah ngajak-ngajak kana kateguhan, ka ampuhan, kajatnikaan,
ngancikna dina Latifah Siri, pernahna dina luhureun susu kenca, ari
baladna aya 6, nyaeta :</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;"><ul><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Judun
(berehan, murah tangan)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Tawakulun
(pasrahan, kajeunan)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Ibadatun
(kumereb, humadep, saregep)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Sukurun
(metakeun waruga katut milikna kanu idin Panggeran)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Ridhotun
(tengtrem ayeum kana pamasti ti Allah Ta’ala)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Hosyatun
(inggis risi narajang kana salah)</span></li></ul></div>
<ol start="5">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Nafsu
Rodiyah</b></u></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-family: inherit;">Tegesna
narik kana kapilucueun dina sagala tingkah polah, ngancikna dina
Latifah Qolab, nyaeta dina sakuliah badan, ari baladna aya 6, nyaeta
:</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;"><ul><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Kanomun
(mulus tingkah polahna)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Zuhdun
(tatapa)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Ikhlasun
(bersih ati dina sagala tingkah polah)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Waraun
(apik ati-ati dina sagala tingkah polah)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Riyadotun
(ngawarah salira sina dumuk dina kasaean)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Wifaun
(nyumponan, nohonan kana kahadean)</span></li></ul></div>
<ol start="6">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Nafsu
Mardiyah</b></u></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-family: inherit;">Tegesna
ngajak kana sagala kanu dipisuka, nyaeta jalan kasaean, ari ngancikna
dina Latifah Khofi, pernahna luhureun susu katuhu, baladna aya 7,
nyaeta :</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;"><ul><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Husnul
chuluk (hade bubuden)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Tarku
masiwallah (henteu nolih rasana kana sagala rupa anu dipigawe
(Tauhid)).</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Lutfun
biholqi (mikawelas ka papada makhluk).</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Hamluhum
alassolah (daek leukeun nungtun kana ka alusan).</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Sophunan
dunubil ghoer (hampuraan ka jalma anu nyieun salah ka pribadina).</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Hubul
Kholqi (deudeuhan ka papada batur).</span></li></ul></div>
<ol start="7">
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Nafsu
Kamilah</b></u></span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;">
<span style="font-family: inherit;">Tegesna
purah ngajak kana kasampurnaan manusa, ngancikna dina Latifah Akhfa,
pernahna dina tengah-tengah dada, ari baladna aya 3, nyaeta :</span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;"><ul><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Ilmu
yakin (kanyahona tetela)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Aenal
yakin (kanyataan anu tetela)</span></li><li><span style="font-family: inherit; text-align: left;">Haqul
yakin (kanyataanana anu kacida tetelana</span></li></ul></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in; margin-left: 0.5in;"><span style="font-family: inherit; text-align: left;"><br /></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6A5Gs6hPYRAs7C-kYoyAAH8RM_65TWv1e9JvgOU9eLcAlTBulqT1VmPbbRlhPIIPzh4jeuS87JC8_8daGXptfGcaGC7dzj2wplCE8Vz82wOJoA87uuqOh5ig97z6A_-d4YO_214x3lwimLw4mX0Fmz1E3ZmWj7F2PWxGC8e05CcAiCTPdJ-fWoQDMEw/s619/7%20Latifah.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="619" data-original-width="478" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6A5Gs6hPYRAs7C-kYoyAAH8RM_65TWv1e9JvgOU9eLcAlTBulqT1VmPbbRlhPIIPzh4jeuS87JC8_8daGXptfGcaGC7dzj2wplCE8Vz82wOJoA87uuqOh5ig97z6A_-d4YO_214x3lwimLw4mX0Fmz1E3ZmWj7F2PWxGC8e05CcAiCTPdJ-fWoQDMEw/w494-h640/7%20Latifah.jpg" width="494" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVqkg5UMFUfu85DeWsdPp9abSi1hHQoDw27CBixz9REmmZMwU_OmEoOqC7TS2zancqzDRc5hhPQqjxcZVRw0hN88XCf_tWF5joezwPLrKrXCh2yhjbR3z99x5DoBYbp7P8-ke2i53BY7qhatJFXvuxV4V3wNZ9QVB1QhZTcUpAjNr1Y3vcQBkzMpz3rQ/s359/godheart.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="306" data-original-width="359" height="341" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVqkg5UMFUfu85DeWsdPp9abSi1hHQoDw27CBixz9REmmZMwU_OmEoOqC7TS2zancqzDRc5hhPQqjxcZVRw0hN88XCf_tWF5joezwPLrKrXCh2yhjbR3z99x5DoBYbp7P8-ke2i53BY7qhatJFXvuxV4V3wNZ9QVB1QhZTcUpAjNr1Y3vcQBkzMpz3rQ/w400-h341/godheart.gif" width="400" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Numutkeun
Syekh Faruk Sarhanji yen Latifah 10 teh aya 2 bagian. Sabagian 5
nyaeta : Qolbi, Ruh, Sir, Khofi, Akhfa dingaranan Alamul Omri /Alam
Amar (tempat wawadah sagala aturan), nyaeta parabotna manusa pikeun
mikir-mikir anu henteu kaharti, paranti mikir-mikir anu henteu
kaharti, paranti ngulik anu muskil-muskil (mustahil) mahamkeun anu
bangga /demit (hese), paranti narima rumasa kana parentah Allah
Ta’ala jeng Rasulna, pangna kitu ku ayana Latifah di manusa
wungkul, di makhluk sejenna henteu aya malah dawuhan Ulama
Muhaqqiqin.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><span> Sundana
: ieu Latifah anu 5 (lima) teh aya panampaan paparentahan dampal
sampean anu aragung anu kagungan kasabaran, nyaeta para Rasul anu 6.
</span>
</span></div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Nabi
Adam As</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Nabi
Nuh As</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Nabi
Ibrahim As</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Nabi
Musa As</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Nabi
Isa As</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Nabi
Muhammad SAW</span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Ari
anu 5 deui nyaeta Latifah Nafsiah (lelembutan nafsu jeung 4 anu aya
dina Latifah Qolab. Lelembutan sakabeh badan nyaeta tina acining CAI,
ANGIN, SENEU, TANEUH eta latifah anu 5 disakabeh makhluk (manusa
jeung liyanna) dingaranan Alamul Kholqi (alam kajadian sakabeh
makhluk) ari aturananasupaya dina lelembutan manusa ulah kalindih ku
pangwujukna nafsu, nyaeta kudu karasa dzikir dina hiji-hijina
Latifah, ditungtutan hiji-hiji Latifah tina asal di ajar dilalanyah
tepika ngalemah, betah ayana dzikir (eling) teh hideng sorangan,
tuluy ditungtutan deui kana latifah anu kadua nyakitu bae cara
ngawarah latifah anu kahiji, tepika saterusna kabeh latifah, malah
karasana lain dina latifah bae, tapi dina sagala waruga sakujur oge
pada ngarasa ngalemah katut kabulu-bulu sadagingna sakulitna,
sauratna katut ka pejit-pejitna pada nyarampak nyararing areling
tepika nyerep lenyep sumeresep dina sakuliah waruga manusa, ceuk
bahasa arabmah khusyu (tuhu, junun, teu nolih kanu liana, henteu
malire rasana kana sagala anu dipilampah ku jasadna, anging rasana
anu cengeung manteung ka Allah Ta’ala wungkul beunang oge disebut
istigrok = tegesna kaliputan ku lautan Muso’adah Sidkiyah (waspada
anu tetela) ngesto taya petotna, ngabdi taya sepina, rumasa
sapapanjangna teu nolih kana liana teu malire kanu sejenna, ngancik
rasa anu sampurna, istu tetes teleb-teleb, nyelep lenyip, lahir
batinna, sumawona kanu ngayuga, sanajan kapapada manusa teu welwh aya
ras-rasan karumasaan boga rasa samodal sawedal sabangsa taya aya rasa
angkuh sorangan, sepi tina kadiran, pinter aing henteu lian, ginding
aing heunteu lian, beunghar aing teu lian, pangkat aing estu
kasaluhureun boh harkat darajatna, boh kabogana tara hayang nanduk,
sabalikna daek nyampur aku-baur kasasama tara hayang pasea, sabalikna
jadi persahabatan anu sampurna, kasahandapeun tara hayang ngahina,
sabalikna nungtun nuju kana jalan kajujuran, kapakir miskin teu weleh
darehdeh sareseh, jeung daek mere maweh nganyatakeun welas asihna
jeung ngarasakeun dina sagala rupa ka purba ku kawasa sanajan sagede
lisah (benyer), moal salah tumarima, kasugri paparina, misilna
tileuleutik tepika gede, ti susah tepika bungahna, teu weleh ngait
meulit dina rasana aya karumasaan anu sampurna. Tah anu kitu
dingaranan tegesna anu bisa nungtik nyangsi kana kasampurnaan manusa
= keuna kasauran sepuh-sepuh tara unggut kalinduan, tara gedag
kaanginan, ceuk basa arab mah ‘Istiqomah’. Tegesna ajeug panceug
salalawasna tara katarik kataji ku anu muji, teu tugenah manah ku anu
mitnah, tara sewot ku anu moyok, teu haripeut ku anu ngaleum, teu
kabongbrong ku anu ngolo, teu tibelat ku anu ha’at, teu sedih pedah
kaperdih, teu sungkan pedah dipenta, jejeug ajeug calik dina
kayakinan teu aral ku rugina, teu bosen ku usahana, teu agul ku
untungna, sadrah dina keur geringna, ikhlas keur ngubaranana,
syukuran dina cageurna. Teu cicingeun keur bodona, teu bosenan
diajarna, teu takabur ku pinterna, jadi teu sepi-sepi hasilna, dina
sagala tingkah polahna, henteu suwung ibadahna tegesna humadep
saregep ngawula sapapanjangna.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Teu
kaliwat pedah berang teu kalindih pedah peting, teu kahalangan ku
berang, teu kahalingan ku peting, singhoreng teh cicingna dina
antara, heuleut berang heuleut peting, heuleut hina heuleut mulya,
heuleut rugi heuleut untung, berjalan diduanana, kelar napak
sapanjangna. Misilna nu tumpak kuda, calik ditengah-tengah sanes
payun sanes pungkur, heuleutna payun jeung pungkur payun teuing mah
tisuksruk, tukang teuing mah tijengkang, cirina kudu nengahan, ari
kuda ditunggangan, nu matak tipayun dipasang kadali rangah, ti
pungkur ku apis buntut, papak rata sangawedina, bisina kuda
jengjaran, bisina rusuh sandungan, lain kuda teu huluan, lain kuda
teu buntutan, ngan cicing diantarana nahan pungkur jeung payunna,
lain teu aya susahna, lain teu aya bungahna, lain teu aya geuringna,
lain teu aya cageurna, lain teu aya rugina, lain teu aya untungna,
ngan cicing diantarana, ngamudi kaduana, tah kakara ngarasa papak
ratana, henteu beurat kasabelah sabab mun resep teuing kakatuhu, sok
jadi ngewa ka kenca, resep teing ka kenca sok tugenah ka katuhu,
resep teuing kana benghar, sok ngewa kana malarat, cicingeun dina
malarat, sok hayang nu benghar, resep teuing dina pangkat, sok ngewa
panggih jeung cacah, pedah urang dina cacah, teu hayang luyu jeung
pangkat, padahal mah keur susah teh pibungaheun, padahal keur bungah
teh pisusaheun, padahal mah keur benghar teh pimalarateun, padahal
keur malarat teh pibenghareun, padahal mah keur jadi rakyat teh
pipangkateun, padahal mah keur jadi pangkat teh pirakyateun.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Tah
lamun kitu teh karasa papak ratana layeut kahilir kagirang, upamana
marojengja, pasti kana sulayana, tinangtu paraseana, sababna
pakia-kia. Kumargi kitu kasugri nu parantos ngageum Tarekat Haq
Malyiah Qodariyah khususna kaum Muslimin umumna, mugi sami
bareng-bareng ngaihtiaran kana jalan kasaean, nyingkahan tina jalan
kaawonan, karana anu jadi kasalametan di akherat teh nyaeta anu
ngalampahkeun hade di dunyana, nyakitu deui anu cilaka akheratna teh,
nemahan salah didunyana, jadi sadaya manusa pada boga tanggung jawab,
kuduna ngurus badan sakujur, ngadidik diri pribadi, ulah rasa
kajongjonan, betah dina kasalahan, matak cerik akhirna, matak cilaka
tungtungna dina enggoning ngumbara di alam dunya, kudu bisa
mernahkeun salira, dina kahadean salawasna, mangkana salira taya
serepna, kari-kari lalawora, henteu apik miarana boh dohirna boh
batinna, tetep resep dina kasalahan, ngumbar nafsu sapanjangna.
Numatak ayana Tarekat Haq Maliyah Qodariyah the, nyaeta perjalanan
perihtiaran keur mernahkeun kahadean kasampurnaan lahir batin,
nyingkahan tina kasalahanana.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"> Mugi-mugi
Gusti Allah Ta’ala maparin terbuka ilham anu mulya supaya tinemu
bagja, hasil pamaksudanana, sinareng ieu risalah, muga-muga jadi
wasilah, ka seja nu milampah, bisa ka ala buahna bisa kapeutik
hasilna, manfaat sapapanjangna, salamet dunya akheratna, salamet
jasadna, salamet nyawana, salamet lahir batinna, diraksa ku Nu
Kawasa, bisa napakkeun hadena, bisa nyingkahan gorengna, parek
rizkina, jauh balaina, taya sanes nu di suprih Cageur-Bageurna. </span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><span> </span>
</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<u><b><span style="font-family: inherit;">INTISARINA</span></b></u></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
</div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Martabat
Alam nurutkeun Makomna Aya 2 (dua) nyaeta :</b></u></span></div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Alam
Amar (Alamul Omri)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Alam
Khalaq (Alamul Kholqi)</span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><u><b>Ari
Alam Amar kasusun tina :</b></u></span></div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Qolbu</b> nyaeta
Alam Malak jeung Sahidan</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Roh </b>nyaeta
Alam Malakut jeung Arwah</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Sir </b>nyaeta
Alam Jabarut</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Chafi </b>nyaeta
Alam Lahut</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><span><b>Achfa </b>nyaeta
Alam Ghoib Huwiyah Ilahiah. </span>
</span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><span><u><b>Alam
Kholaq kasusun tina 1 Nafsu jeung 4 Unsur Alam hiji-hijina
diantawisna : </b></u></span>
</span></div>
<ol>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Nafsul
Hayawani (Hewaniah)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Turabun
(Acining Taneuh)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Maun
(Acining Cai)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Hawaun
(Acining Angin)</span></div>
</li>
<li><div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><span>Narun
(Acining Seneu) </span>
</span></div>
</li>
</ol>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Martabat
Qolbi dilebetkeun kana Martabat Af’al</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Tempatna
: Riqqah, Marifah, Hub, Sabr, nyatana kelembutan, tahu, kecintaan
dan sabar</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Martabat
Roh dilebetkeun kana Martabat Asma</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Tempatna
: Rahmah, basath, dan surur yatana kasih sayang, kemurahan, dan
kegembiraan</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Martabat
Sir dilebetkeun kana Martabat Sifat Subutiyah</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Tempatna
: Farah, dhahak, ghurur, yatana gembira, tertawa dan kebimbangan.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Martabat
Chafi dilebetkeun kana Martabat Sifat Salbiyah</b></span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Tempatna
: Hazzan, chauf, buka yaitu kecemasan, takut dan tangis.</span></div>
<div align="JUSTIFY" class="western" style="margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Martabat
Akhfa dilebetkeun kana Martabat Zat Mutlaqah yang tertinggi</b></span></div>
<span><span style="font-family: inherit;">Tempatna
: Syahwat, djur’ah, sjadja’ah, harus yatana hawa nafsu,
keberanian, kesatria dan kesungguhan</span></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-41170734550161112782015-11-12T07:20:00.001+07:002022-09-10T08:56:59.139+07:00Memahami Permulaan Ngaji Marifat<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsi7fNu597py9Zb2mT9Ol2qDk5StVuknQVhU3zIRg9xESjF71DmdcIqgZWUN4IrYwtioo7mCD4fvy4pcyAidA1RB2giWzRnM4OHKhiV7jGI4oWc8gmhwb4KUCBbDf3Imtq42nyLYfmcV6VDwRf1YLbrRxx1Hcskqobu5QFNOBECHRYoCLq16v8J9zR2w/s500/773881eb999951f5220295856fefe548.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsi7fNu597py9Zb2mT9Ol2qDk5StVuknQVhU3zIRg9xESjF71DmdcIqgZWUN4IrYwtioo7mCD4fvy4pcyAidA1RB2giWzRnM4OHKhiV7jGI4oWc8gmhwb4KUCBbDf3Imtq42nyLYfmcV6VDwRf1YLbrRxx1Hcskqobu5QFNOBECHRYoCLq16v8J9zR2w/s320/773881eb999951f5220295856fefe548.gif" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<br /><div style="text-align: center;"><b style="font-size: x-large;">BAB I MUKADIMAH</b></div>
Kaaqroban saurang hamba jeung Gusti-Na, sapertos anu tos difirmankeun ku Alloh dina salah sawios Hadist Qudsi (anu langsung sumping ka leubeut Qolbu Rasululloh) :<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>ﻤـﺎاﺗـﻘـﺮبااﻠﻲاﻠﻤﺗـﻘـﺮﺒـﻮﻥ ﺒـﻤـﺜـﻞاﺪاﺀ ﻤﺎاﻓـﺗﺮﻀﺖ ﻋـﻠﻴـﻬـﻢ ﻮﻻﻴـﺰاﻞ اﻠﻌﺒـﺪﻴـﺗـﻘﺮﺐاﻠﻲ ﺒﺎﻠﻧﻮاﻓﻞ ﺤـﺗﻰاﺤـﺒـﻪ ﻓﺎﺀ ﺬااﺠـﺒﻠـﺗـﻪ ﻜـﻧـﺖ ﺴـﻤـﻌـﻪاﻠـﺬﻱ ﻴﺴﻤـﻊﺒـﻪ ﻮﺒﺼﺮﻩاﻠﺬﻱ ﻴﺒﺼﺮﺒـﻪ ﻮﻠﺴﺎ ﻧـﻪاﻠﺬﻱ ﻴـﻧﻃﻖ ﺒـﻪ ﻮﻴﺪﻩاﻠﺗﻰ ﻴـﺒﻃﺶ ﺒـﻬﺎﻮﺮﺠﻠـﻪاﻠﺗﻲ ﻴـﻤﺷﻰ ﺒﻬﺎ ﻮﻗﻠﺒـﻪاﻠﺬﻱ ﻴـﻀﻤﺮﺒـﻪ</b></div>
<div style="text-align: justify;">
“MA ATAQARRABA ILAYYAL MUTAQARRIBUNA BIMISTLI ADA’I MAFTARADLTU’ALAIHIM, WALA YAZALUL’ABDU YATAQARRABU ILAYYA BIN NAWAFIL, HATTA UHIBBAHU, FA IDZA AHBABTUHU KUNTU SAM’AHULLADZI YASMA’U BIHI WABASHARAHUL LADZI YUBSHIRU BIHI WA LISANUHUL LADZI YANTHIQU BIHI WAYADAHUL LATI YABTHISYU BIHA WA RIJLAHUL LATI YAMSYI BIHA WA QALBAHUL LADZI YADLMIRU BIHI”</div>
Hartosna: Jalma-jalma anu ngarasa deukeut ka KAMI, teu saukur ngalaksanakeun naon anu Kami Fardhukeun wungkul ka maranehna, malahan si jalma eta ngarasa deukeut ka Kami bari jeung ngalaksanakeun amalan-amalan Nawafil (salaku ibadah tambahan) neupikeun Kami oge mikacintana. Lamun Kami geus mikacinta kamaranehna, Nya Kami anu bakal jadi pangdanguna, anu jeung eta manehna bisa ngadenge, Kami anu jadi paningalna pikeun nenjo, Kami anu jadi pananganna pikeun nyekeul, Kami anu jadi suku pikeun lempang, jeung Kami oge anu jadi Hatena, anu jeung eta manehna bisa ber-Fikir kalawan boga cita-cita (panghareupan). (Riwayat imam bukhori).<br />
<br />
Dina salah sawios Hadits Qudsi Allah SWT Berfirman :<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>ﻜـﻧﺖ ﻜـﻧﺰا ﻤﺧـﻔـﻴﺎ ﻓﺎﺀ ﺤـﺒـﺒـﺖ اﻦ اﻋـﺮﻒ ﻓـﺧـﻠﻘﺖ اﻠﺧﻠﻕ ﻠﻴـﻌﺮﻓـﻧﻲ</b></div>
<div style="text-align: justify;">
KUNTU KANZAN MAKHFIYYAN, FA AHBABTUAN ’URAFA FA KHALAQTUL LIYA’RIFANI</div>
Hartosna: “Kami nyaeta (hiji) rusiah (pembendaharaan) anu Gaib. Tuluy Kami boga kahayang supaya di kanyahokeun. Terus Kami nyiptakeun Alam sarta makhluk (Muhammad). Taya lian supaya maranehna bisa Ma’rifat (nyaho) ka Kami”.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>ﺍﻮﻠـﻮﺪ ﻴﻦ ﻤـﻌـﺮﻓــﺔ ﺍﷲ ﺗـﻌـﻼ</b></div>
<div style="text-align: justify;"><b>
AWALUDINI MA’RIFATULLAHI TA’ALA</b></div>
Naon Artina “ AWALUDINI (ﺍﻮﻠـﻮﺪ ﻴﻦ ) ? Yakni Permulaan Agama.<br />
Jeung Permulaan Agama eta Ma’rifatullah (ﻤـﻌـﺮﻓــﺔ ﺍﷲ ), nyaeta Nyaho jeung ngaku ayana Allah.<br />
Naon asal Ma’rifat (ﻤـﻌـﺮﻓــﺔ ) ? Bahwa asal Ma’rifat eta bisa dibedakeun antawis Mukhadas sareng Qodim sabab Hakikat akan wujud eta Mukhadas, jeung Hakikat Wajibul Wujud eta Qodim, teu tiasa bersamaan kaduana, jeung tidak berhimpun kaduana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Anu mana dinamakan Agama itu? Bahwa yang dinamakan Agama itu yaitu ibarat dari pada menghimpunkan ke-Empat perkara, Yaitu : Iman, Islam, Tauhid dan Ma’rifat<br />
<br /><b>
WAMAN LAN YAKFIRULLOH FIDDUNYA, FAKAIFA YAROHU FIL AKHIROH</b> (Q.S. BANI ISRAIL : 72)<br />
Hartina: Saha-saha anu lolong (teu nyaho) ka Alloh keur didunyana, geus tangtu di akheratna oge lolong.<br />
<br /><b>
LAESA KAMISLIHI SYAEUN WAHUWA SAMIUL BASHIR</b><br />
Hartina : Gusti Alloh teh teu bisa disaruakeun jeung naon bae nu aya di ieu dunya.<br />
<br /><b>
LATAHAROKUL JASADU ILLA BIIDNIROH, WALATAHAROKUL ROHU ILLA BIIDNILLAH.</b><br />
Hartina : Obah usikna jasad ku Roh, Jeung obah usikna Roh ku Gusti Alloh.<br />
<br /><b>
WAHUWA MAAKUM AENAMA KUNTUM</b><br />
Hartina : Gusti Alloh teh babarengan bae jeung makhluk-makhlukna, dimana bae manehna aya didinya anjeuna aya (Q.S. Al-Hadid : 4)<br />
<b><br />
WANAHNU AQRABUN ILAIHI MIN HABLIL WARID</b> (Q.S. Qaf : 16)<br />
Hartina : Kami jeung maneh geus eweuh antarana deui, deukeut keneh Kami ka maneh ti batan urat beuheung nu nganteung dina beuheung maraneh.<br />
<br /><b>
WALLOHU BIKULLI SYAIIN MUHIT</b><br />
Hartina : Jeung Allah nga angliputan ka sakabeh makhlukna nu aya dina ieu alam.<br />
<br /><b>
AL-INSANU SIRRI WANA SIRRUHUU</b><br />Hartina : “Manusia teh gudangna rusiah Kami, Jeung Kami teh gudang rusiahna (maranehannana)”.<br />
<br /><b>
LAM YANSA’NI ARDHI WA LA SAMAA’IY WAWASI’ANI QOLBU AB’DI ALMUUMINU ALLAYYINU ALWAADI’U.</b><br />Hartina : Bumi jeung langit teu sanggupeun ngamuat Zat Kami (Dhat Allah), lintang ti hate hamba-hamba Kami anu mukmin nu Mukhlis (ikhlas), kalayan tawadhu.<br />
<br /><b>
AL-INSANU DHOHIRULLAHI WA ILLAHU BATHINUL IMAMMA</b><br />Hartina : Manusia teh wujud lahiriahna sedengkeun Allah wujud batinna.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>ﻮﻤﺎﺧﻠـﻘـﻞاﻧـﺴﻦ ﻠﻞ ﻤـﻌـﺮﻓـﺘـﻴـﻪ</b></div>
<div style="text-align: justify;"><b>
WAMA KHOLAQOL INSANAA LIL MA’RIFATIHI</b></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan Tidaklah Aku Ciptakan Manusia Melainkan Untuk Ma’rifat (mengenal) ke pada-KU”.</div>
<br /><b>
YAA AYYUHAN NAS !, MAN QASHADANII’ARAFANII WAMAN A’RAFANII ARAADANII WAMAN ARAADANII THALABANII. WAMAN THALABANII WAJADANII WAMAN WAJADANII DZAKARANII WALAM YANSANII. WAMAN DZAKARANII WALAM YANSANII DZAKARTUHUU WALAM ANSAHUU.</b><br />Hartina : Hai Manusa ! Singsaha anu nuju ka Kami, manehna bakal nyaho (Marifat) ka Kami. Singsaha anu nyaho ka Kami, menehna miharep ridho kami. Singsaha anu miharep Kami, tangtu neangan Kami. Singsaha anu neangan Kami, tangtu bakal menangkeun Kami. Singsaha anu geus menangkeun Kami, salawasna manehna nyebut tur eling ka Kami, jeung moal rek mopohokeun Kami, Singsaha jalma anu salawasna nyebut tur eling ka Kami, maka Kami salawasna ingeut jeung manehna moal Kami popohokeun.<br />
<br /><b>
WAMAN ARAFALLAAHA FA ATHOO’AHU NAJAA WAMAN ARAFASY SYAITHAANA FA TARAKAHUU SALIMA. WAMAN ARAFADDUNYA FARAFADLAHAA KHOLISHO. WAMAN ARAFAL AKHIRAH FATHALABAHAA WASHOLA FA INNALLAAHA YAHDII MAN YASYAA’U WA ILAIHI TUQLABUUN.</b><i><br /></i>Hartina : Jeung singsaha anu nyaho ka Allah, manehna taat, maka manehna salamet. Singsaha anu nyaho setan, manehna ninggalkeun godaannana, manehna salamet. Singsaha anu nyaho dunya, manehna nolak, maka menehna bersih jeung lepas tina sagala keterikatannana. Singsaha anu nyaho akherat manehna nuntut kalawan miharepna, maka manehna nepi kanu ditujuna. Saenyana Allah mere pituduh ka singsaha wae anu dikehendakina jeung mung ka Anjeunna urang bakal dikembalikeun).<i><br /></i>Ari kawajiban Ma’rifat pikeun manusa aya 4 (opat) hal nyaeta :<br />
1. Marifatul Kholqi (Nyaho kana sakabeh makhluk ciptaannana),<br />
2. Marifatul Al-Ghair (Nyaho kana sakabeh jiwa jeung tabeat manusa)<br />
3. Marifatu Nafsi (Nyaho ka dirina sorangan),<br />
4. Marifatullah (Nyaho ka Allah).<i></i><br />
<b><i><br />
</i></b><br /><div style="text-align: justify;"><b>ﺍﻮﻠـﻮﺪ ﻴﻦ ﻤـﻌـﺮﻓــﺔ ﺍﷲ ﺗـﻌـﻼ</b></div>
<b>
AWALUDINI MA’RIFATULLAHI TA’ALA</b><br />
Hartina : Ari awal permulaan agama nyaeta kudu nyaho ka Allah Ta’ala. Maksudna supaya enggoning urang ngalakonan ibadah teh ngarah syah ditarima amal ibadahna ku Allah Ta’ala sabab “amal teh kudu kalawan elmu, lamun teu kalawan elmuna bakal batal, moal aya manfaatna pikeun di akhirat, ngan saukur keur mapaesan dunya wungkul”.<br />
Tapi nganyahokeun ka Allah eta lain saperti nganyahokeun kahawades beh jentulna tapi kudu ku Elmuna sabab ceuk dalilna oge ari Allah mah “ Dhat Laesa Kamislihi Saiun” (teu aya upamana bakating kuhiji-hijina) mung Anjeuna nyalira anu jumeneng ku Anjeun “Dhat tanpa wiwitan-Dhat tanpa wekasan”.</div><div style="text-align: justify;"><b><br />
“AWALU WAJIBUN ALAL INSAN MARIFATULLAHI BI ISTIQANI”</b><br />
Ari awalna (mimitina) kawajiban manusa nyaeta kudu nyaho ka Allah ku kayakinan anu panceug/kuat (istiqomah) nyatana anu teu umbut kalinuan teu gedag kaanginan. Lir ibarat urang ngucapkeun dua kalimah syahadat, lain ngan ukur bisa ngucapkeun wungkul dina sungut, bahwa urang geus nyaksi yen teu aya deui panggeran iwalti Allah sareng Muhammad Rasul Allah, lain saperti kitu bae tapi kudu jeung sidikna nyatana Sidik kana Dhatna, Sidik kana Sifatna, Sidik kana Af’al-na jeung Sdik ka Rasulna. Lamun urang geus sidik kanu opat perkara tadi baru urang bisa disebatkeun syah ibadahna, ari kangaranan SYAHADAT nyaeta Syah/ bener nurutkeun Adat/carana nyatana Syah Dhat-na, Syah Sifat-na, Syah Asma-na jeung Syah Af’al-na. Kapan ceuk dalilna dina Qur’an oge “WABUDU ROBBAKA HATTAA YA’TIYAKAL YAQIN” (Jeng Ari nyembah ka Allah teh kudu sidik kalawan yakin Q.S Al-Hijir : 99). Kecap yakin didieu ngandung harti anu geus bener-bener percayana, percaya oge cumah lamun teu dibarengan ku Ma’rifatna ari hartina Ma’rifat nyaeta nyaho. Jadi percaya kana ayana Allah teh kudu jeung nyaho kalawan sidikna, upama teu jeung nyahona/sidikna berarti Iman-na Taklid (Nyaeta ngaku Iman ngan saukur sabatas omongan jeung mung sakadar ceuk kitab wungkul).<br />
<br /><div style="text-align: justify;"><b>ﻮﻤﻦﺍﻋـﺮﻑ ﻧـﻔـﺴـﻪ ﻓـﻘـﺪ ﺍﻋـﺮﻑ ﺮﺒـﻪ ﻮﻤﻦ ﺍﻋـﺮﻑ ﺮﺒـﻪ ﻓـﻘـﺪ ﺠـﻬـﻳﻼ ﻧـﻔـﺴـﻪ</b></div><b>
“WAMAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU, WAMAN AROFA ROBBAHU FAQOD JAHILAN NAFSAHU”</b> </div><div style="text-align: justify;">Hartina : Singsaha jalma anu geus nganyahokeun kadirina sorangan tangtu bakal nyaho ka Panggerannana, Samangsa-mangsa geus nyaho ka Panggerannana tangtu bakal leuwih nyaho kadirina anu bodo.<br />
<br /><div style="text-align: justify;"><b>اﻋـﺮﻓـﻜﻢ ﺒـﺮﺒـﻪ اﻋـﺮﻓـﻜﻢ ﺒـﻧـﻔـﺴـﻪ</b></div>
<b>
ARAFUKUM BIRABBIHI ARAFUKUM BINAFSIHI</b><br />Hartina : Jalma anu bener-bener nyaho ka Allah nyaeta anu geus lewih ngarti jeng nyaho ka dirina sorangan. Tapi nyaho ka Allah lain cukup kupanon lahir wungkul tapi kudu jeung elmuna, sabab Ghoib kudu ku Ghoib deui da manusa oge aya ghoibna kapan saur dalilna oge “WALLAHU GHOIBUN AL-INSANU GHOIBUN” (Ari Allah teh Ghoib manusa oge Ghoib), Iwalti kudu nganyahokeun ka dirina sorangan.<br />
<br /><div style="text-align: justify;"><b>ﻤﻦﻋـﺮﻒاﷲ ﻻﻴـﺧـﻔﻰﻋـﻠﻴـﻪ ﺷـﻲ</b></div><b>
MAN ‘ARAFALLAHA LA YAKHFA ‘ALAIHI SYAI’UN</b><br />
Hartina : Singsaha anu geus nyaho ka Alloh, teu aya deui rusiah sejen (anu Ghoib) di MantenNa.<br />
Pengenalan ka diri sorangan ngarupakan Fardhu Ain sesuai jeung dalilna “WALA ANA AWALU NAFSI FARDHU AEN”. (Jeung kanyahokeun ku anjeun saenyana mimitina kudu nganyahokeun kana sifatna hirup kalawan “aen”/wajib). Bagi tiap-tiap manusia mengenal bahwa diri itu harus dikenal sebagai suatu Zat yang hina, lemah, dhoif, umi dan fana pengenalan mana dapat menimbulkan keyakinan bahwa Tuhan itu Mulia, Berkuasa dan Kekal AdaNya. Orang yang tidak mengenal dirinya tidak akan mengenal Tuhan-Nya baik didunia maupun di akhirat dan apabila ia tidak kenal akan TuhanNya maka ia tidak dapat menyembah TuhanNya itu dengan sebaik-baiknya. Bukankah orang yang buta didunia ini akan buta pula nantinya di akhirat bahkan lebih sesat lagi ?<br />
<br /><b>
WALIKULI QULU UMATIN WAROSULIHI</b> (Q.S. Yunus : 47)<br />
Hartina : Dina sakabeh umat pada katetepan Rasululloh, hartina Rasa Alloh.<br />
<br /><b>
WATTAQULLOHA WAYU’ALIMUKUMULLOHU</b><br />
Hartina : Kudu taqwa maraneh (ngabersihkeun kokotor lahir batin) engke maraneh tangtu di paparinan elmu Allah.<br />
<br /><b>
AM KAEFA YARHALU ILLALLOH WAHUWA MAKBALUN BI SAHWATIHI</b><br />
Hartina : Kumaha rek bisana lumampah nepangan Alloh, sedeng manehna diringkus ku hawa nafsuna.<br />
<br />
Kusabab eta mempeng urang keur hirup didunya, urang kudu bener-bener ibadahna ka Allah, jeung ikhtiar pikeun beukeul urang engke mulang lamun geus di parengkeunnana cunduk waktu ninggang mangsa balik ka akherat nyatana maot anu bakal pasti kaalaman kusakabeh anu hirup, aya paribasana “Mawa payung samemeh hujan” tegesna kudu bisa nganjang kapageto nyaeta kudu bisa ngarasakeun maot samemeh maot anu sabenerna<br />
<br /><div style="text-align: justify;"><b>ﻤـﻮﺘـﻮ اﻗـﺒﻞ اﻦ ﺘﻞ ـﻤﻮﺘـﻮ</b></div>
<b>
MAUTU QOBLA ANTAL MAUTU</b>, atawa (<b>ANTAL MAOTU QOBLAL MAOTU</b>)<br />
Hartina : Kudu bisa paeh samemeh paeh (kudu bisa mati sajeroning hirup)<br />
<br /><b>
HASABU ANFUSAKUM QOBLA ANTAL HASABU.</b><br />
Hartina : Hisab heula ka badan sorangan samemeh ngahisab ka batur<br />
<br /><b>
INNA LILLAHI WA INA ILAIHI RO’JIUN</b><br />
Hartina : Asal ti Alloh kudu balik deui ka Alloh.<br />
<br /><div style="text-align: justify;"><b>ﺍﻻﺣﻖ ﺒـﺎﻻﺣﻖ ﺍﻻﺣﻖ ﺒـﺎﻻﺣﻖ</b></div><b>
ILLA HAQQA BILLA HAQQIN, ILLA HAQQIN BILLA HAQQA</b><br />
(Hak Allah teh Hak Muhammad, Hak Muhammad teh Hak Allah)<br />
<br />
Jadi ngeunaan Hak Allah jeung Hak Muhammad eta kabeh oge geus kahimpun tina “Dua Kalimah Sahadat”.<br />
<br />
Kapan Ari Kasampurnaan SAHADAT eta aya 4 (opat) perkara :<br />
1. Nganyahokeun : Ngandung harti kudu geus Sidik kalawan Ma’rifat-na Ka Allah Ta’ala kapan Hak Mutlak Allah SWT yaeta dikenali dan diketahui keberadaan Diri-Nya, Yang meskipun Al-Ghaib (tidak akan pernah menampakan diri di muka bumi ini) namun dapat dirasakan amat sangat dekat sekali dalam rasa hati ini (lewih deket tibatan urat beheng hamba-hambaNa).<br />
2. Ngucapkeun : Ngandung harti nandesken atawa negaskeun ku ucap, kana naon hal anu geus kapanggih jeung kasungsi ku diri pribadina. Sebagai ikrar penyaksian kana Ka-Agungan Allah SWT.<br />
3. Ngabenerkeun : Ngandung harti nga enyakeun kana naon hal anu geus jadi padamelannaNa, Nyatana ayana Urang, Bumi, langit, Sawarga jeung Naraka, katut sakabeh pangeusina. Anu ngarupakeun bukti nyata tina sagala Af’alna Kang Maha Suci.<br />
4. Ngayakinkeun : Ngandung harti anu geus nyampai kana Syarat syah-na Sahadat.<br />
<br />
Sedengkeun Ari Syarat Syahna Maca Sahadat teh :<br />
- Kudu geus Netepkeun Kana Dhat-na Allah Ta’alla<br />
- Kudu geus Netepkeun Kana Sifat-na Allah Ta’alla<br />
- Kudu geus Netepkeun Kana Af’al-na Allah Ta’alla<br />
- Kudu geus Sidik Ka Rasululloh kalawan geus netepkeun kana Sifat Rasululloh, nyatana : Sidik, Amanah, Fathonah, jeung Tabligh.<br />
<br />
Ceuk paribasa sepuh mah Ulah nuduh kanu jauh ulah nyawang kanu anggang, Anu anggang geuwat raketan, anu deukeut geuwat dehesan (Anu hartina : riksa kudiri sorangan naon-naon anu aya dina diri/awak sorangan).</div><div style="text-align: justify;"><br />
Saur Pidawuh Rasulullah oge “NAFSIKA MATIYATUKA FARFUK BIHAA” Artina : Diri anjeun lir ibarat Jalan (Alat) pikeun bisa Nyampai kana Ridho-Na Kami.<br />
<br /><div style="text-align: justify;"><b>ﻮﻤﻦ ﻄﻠـﺒﻞ ﻤﻮﻠﻦ ﺒـﻐـﻴـﺮﻱ ﻧـﻔـﺴـﺢ ﻓـﻘﺪ ﻇﻞﻇﻞ ﻷ ﻦ ﺒـﻴـﺪ</b></div><b>
WAMAN THOLABAL MAULANA BIGHOIRI NAFSIHI FAQOD DHOLA DHOLALAN BA’IDA</b><br />Artina : Jeung saha-saha jalma anu neangan Panggeran (Allah) kaluar tina dirina sorangan mangka satemen-temenna eta jalma geus kasasar. Dina hal ieu nembe kuurang tos tiasa kasawang jeung kalenyeupan yen hakekatna Panggeran sabenerna teu jauh jeung diri urang sorangan, malahan justru leuwih moncongok Manten-Na tibatan diri urang sorangan “Nahnu Aqrabun Illaihi Min Hablil Warid” (Kami leuwih deukeut kamaraneh tibatan urat beheungna sorangan Q.S Qaaf Ayat 16) “Wahuwa Ma’akum Ainama Kuntum” (Jeung kami marengan kamaraneh sakabeh (dimana anjeun aya nya di dinya kami aya) Q.S Al-Hadid Ayat 4).</div><div style="text-align: justify;"><br />
“Ru’yatullahi Ta’ala fidunya bianil Qolbi” (Ningalina Allah didunya kupanon (mata hati) tapi teu kalawan kafiat sabab teu adu hareupan, kusabab geus ngahiji sagulung sagalang lir upama sagara jeung ombakna, seneu jeung panasna, cai jeung tiisna, kembang jeung sengitna, gula jeung amisna, kopi jeung paitna, uyah jeung asinna. Kapan ceuk dalilna oge “ Innalloha Ala Kulli Sai’in Muhit” (Saenyana Allah Ta’ala ngaangliputi kasakabehna lir ibarat cahaya kaangliputi ku caangna, seneu kaangliputi ku panasna).<br />
<br />
IMAN – TAUHID – MA’RIFAT – ISLAM<br />
IMAN : Percaya kalawan yakinna<br />
TAUHID : Teuteup – ajeug – Jeujeug<br />
MA’RIFAT : Nyaho – Nyata – Teu samara<br />
ISLAM : Suci – Sumerah – Salamet<br />
<br />
Haqul Aen : Kakara deudeukeutan atawa reureujeungan<br />
Haqul Yakin : Geus deukeut / geus reureujeungan<br />
Ma’rifatul Aen Nyaeta kakara basa jeung carita.<br />
Ma’rifatul Haq Nyaeta geus nyata, tetela karasana<br />
<br />
NU KA ASUP KUMAWULA KA GUSTI TEH NU ASIH KA PAPADA MAKHLUKNA<br />
Hartina : Jalma anu geus nyaho hartina bener, tara gampang nyalahkeun nu lian.<br />
Jalma anu geus uninga ka Gusti, tangtu welas asih ka abdi abdina. Anu welas asih ka abdi abdina, saolah-olah ngabakti anjeunanana. Ulah waka ngaku tunggal jeung gusti, upama can welas asih ka makhlukna.</div><div style="text-align: justify;"><br />
AGAMA teh pituduh jeung katerangan ti Alloh Ta’ala. Filsafat hasilna tina pikiran manusa.<br />
Iman teu jeung ikhtiar, Elmu teu jeung amal sarua jeung kosong. Saksi nu nomer hiji nu baris nyalahkeun jeung ngabenerkeun teh hate. Najan pinter bisa nyarita ngareka reka basa, najan unggul dina catur, hate mah tetep nyaksian ( nu salah bakal cilaka, nu bener bakal salamet).<br />
<br /><br />
◙ LENYEPANEUN<br />
Akal jeung pikiran dikamudikeu ku tekad, tekad dikamudi ku Tekad anu lempeng bener, teu cukup ku elmu nu luhur, teu cekap ku paham nu tabah, anging ku “ KODRAT IRADAT NU MAHA SUCI”. (Nyeka raga, Mersihan diri, Nyucikeun ati ‘TATAPA NEDA LAKSANA’<br />
Dina Al-Qur’an : “WA’ ASMAIHI TA’ALLOH ABADAN BI KUFRO”<br />
Hartina: Sing saha nu ngaji Asmana bae, tetep kafir lamun teu timu barangna.<br />
<br />
Barang dina wujud ngan aya 4 (opat) perkara :<br />
1. SAREAT<br />
Sareat, lakuna badan letakna dina sungut (Pangucap)<br />
<br />
2. TAREKAT<br />
Tarekat lakuna ati nu letakna dina irung (Pangambung)<br />
<br />
3. HAKEKAT<br />
Hakekat lakuna nyawa, letakna di ceuli (Pangdangu)<br />
<br />
4. MA’RIFAT<br />
Ma’rifat lakuna rahsa, letakna di mata (Paninggal)<br />
<br />
Sholat Subuh : Nabi Adam ayana dina Wujud<br />
Sholat Lohor : Nabi Enoh ayana dina Pangdangu<br />
Sholat Asar : Nabi Ibrahim ayana dina Paninggal<br />
Sholat Maghrib : Nabi Musa ayana dina Pangucap<br />
Sholat Isa : Nabi Isa ayana dina Pangangseu<br />
Sholat Minal Witir : Nabi Muhammad ayana dina Rasa Jasmani<br />
<br />
Allah Muhammad Adam - Hirup Rasa Adeg<br />
HIRUP = Kanyataan ayana Gusti<br />
RASA = Kanyataan ayana Muhammad<br />
ADEG = Kanyataan ayana Adam<br />
<br />
Malaikat Jibril mepelingan ka kanjeung Nabi Adam “ Kudu tobat, ari anu di ucapkeun ku Nabi Adam dina dalil Qur’an nyaeta :<br />
ROBBANA DOLLAMNA ANFUSSANA WA ILAM TAGHFIRLANA WATARHAMNA LANA KUNNANA MINAL KHOSIRIN<br />
<br />
ARI ASMA MUHAMMAD ETA AYA 4 (OPAT) PERKARA :<br />
<br />
1. MUHAMMAD HAQ (ANU SAJATI)<br />
Nyatana Dhat Sifat = rupina caang dumeling anu ngarupakeun sagara hirup nyaeta bibit buitna nyawa sakabeh.<br />
<br />
2. MUHAMMAD HAKEKI<br />
Sorotna tina Dhat Sifat anu ngaluarkeun / ngabijilkeun cahaya opat warnae :<br />
Asal tina 4 (opat) unsur Alam :<br />
- Seneu (Na’run / ﻧـﺮﻮﻥ)<br />
- Angin (Hawa’un / ﺤـﻮﻋـﻮﻥ)<br />
- Cai (Ma’un / ﻤـﺎﻋـﻮﻥ )<br />
- Taneh (Turabun / ﻄﺮﺍﺒـﻮﻥ)<br />
<br />
Asal tina 4 (opat) unsur Cahaya :<br />
- Cahaya Beureum (Nurul Ahmar)<br />
- Cahaya Koneng (Nurul Ashfar)<br />
- Cahaya Bodas (Nurul Abyad)<br />
- Cahaya Hideung (Nurul Aswad)<br />
<br />
3. MUHAMMAD HARID<br />
Nyaeta Rasa pribadi atawa Rasa Jasmani urang<br />
<br />
4. MUHAMMAD MAJAJI<br />
Anu ngarupakeun Rupa Jasmani, Suku Cangkeng / udel Badan / Tangan Kepala<br />
<b>ﻣ ﺣ ﻣ ﺩ</b><br /><b><br />
</b></div><div style="text-align: justify;"><b>WA’BUDU ROBBAKA HATTA, YA TIYAKAL YAKIN </b>(Q.S. AL-HIJIR : 99)<br />
Hartina : Sembah Panggeran Anjeun sing nepi ka datangna kayakinan ( kudu aenal yakin, sing sidik ka Maha Agung, ulah dikira kira, di judi judi ku ati yen Alloh teh ayana di luhureun arasy).<br />
<br />
Anu Aqrob jeung kakawasaan anu Agung, hirup urang, eta kakawasaan Gusti Nyaeta hakekat Muhammad tea.<br />
<br />
HAQULLOH = Hak Allah = hirup urang haqqul Adam = rasa jeung nafsu = Nyawa. Ari nyawa sifatna geutih ari geutih nyatana Nafsu.<br />
Sifatna Hirup = Sifatna caang = Roh Suci.<br />
<br />
Manusa kudu wajib percaya kana barang ghoib, kapan ceuk dalilna oge :<br />
HUDAN LIL MUTTAQIENNA, ALLADZINA YU’MINUNA BIL GHAIBI (Q.S. Al-Baqoroh : 3)<br />
Hartina : Nyaeta sakabeh jalma anu iman nekadkeun, ngabenerkeun, sarta ngaku kana perkara ghaib.<br />
<br />
WA ALLOHU GHOIBUN AL INSANU GHOIBUN<br />
Hartina : Jeung Alloh teh Ghoib manusa oge Ghoib.<br />
<br />
ASMA’UL HUSNA (Asma Gunti Alloh ) sadayana aya 99. Diringkeus jadi aya 5, diantarana bae :<br /><ul><li>ASMAUL DHAT</li><li>ASMAUL SIFAT</li><li>ASMAUL ASMA</li><li>ASMAUL AF’AL</li><li>ASMAUL JINSI</li></ul>
IMAN AYA TILU TINGKAT :<br /><ol><li>IMAN TAKLID : Iman tina beja batur.</li><li>IMAN IDLAL : Naek tinu ka hiji.</li><li>IMAN TAHKIK : Geus gembleng, geus yakin kana Dzat, Sifat, Asma jeung Af’alna Alloh Ta’ala.</li></ol>
<br />
BEDANA RIJALUL ALAM JEUNG RIJALULLAH<br />
Duanana oge sapangkat, nyaeta pangkat Senapati. Rijalul Alam : Nyaeta senapati Alloh anu ngagelarkeun Elmu Dohir nyatana elmu kadewaan. Ari asalna ti kanjeung Sayidina Anwar (Istijrad).<br />
Ari Rijalullah : Nyaeta senapati Alloh anu ngagelarkeun Elmu Agama, anu asalna ti kanjeung Syaidina Anwas (Mujizat). Duanana oge putra Nabi Sit A.S. incu ti kanjeung Nabi Adam sareng Babu Hawa.<br />
<br />
BEDANA ELMU ISTIJRAD JEUNG MUJIZAT<br />
Ari elmu istijrad mah teu sesah napaan, asal percaya oge geus cukup. Sedeng ari elmu mujizat mah kedah di galeuh ku ngirangan tuang leueut (Tirakat).<br />
<br />
SING TALITI – SING SIDIK<br />
<br />
NUR MUHAMMAD = ADAM HAKEKI = BABAKALNA ALAM DUNYA<br /><ol><li>
CAHAYA BEUREUM = NARUN = SENEU</li><li>
CAHAYA KONENG = HAWAUN = ANGIN</li><li>
CAHAYA BODAS = MAUN = CAI</li><li>
CAHAYA HIDEUNG = TURABUN = TANEUH/BUMI</li><li>KALIMA CAANGNA ALIP – LAM – LAM – HE = ALLOH ( ﺍﷲ )</li></ol>
DZAT – SIFAT – ASMA<br /><ul><li>NABI ADAM, PANGKATNA : HALIFATULLAHU</li><li>NABI ENUH, PANGKATNA : HABIBULLAHU</li><li>NABI IBRAHIM, PANGKATNA : HALILULLAHU</li><li>NABI MUSA, PANGKATNA : KALAMULLAHU</li><li>NABI ISA, PANGKATNA : ROHULLAHU</li><li>NABI MUHAMMAD, S.A.W. PANGKATNA : RASULULLAHU</li></ul>
Para Nabi kasebut diluhur parantos parupus, Para “Rasul” mah teuteup teu robah nepi ka kiamat oge, kumargi kitu urang keudah: SING APIK – SING TELIK<br />
CATETAN TINA BAGIAN HAK:<br />
RASULULLAH = RASA ALLAH<br />
RASA MANUSA = RASA SEJATI GHAIB<br />
RASA JASMANI = RASA PRIBADI<br />
<br />
Naon hartina DALIL – HADITS – IJMA – QIYAS<br />
DALIL = Pangandika Allah SWT<br />
HADITS = Pangandika Rasul<br />
IJMA = Pangandika para Wali jeung para muslimin / ulama<br />
QIYAS = Sategesna Akal.<br />
<br />
NAON ARI “ KAFIR “?<br />
KAFIR teh sategesna lain si itu, si eta, tapi nyaeta jalma anu jahat atina, di sagala bangsa oge aya tangtuna.</div><div style="text-align: justify;"><br />
DHAT – SIFAT ALLOH TEH = HAKEKATNA MUHAMMAD = SAJATINING SAHADAT = JOHAR AWAL = SAGARA HIRUP = BIBIT NYAWA SADAYANA.<br />
<br />
Tarekatna ngelmu teh = ngagunakeun akal sangkan Hainul Yakin.<br />
<br />
NAON BEDANA HIRUP JEUNG NYAWA<br />
Gusti Allah maparin Nyawa ka manusa teh dina urang mimiti ngabogaan rasa, nafsu, jeung kahayang. Nafsu anu opat perkara nyaeta : Nafsu Amarah, Loamah, Sawiyah, Mutmainah. Barang mimiti gubrag ka alam dunya. Sedeng ari Hirup mah geus ti beh ditu, dijero beuteung indung oge geus bisa usik (hirup suci).<br />
Ceuk Hadits :<br />
“MAN SOLA BILA MA’RIFATIN LAA TASINU SOLATUHU”<br />
Hartina : Singsaha jalma anu solat bari teu kalawan Ma’rifat, maka teu sah solatna.<br />
<br />
Sabda Nabi Muhammad SAW (Imam Gojali)<br />
<br /><b>
ﺍﻮﻠـﻮﺪ ﻴﻦ ﻤـﻌـﺮﻓــﺔ ﺍﷲ ﺗـﻌـﻼ</b><br />
AWALUDINI MA’RIFATULLAHI TA’ALA<br />
Hartina : Awal-awalna agama ku Ma’rifat heula ka Allah Ta’ala.<br />
<br />
Dawuhan Allah Ta’ala dina Qur’an Surat Al Hijir ayat 99 :<br />
WA BUDU ROBBAKA HATTA YA’TIYAKAL YAQINU<br />
Hartina : Kudu nyembah maneh ka Panggeran maneh teupi ka Yakin.<br />
<br />
Anu Ghoib diwujud manusa teh nyaeta : DHAT – SIFAT – ASMA ALLAH.<br />
Jadi hartina Ghoib teh sifat sifatna Hakekat.<br />
DHAT = HAKEKATNA ALLAH<br />
SIFAT = HAKEKATNA MUHAMMAD<br />
ASMA = HAKEKATNA ADAM<br />
AF’ALULLOH = Amanat Gusti Alloh, nyaeta suci atina, suci ucapna, suci lakuna. Samemeh urang ngawincik Gusti ngudag kanyataan Panggeran teh, perlu di kanyahokeun pertanyaan-pertanyaan dihandap ieu :<br />
- Naon hartina Agama?<br />
- Naon hartina Gama?<br />
- Naon hartina Hirup?, Hirup ku Hirupna – Hirup kunu Hurip.<br />
- Saha nu Hirupna?<br />
- Saha nu Hurip?<br />
- Naon hartina Qudrat?<br />
- Naon hartina Iradat?<br />
- Naon hartina nu Maha Suci?<br />
- Naon hartina Elmu?<br />
- Naon hartina diri Gama?<br />
- Manusa teh makhluk nu pang unggul-unggulna ti saantara makhluk. Naon unggulna manusa ti makhluk nu sejenna?<br />
- Naon bedana hirup urang jeung salian hirup ti urang?<br />
- Naon ari tetengger Agama Islam ?<br />
- Sajaba Rukun Islam jeung Rukun Iman, rukun naon deui anu di kanyahokeun deui ku urang?<br />
- Naon ari Rukun Agama Islam?<br />
- Naon ari Fardhuna Agama Islam?<br />
- Naon ari Saratna Islam?<br />
- Naon ari batalna Islam?<br />
- Dina kitab naon pepekna caritaan jeung prak-prakannana anu di parentahkeun ku hukum sara?<br />
<br />
Saparantos kajawab pertarosan-pertarosan diluhur perlu oge di emutkeun, margina aya perlu kanggo bahan kapayun nyaeta :<br />
- Para Nabi = Mu’jizat<br />
- Para Wali = Karamat<br />
- Para Mu’min = Syafa’at<br />
- Ahli Bid’ah = Ihana<br />
- Bangsa Kafir = Mujajilah<br />
<br />
Rek “Iman” ka Gusti Alloh?, Aos engke dina bagbagan “ Ngawincik Gusti “ ngudag kanyataan Panggeran.<br />
<br />
Alam Anu Tujuh :<br />
1.Alam Ahadiyat<br />
2.Alam Wahdat<br />
3.Alam Wahidiyat<br />
4.Alam Arwah<br />
5.Alam Mitsal<br />
6.Alam Ajsam<br />
7.Alam Insan Kamil<br />
<br />
DEMI PUJI AYA 4 (OPAT) HARKAT:<br />
1. PUJI : “KODIM ALAL KODIM”<br />
DALILANA : “LAILLAHA ILLA ANA”<br />
HARTOSNA : “EUWEH DEUI ALLAH LIAN TI KULA”<br />
<br />
2. PUJI : “KODIM ALAL HADITS”<br />
DALILANA : “NI’MAL ABDU INNAHU AWWABBUN”<br />
HARTOSNA : “PANG ALUSNA JALMA TEH ANU SABAR” GUSTI ALLAH MUJI KA ABDINA<br />
<br />
3. PUJI : “HADITS ALAL KODIM”<br />
DALILANA : “LAILLAHA ILALLAH”<br />
HARTOSNA : “EUWEH DEUI PANGGERAN ANU WAJIB DI SEMBAH ANGING GUSTI ALLAH ” TI ABDI MUJI KA GUSTINA<br />
<br />
4. PUJI : “HADITS ALAL HADITS”<br />
DALILANA : “JAEDUN KARIMUN”<br />
HARTOSNA : “JALMA MUJI KA JALMA DEUI”<br />
<br />
NGAWINCIK GUSTI<br />
Ngawincik Gusti ngudag kanyataan Panggeran teh, ku pirang-pirang hadits keung pirang-pirang dalil. Hadits teh saringeun deui, jeung dalil teh intipeun deui, diintip ciri-cirina, disaring sari-sarina, mun geus ka intip cirina sarta geus kasaring sarina, ciri teh jadi ciciren diri, sari teh jadi sarining budhi, budhi basa kanyataan, ciciren diri sajati.<br />
Ngawincik Gusti ngudag kanyataan Panggeran teh, lain pagawean anu gampang-gampang, lamun ku jelema anu nganggap bangga, sabalikna henteu gampang-gampang acan lamun ku jelema kakotektak jalan jalanna.<br />
Ngawincik Gusti ngudag kanyataan Panggeran teh, moal ka udag ku jalan apal-apalan jeung galur do’a-do’aan, henteu cukup ku kuru cileuh kentel peujit bae, tapi kudu kalawan dibarengan ku jalan “Kautamaan” nyaeta kautamaan lahir jeung batin.<br />
Ngawincik Gusti ngudag kanyataan Panggeran teh, kudu sing puguh galurna, sing nincak kana tapakna, nyaeta galur anu nuntun kana kujur, tapak anu nuduhkeun kana jalan, jalan cukang kautamaan, nungtun kana karahayuan, geusan kasalametan lahir batinna.<br />
Naon ari Gusti Alloh teh?<br />
Naon ari Panggeran teh?<br />
Anu bisa ngajawab ieu pertanyaan, ngan jalma anu geus nyaho kana hartina IMAN – TAUHID – MA’RIFAT – ISLAM (Islam teh Rukun Agama Islam )<br />
<br />
IMAN : Percaya kalawan yakinna<br />
TAUHID : Teuteup – ajeug – Jeujeug<br />
MA’RIFAT : Nyaho – Nyata – Teu samara<br />
ISLAM : Suci – Sumerah – Salamet<br />
<br />
Jalma anu percaya, anu geus tetep, anu geus nyaho jeung anu geus suci, tangtu nyata ka Panggeranana, tekadna jeung lampahna saimbang jeung iradatna anu kawasa, satuju jeung gusti Allah anu Maha Murah jeung Maha Asih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Uapama urang hayang nyaho kumaha Qudrat Iradatna Gusti anu Maha Murah jeung Maha Asih, urang kudu mapay heula tina bag-bagan “ELMU TAUHID”. Demi “Elmu Tauhid” teh nyokot patokanana tina kitab “USHULLUDIN”. Kitab Ushulludin teh, nyaeta anu medarkeun hal ihwal Agama Islam, ngadadarkeun kana kaayaan Panggeran, Gusti diwincik ku wiwitanana, Panggeran dipedarkeun dugi kawekasanana, ku perantara bagbagan “SIFAT 20 ALLOH”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
<br />
◙ PANYELANG<br />
Lain caang ti beurang, lain caang ti peuting, tapi caang anu dumeling. Lain caang panon poe, lain caang bulan purnama, tapi caang ati di sajeroning eling.<br />
<br />
DHATTULLOH : Nuduhkeun yen Gusti Alloh teh hiji/ tunggal.<br />
SIFATTULLOH : Nuduhkeun sagala pasifatan nu digelarkeun ku Gusti Alloh.<br />
AS’MAULLOH : Nuduhkeun kana pangjeunengan Gusti Alloh anu Murah tur Asih.<br />
AF’ALULLOH : Nuduhkeun kana padameulan jeung kakawasaan Gusti Alloh<br />
<br />
Dhattulloh : Anu ngayakeun Sifat<br />
Sifattulloh : Anu Ngayakeun Asma ALLOH<br />
Asma’ulloh : Anu ngayakeun Af’al<br />
<br />
Nu “Teu aya” teh saenyana mah “ aya” numatak aya “ngarana”. Sanajan disebut “Euweuh” oge saenyana mah henteu jauh tin u aya jauh. Wajib ayana mustahil “Euweuhna”. Sabab, sanajan euweuh nu aya, tetep moal euweuhna. Tah kitu sababna pang Gusti Alloh wajib ayana di mustahilkeun euweuh teh (AYA TEU KALEUNGITAN KU EUWEUH).<br />
<br />
NAON ARI AF’ALULLOH ?<br />
Af’alulloh nyaeta amanat Gusti Alloh, ka abdina. “Kudu suci tekadna, suci ucapna, jeung suci lampahna, jelema anu geus uninga ka Gusti, tangtu welas asih ka abdina. “Anu welas asih ka abdina, saolah-olah ngabakti ka anjeunana”.“Ulah waka ngaku tunggal jeung gusti upama encan welas asih kapapada makhlukna.<br />
<br />
DINA PANGAJARAN “ELMU MA’RIFAT” BISA DIBAGI KANA DUA BAGIAN :<br />
- MA’RIFAT AEN = Kakara basa jeung nyarita<br />
- MA’RIFATUL HAQ = Geus nyata, tetela jeung karasana.<br />
<br />
Lamun hayang nyaho, jeung bener ngarasa “Tunggalna kaula Gusti” kudu aya guru tuduh anu mursyid, sangkan ulah aya akhirna nepi ka bekas nyalahan, sabab dina ieu pangajaran henteu ngan saukur ku paribasa jeung carita bae, tapi kudu kalawan make “Praktek” nyaeta praktek pangajaran “Nunggalkeun” Kaula Gusti.<br />
Kitu lamun upama memang urang hayang ngudag pangajaran “Ma’rifatul Haq”, tapi upama ngan saukur ngudag pangajaran “Ma’rifatul Aen” mah cukup ku sasemet basa jeung carita bae.<br />
<br />
◙ PANYELANG<br />
Leuleupeutan leuleumeungan, dipalar kejo poena. Deudeukeutan reureujeungan jeung Alloh sapo-poena.<br />
<br />
Nerangkan Syahadat Para Rasul:<br />
1. RASUL NU KA HIJI NABI ADAM A.S<br />
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA ADAM HALIFATULLOH”<br />
Dawuhan Gusti Alloh : Maneh Adam dikersakeun ku Kami jadi utusan, tapi maneh ayeuna ulah hayang Ma’rifat ka Kami, kanyahokeun heula wujud maneh pribadi, sabab wujud maneh eta kanyataan ayana Kami.<br />
Kapan ceuk dalilna oge :<br />
“WALLAHU BATHINUL INSAN AL INSANU DOHIRULLAH”<br />
Artina : Jeung Alloh teh batinna manusa ari manusa dohirna Allah (di ibaratkeun wadah jeung eusina). Jeung maneh Adam kudu solat 2 (dua) roka’at, waktu subuh pikeun tumarima, hiji boga nyawa kaduana boga wujud.<br />
<br />
2. RASUL NU KA DUA NABI ENUH A.S<br />
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA ENUH HABIBULLOH”<br />
Dawuhan Gusti Alloh : Maneh Enuh dikersakeun ku Kami jadi utusan, tapi maneh ayeuna ulah hayang Ma’rifat ka Kami, kanyahokeun bae heula denge maneh pribadi, sabab denge maneh eta Pangdenge Kami.<br />
Kapan ceuk dalilna oge : “SAMI WAL SAMIAN”. (Artina : Ceupil jeung Pangdanguna ). Jeung maneh kudu solat waktu duhur lobana 4 (opat) roka’at, sing tarima boga dua ceupil jeung dua suku.<br />
<br />
3. RASUL NU KA TILU NABI IBRAHIM A.S<br />
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA IBARAHIM HALILULLOH”<br />
Dawuhan Gusti Alloh : He Ibrahim Maneh dikersakeun ku Kami jadi utusan, tapi montong hayang Ma’rifat ka Kami, kanyahokeun bae heula paninggal maneh pribadi, sabab paninggal maneh eta Paninggal Kami.<br />
Kapan ceuk dalilna oge : “BASHIR WAL BASHIRAN”. (Artina : Soca jeung Paninggalna ). Jeung prak maneh kudu sujud, solat waktu ashar lobana 4 (opat) roka’at, kudu tarima ngabogaan dua siki mata jeung dua leungeun kenca katuhu.<br />
<br />
4. RASUL NU KA OPAT NABI MUSA A.S<br />
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA MUSA KALAMULLOH”<br />
Dawuhan Gusti Alloh : He Musa Maneh dikersakeun ku Kami jadi utusan aing pribadi, tapi montong hayang nyaho kana Dhat-Sifat Aing, kanyahokeun heula pangucap maneh pribadi, sabab pangucap maneh eta Pangucap Kami.<br />
Kapan ceuk dalilna oge: “KALAM WAL MUTAKALIMAN”. (Artina: Ucap jeung Nu ngucapkeun ). Jeung prak maneh geura solat waktu maghrib lobana 3 (tilu) roka’at, sabab saperkara boga baham, kaduana boga lisan, katiluna boga ati.<br />
<br />
5. RASUL NU KA LIMA NABI ISA A.S<br />
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA ISA ROHULLOH”<br />
Dawuhan Gusti Alloh : Maneh Isa dikersakeun ku Kami geus jadi utusan Kami, tapi teu kudu hayang nyaho kana Dhat Kami, kanyahokeun bae heula Napas maneh pribadi, sabab Napas eta kanyataanana hirup Kami Kami.<br />
Prak maneh geura solat Isa 4 (opat) roka’at, lantaran di maneh eta ngabogaan 2 (dua) liang irung, katiluna Nafas, nu kaopat geutih, geus bukti sabab lamun geutihna lampus, nafasna oge moal aya.<br />
<br />
6. RASUL NU KA GENEP NABI MUHAMMAD S.A.W<br />
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA MUHAMMAD RASULULLOH”<br />
Dawuhan Gusti Alloh : He Muhammad Maneh teh utusan Kami, ka Kami maneh kudu Ma’rifat, sabab maneh anu pang deuheusna,<br />
Kapan ceuk dalilna oge : “AL INSANU SIRI WA ANA SIRUHU”. (Artina : Sategeusna maneh Muhammad rasa Kami, jeung Kami teh rasa anjeun) kapan pangkatna oge Muhammad – Rasululloh,. Ieu kami mere Buroq pikeun engke ngadeuheus ka hadirat Kami, Jeung turun ka anak incu, terus ka para Wali sadayana, Muslimin para Aulia, nu menang pitulung Gusti, malah nepi ka poe Qiyamah.<br />
<br />
Tingali lafadna Nabi-nabi : Adam, Enuh, Ibrahim, Musa, Isa. Sadayana teu ngangge tasjid ( ), iwalti Nabi Muhammad, sami sareng lafad Alloh, netelakeun carita teu aya deui, yen Nabi Muhammad anu dipaparin Konci keur ngadeuheus ka Hyang Agung. Jadi sanajan ayeuna umat Nabi, tangtu bisa, lamun kapanggih “Tasjidna” asal suhud neanganana, dibeulina ku prihatin, tirakat mutih puasa sareng dibarengan ku TEKAD – UCAP – LAMPAH anu suci. Mangga lenyeupan. Saur sepuh : “KERIS MANJING WARANGKA, WARANGKA MANJING CURIGA”.<br />
<br />
Catetan: Ngelmu teh kudu : KAPANGGIH – KAHARTI – KARASA - Jeung NYATA<br />
KAPANGGIH Pituduhna<br />
KAHARTI Maksudna<br />
KARASA Eusina ALLOH<br />
NYATA Ayana<br />
<br />
Teangan jalanna (Tarekat) nyaeta carana keur nunggalkeun Kawula jeung Gustina.<br />
Nyaeta : REP SIDAKEP TUNGGAL, AMATENI PANCAINDERA, NUTUP BABAHAN HAWA SANGA – SIRNA RASANA – BUNGAH MANAHNA (MATENI PATANG PERKARA).<br />
<br />
Ulah nunjuk anu jauh, ulah neang anu anggang, cukcruk badan sakujur, kotektak awak sorangan, sing terbuka, sing kapanggih, karampa sarining rasa, cirri diri anu sajati.<br />
KARATON YANG MANON, Tegesna, Dhar Yang Agung = Baetulloh anu sajati tempatna ngahampura dosa, teu di kulon, teu di kidul, teu di kaler, teu di wetan, teu di luhur, teu dihandap, tapi dina hate anu suci. (QOLBU MU’MININA BAETULLOH).<br />
Ingeut ! Ulah nuduh ka Alloh kana wujud, da Alloh mah teu beunang disaruakeun jeung naon bae nu aya di ieu dunya, Kapan ceuk dalilna oge : “LAESA KAMISLIHI SYAE’UN”.<br />
Sumawonna make nyamarutkeun kana dirina mah, hukumna oge kufur. Manusa mah teu daya teu upaya, kapan “LAHAWLA”.<br />
Urang wajib neda dihampura ku Alloh, tapi Alloh moal waka ngahampura dosa urang, lamun indung bapa urang henteu ngahampura.<br />
Lamun urang henteu Ma’rifat ka Alloh, kana Dhat, Sifat-na Gusti, bisa jadi “Akbarna geu meureun kamana mendi, hare hare ngaler ngidul.<br />
Ulah gampang-gampang nyalahkeun kana kaayaan nu lian, lantaran itu ieu oge acan tangtu, et amah anging Alloh anu Maha Uninga.<br />
Ulah hayang kapuji, lantaran jalma anu resep di puji teh, batinna rugi.<br />
Ulah bosen-bosen nanyakeun lamun aya anu teu ngarti, sabab loba tatanya teh teu aya gorengna, sarua jeung ngumpul-ngumpul bahan keur naekeun darajat pribadi.<br />
Ulah adigung-adiguna, ieu aing pang akangna, boga rasa pinter aing teu deugeun, bisi ti soledat anu akhirna matak kawalat.<br />
Sajabina ti eta urang kudu boga : TATA-TITI, SOPAN SANTUN, JEUNG DUDUGA PERYOGA. Kudu dipake.<br />
Gusti wajib dipuji, Ibu rama wajib dipunjung dipuja, (Ka Alloh urang sumembah, ti Ibu rama ngalap mulus rahayuna sareng berkah salametna.<br />
Sirik pidik, jail kaniaya, hiri deungki ka batur, keur silih tulungan, silih titipkeun nya diri, budi akal lantaran ti pada jalma. Ulah sok panasan ku milik batur, matak ngarerab hate sorangan. Jalma kudu rea batur, keur silih tulungan, silih titipkeun nya diri budi akal lantaran ti pada jalma.<br />
Eling-eling mangka eling rumingkang di bumi alam darma wawayangan bae, raga taya pangawasa, hirup katungkul ku pati, paeh teu nyaho dimangsa.<br />
(HIRUP NU NGABOGAAN PATI – PAEH TEU NYAHO DIMANGSA).<br />
Nafsu nu matak kaduhung badan anu katempuhan. Nu teguh ngukur ka kujur, ingkar ti takabur, betah nimbang-nimbang awak, pasti maksudna katewak.<br />
<br />
PANGAJARAN ELMU SAREAT, TAREKAT, HAKEKAT, MA’RIFAT<br />
Urang bantun anu pangringkeusna bae, ringkeus diringkeuskeun deui. Sanaos kitu, ari ku jalmi anu berbudi sareng anu berakal mah tangtos ka judi ku ati, tiasa enggal ka paham ku manah, caang padang narawangan, kasasar “Inti sarina”, terbuka jalan anu sampurna, patokan hirup mulus hurip mukhlis, ulah hirup kusut hurip rujit.<br />
<br />
PATOKAN ELMU SAREAT<br />
- Kudu nurut kana parentahna Gusti Alloh.<br />
- Ulah saomong-omongna.<br />
- Ulah satenjo-tenjona.<br />
- Ulah sok sadenge-dengena<br />
- Ulah sacokot-cokotna.<br />
<br />
PATOKAN ELMU TAREKAT<br />
- Kudu nganyahokeun dawuhannana Gusti Alloh.<br />
- Kudu nyaho nu perlu jeung nu teu perlu di omongkeun.<br />
- Kudu nyaho nu perlu jeung nu teu perlu di tenjo.<br />
- Kudu nyaho nu perlu jeung nu teu perlu di denge.<br />
- Kudu nyaho nu perlu jeung nu teu perlu di cokot.<br />
<br />
PATOKAN ELMU HAKEKAT<br />
- Kudu nyaho bener ka Gusti Alloh.<br />
- Kudu ngomong anu bener.<br />
- Kudu nenjo anu bener.<br />
- Kudu ngadenge anu bener.<br />
- Kudu nyokot anu bener.<br />
<br />
PATOKAN ELMU MA’RIFAT<br />
- Kudu sing nyaho bener tunggalna Kawula Gusti.<br />
- Kudu sing nyaho bener bedana anu hade jeung anu goreng.<br />
- Kudu sing welas jeung asih kapapada makhlukna.<br />
- Kudu panjang ingetan, kudu boga wiwaka pamilih.<br />
- Kudu campleng wawanen, pengkuh ngukuhan kanyataan.<br />
<br />
MA’RIFATNA IMAN AYA 5 (LIMA) RUPA<br />
1. IMAN TAKLID = Nyaeta iman anu masih ula ilu (tuturut munding)<br />
2. IMAN ELMU = Nyaeta iman anu hasil tina pangaweuruh / Guguru.<br />
3. IMAN AYAN = Nyaeta iman anu geus teu samara-samar deui ( Ma’rifatul Aen)<br />
4. IMAN YAKIN = Nyaeta iman anu geus yakin kana Dhat, Sifat, Asma, Af’al-na Gusti Alloh Ta’ala (Ma’rifatul Yakin).<br />
5. IMAN HAK = Nyaeta iman anu geus murakabah, nyaeta anu geus bisa netepkeun kana sajatina Niat, nyatana : BILLAHI, FILLAHI, LILLAHI, MINALLAHI, ILALLAHI.<br />
<br />
NGEUNAAN ROH AYA 7 (TUJUH) RUPA<br />
- ROH NABATI<br />
- ROH HEWANI<br />
- ROH RABBANI<br />
- ROH RAHMANI<br />
- ROH IDLOFI<br />
- ROH JASMANI<br />
- ROH ROHANI<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b>BAB II SHOLAT</b></span><br />
SHOLAT TEH AYA 2 (DUA) BAGIAN:<br />
1. SHOLAT ISTILAH<br />
2. SHOLAT LOGAWI<br />
<br />
SHOLAT ISTILAH<br />
Demi solat istilah, nyaeta solatna badan anus ok biasa dipigawe sapoe sapeuting 5 waktu tea nyaeta : Subuh, Lohor, Asar, Maghrib, Isa.<br />
Kapan dina dalilna oge :<br />
“AQWALUN WA AF’ALUN MUFTAHATUN BI TAKBIRI MUFTAHATUN BI TASLIMI”<br />
Anu hartosna : Solat anu dimimitian ku takbiratul ikhram, jeung ditungtungan ku aweh salam.<br />
Syarat-syaratna Solat Istilah eta aya 15 perkara :<br />
- Islam<br />
- Pinter<br />
- Manjing waktuna (Baleg)<br />
- Nyaho kana fardhu jeung kipayahna.<br />
- Ulah nyunatkeun nu perlu jeung sabalikna.<br />
- Suci badanna<br />
- Suci prakprakanana.<br />
- Buni oratna.<br />
- Madep ka Kiblat.<br />
- Ulah ngomong salian ti anu dibaca<br />
- Ulah aya gawe anu sejen<br />
- Ulah baranghakan<br />
- Ulah mangmang hate.<br />
- Ulah megatkeun solat<br />
- Ulah batal solat.<br />
<br />
Ari Fardhuna Solat aya 5 Perkara :<br />
1. Takbiratul Ikhram<br />
2. Fatihah<br />
3. Atahiyat<br />
4. Sholawat<br />
5. Salam<br />
<br />
Ari Mukaranahna Solat aya 4 Perkara :<br />
1. IHRAM = Ngaleungitkeun guruhna dunya<br />
2. MI’RAJ = Dumeheus teu karana lengkah<br />
3. MUNAJAT = Unjukan teu karana ucap<br />
4. TUBADIL = Cul pagawean nu sejen, tetep solat kari solat.<br />
<br />
Lantaran sagala dicokot ringkesna, babacaanana jeung prakprakanana solat Istilah didieu teu dicaritakeun. Pangna urang wajib solat anu lima waktu teh nurutkeun “Hukum Sara” mah kieu : TUMARIMA URANG DIGELARKEUN KA ALAM DUNYA KU NU MAHA SUCI TEH, KUDU AYA TANDANA, DEMI TANDANA NYAETA KU RUPA SOLAT ANU LIMA WAKTU TEA.<br />
Ari hartina solat istilah teh : Pangabakti ka Gusti Nu Maha Suci ngemban dawuhan Panggeran. Pangna diayakeun sapoe sapeuting 5 waktu the, nyokot tina tangtungan wet anu di ayakeun ku “Hukum Islam”, nyaeta rukun anu lima tea.<br />
Nurutken paham mah solat istilah teh ngandung harti anu kacida pisan pentingna, penting kana bagian lahir, oge penting kana bagian batin. Jadi solat anu lima waktu teh, bisa dibagi kana dua bagian nyaeta : WET LAHIR jeung WET BATIN.<br />
<br />
WET LAHIR<br />
Wajib sakabeh umat kudu berseka, berseka leungeun, sungut, irung, ceuli, suku, berseka badan khususna, sabab samangsa-mangsa sehat pikiranana tangtu sehat uteukna jeung saterusna.<br />
Wudhu teh nyaeta saolah-olah pangajaran nitah urang supaya mindeng ngumbah leungeun, mindeung kekemu, mindeung ngumbah irung, mindeung ngumbah beungeut, mindeung ngumbah ceuli, mindeung ngumbah suku, malah alusna pisan mah sing getol mandi bari ngaruruan daki.<br />
Oge lain arek solat bae wajib ngumbah leungeun teh, tapi arek dahar oge wajib ngumbah leungeun the ; lain arek solat bae wajib kekemu teh, tapi entas dahar oge wajib kekemu ; lain areka solat wae ngumbah irung teh, tapi ari aya kokotor mah wajib disusut.; lain arek solat wae wajib ngumbah ceuli teh, tapi ari aya kokotor mah wajib dibersihkeun; lain arek solat bae wajib ngumbah suku teh, tapi lamun asup ka imah oge teu aya halanganana ngumbah suku ; lain arek solat wae wajib kekebut teh, tapi arek sare oge wajib kekebut jeung saterusna. Kujalan kitu, badan rawuh paparabotanana bisa sehat salilana, sarta upama bener diturut anu kasebat di luhur, tangtu barudak pasantren atawa budak anu sejenna ditanggung moal aya anu barudug (baca saratna solat ti nomer 1 nepi ka nomer 9).<br />
<br />
WET BATHIN<br />
Wajib sakabeh umat teh kudu ngaraksa jeung ngariksa, Nyaeta ngaraksa leungeun bisi barang cokot lain cokoteunana; kudu ngaraksa sungut tina ucap, bisi ngucapkeun lain ucapeunana; kudu ngaraksa irung tina ambeuan bisi nu di ambeu eta lain ambeueunana; kudu ngaraksa ceuli tina dedengean, bisi nu didenge teh lain dengeeunana; kudu ngaraksa suku tina lengkah, bisi anu dilengkahkeun eta lain lengkaheunana; jeung saterusna. Kujalan kitu tangtu pikiranana, bisa solat salilana, samangsa-mangsa sehat pikiranana, tangtu sekeut uteukna, sarta upama bener diturut sakumaha anu kasebat diluhur, tangtu barudak pasantren atawa budak sejenna moal aya anu parasea, sumawona nepi ka maseaan Indung Bapa mah. (Baca saratna solat tina nomer 10 nepi ka nomer 15).<br />
<br />
SHOLAT LOGAWI<br />
Demi solat “LOGAWI” teh nyaeta solatna Hakekat anu teu digeret ku waktu, teu di wares wangeunan ku jaman.<br />
Kapan saur dalilna oge :<br />
LAWAKTAN WALA HADDAN WALA JIHATAN WALA BIJAMANIN WALA BIRUKUN WALA BIJUDIN KOALBAHRI<br />
Hartosna :(Sholat) teu aya waktuna, teu di wates wangeunan, teu aya tempatna, teu aya jamanna, teu aya rukuna, teu aya sujudna, ngemplang saperti sagara dina lautan.<br />
<br />
KABEH SOLAT LOGAWI TEH AYA 4 (OPAT) :<br />
1. SHOLAT WUSTO<br />
2. SHOLAT DAIM<br />
3. SHOLAT HAJI<br />
4. SHOLAT ISMU ADAM<br />
<br />
Hartosna SHOLAT WUSTO<br />
Nyaeta ngabaktina solat ka Gusti Alloh teh saban kaluar kajerona “Napas”, kaluar inget “Nafi” kajero inget “Isbat” nyaeta nyumponan lapad “LAILAHA ILALLOH”. Dina saringkak sarigig, diuk nangtung leumpang ngadeg teh teu aya deui anu dipieling anging Gusti Alloh, sarta eta ngagunakeun elingna kalawan yakin, Yen teu aya deui anu wajib disembah anging Gusti Alloh.<br />
<br />
Hartina SHOLAT DAIM<br />
Nyaeta ngabaktina ka Gusti Alloh teh saban usikna “Hate” sausik malikna ati teu aya deui anu di pieling, anging Gusti Alloh, saucapna, satekadna, salampahna, dibarengan ku tumarima kana kamurahanana jeung pangasihna Gusti Alloh. Dina sajero ngabakti nyumponan dalil : “FA’BUDHU WATAWAKKAL ALAIHI”, nyaeta ngabaktina teh ka anjeuNa, jeung sumerah diri oge ka anjeuNa.<br />
<br />
Hartina SHOLAT HAJI<br />
Nyaeta ngabaktina ka Gusti Alloh teh saban usikna “Ati” obahna “Manah” sarengkak saparipolah teu aya deui anu di pieling anging Gusti alloh, sarengkak, sarigigna, saucapna, satenjona, sadengena, saambeuna, satekadna, salampahna, teu tinggal ti Alloh. Nu katenjo, nu kadenge, nu di ucapkeun, anu dilampahkeun teh anging Alloh, nyumponan kana dalil :<br />
“U’BUDILLOH KAANAKATARAHU FAIN LAMTAKUN TARUHU FAINAHU YAROKA”<br />
Nyaeta: ngabaktina ka Gusti Alloh teh saperti ningali ka AnjeunNana, anjeunNa ningali ka maranehanana.<br />
Gawena welas asih ka sakur dadamelanana Gusti Alloh, nyaah ka sasama kaula, sabab netepkeun Tunggalna nu katingal jeung nu ningal.<br />
<br />
Hartina SHOLAT ISMU ADAM<br />
Nyaeta ngabaktina ka Gusti Alloh teh, lain bae ngan saukur sausik malikna “Ati” saobahna “Manah” bae, tapi salirikna “Sir”, sagedagna “Rasa”, Sir ngabakti ka Nu Maha Suci, Rasa kumawula ka Gusti anu Kawasa, Roh madep maring Dhat anu Kawasa, Sukma madep maring Dhat kang Maha Suci, sir nu asih karep nu langgeng, wis teguh mulaning teguh, teguh anu matak hayu, hayu kuciptaning teguh, nyumponan kana dalil :<br />
“AL ISANU SIRI WA ANNA SIRRUHU”<br />
Hartosna : Manusa teh rusiahna Panggeran, Panggeran teh rusiahna manusa, nu salilana jadi abdi, moal nyaho rusiahna Gusti, nu hayang nyaho rusiahna Gusti kudu sakola heula “ Karaton ka Gustian”. Sabab ngan Gusti pribadi anu uninga kana rusiahna Gusti.<br />
Kapan ceuk dalilna oge:<br />
“FAMAN KANA YARJU LIQOOA ROBBIHI FALYA’MAL A’MALAN SYALIHAN WALA YUSRIK BI IBADATIHI ROBBIHI AHADAN”.<br />
Hartosna : Saha-saha anu percaya, manehna bakal papanggih jeung panggeranana, manehna kudu ngalampahkeun amal anu hade sarta ulah nyaruakeun naon-naon ka Panggeranana tina ngalampahkeun parentahanana.<br />
<br />
LENYEPANEN<br />
Solat ISTILAH teh solatna badan, ngemban dawuhan Panggeran nepungkeun ti abdi ka Gustina.<br />
Solat LOGAWI teh solatna batin, ngemban dawuhan Panggeran nunggalkeun kawula jeung Gustina.<br />
Kumpulna solat ISTILAH jeung LOGAWI teh, saolah-olah kumpulna ibadah Alamul Asghor jeung Alamul Akbar, nyaeta kumpulna ibadah kasakur anu kumelip di dunya kabir jeung dunya sogir.<br />
Hartina: Manusa anu kasebut “Alam Sogir” teh, anu baris nyubadanan ibadahna sakabeh makhluk, kayaning: Bumi, bentang, srangenge, sawarga, naraka, arasy, kursi, bumi ka 7, jeung langit ka 7. pangna nyubadanan kana sakabeh makhluk, sabab manusa anu kasebut “Alam Asghor” teh kumpul kabeh pepekna kana kaayaan Alamul Akbar aya dibadan manusa saperti : 7 lapis bumi, 7 lapis langit, bulan, bentang, srangenge, tatangkalan, sasatoan, sawarga, naraka, arasy kursi. Jeung saterusna.<br />
<br />
RINGKESNA<br />
Sareatna solat teh : Nyanggakeun sembah ti kawula ka Gustina nyaeta anu sapoe sapeuting 5 waktu tea.<br />
Tarekatna solat teh : Dumeuheus ti kawula ka Gustina, nyaeta nepangkeun abdi ka Gustina.<br />
Hakekatna solat teh : Nunggalkeun ti kawula ka Gustina, nyaeta rep sidakep sinuku tunggal.<br />
Ma’rifatna solat teh : Tunggalna kawula jeung Gustina, nyaeta amateni “Panca Indera” nutupi babahan hawa sanga, sirna rasana, bungah manahna.<br />
SOLAT SAREAT Nyumponan pangajaran IHRAM<br />
SOLAT TAREKAT Nyumponan pangajaran MI’RAJ<br />
SOLAT HAKEKAT Nyumponan pangajaran MUNAJAT<br />
SOLAT MA’RIFAT Nyumponan pangajaran TUBADIL<br />
Dina hiji ibadah kudu aya bae fanana, fanana dina hiji-hiji pangajaran nurutkeun kumaha tahapanana pangajaran anu keur dipaju.<br />
<br />
Demi martabatna fana bisa dibagi kana 4 (opat) bagian :<br />
1. FANA FIL AF’AL<br />
2. FANA FIL AS’MA<br />
3. FANA FIL SIFAT<br />
4. FANA FIL DHAT<br />
<br />
Pangajaran IHRAM kaasup kana bagian FANA FIL AF’AL<br />
Pangajaran MI’RAJ kaasup kana bagian FANA FIL ASMA<br />
Pangajaran MUNAJAT kaasup kana bagian FANA FIL SIFAT<br />
Pangajaran TUBADIL kaasup kana bagian FANA FIL DHAT<br />
<br />
Nu FANA FIL AF’AL ngarasa kahutangan lamun heunteu SOLAT.<br />
Nu FANA FIL ASMA ngarasa kahutangan lamun heunteu KHUSYU.<br />
Nu FANA FIL SIFAT ngarasa kahutangan lamun heunteu KHUSYUSIL KHUSYU.<br />
Nu FANA FIL DHAT ngarasa kahutangan lamun heunteu MA’RIFAT.<br />
<br />
Dalilna Nu FANA FIL AF’AL : “LA FAILA ILALLAH” (Hartosna : Henteu aya anu ngadamel anging Gusti Alloh.<br />
Dalilna Nu FANA FIL ASMA : “LA MATLUBU ILALLAH” (Hartosna : Henteu aya deui anu dipikaresep anging Gusti Alloh.<br />
Dalilna Nu FANA FIL SIFAT : “LA MABUDHU ILALLAH” (Hartosna : Henteu aya deui wajib disembah anging Gusti Alloh.<br />
Dalilna Nu FANA FIL DHAT : “LA MAWJUDA ILALLAH” (Hartosna : Henteu aya deui anu maujud anging Gusti Alloh.<br />
<br /><span style="font-size: large;"><b><br />BAB III PUASA</b></span><br />
Dina sataun sakali, nyaeta dina bulan romadhon sakur kaum islam diwajibkeun puasa. Ari martabatna puasa eta aya 3 (tilu) perkara :<br />
1. PUASA UMUM = Puasa anu biasa saban bulan Ramadhan<br />
2. PUASA KHUSUS = Puasana jalma pilihan.<br />
3. PUASA KHUSUSIL KHUSUS = Puasa sapapanjangna.<br />
<br />
HARTINA PUASA UMUM<br />
Demi anu dingaranan puasa umum teh nyaeta : Puasa anu di parentah keun ku “Hukum Syara” dina sataun sakali, saban-saban dina bulan Ramadhan. Syaratna puasa teh nyaeta nyegah dahar, nyegah nginum, nyegah nyapek raheum jeung sajabana. Wajib puasa jeung sunatna puasa umum the lengkep diterangkeun dina Kitab Fikih, sangkan dianggap sah puasana, kudu di niatan anu bener.<br />
<br />
HARTINA PUASA KHUSUS<br />
Demi anu dingaranan puasa khusus teh nyaeta : Jaba ti nyegah dahar, nyegah udud, nyegah nginum jeung capek rahem the, nyegah pangajakna leungeun, tina ngucap jeung ngomong nu teu aya perluna, nyegah tina pangajakna pangrungu anu sakira-kira teu aya manfaatna, nyegah tina pangajakna panenjo mata anu sakira teu aya hasilna, nyegah tina pangajakna suku anu sakira-kira matak mawa ma’siat kana kalakuan.<br />
<br />
HARTINA PUASA KHUSUSIL KHUSUS<br />
Demi anu dingaranan puasa khusus teh nyaeta : Jaba ti nyegah pangajakna panca indera anu lima, oge nyegah tina sagala kamaksiatan batin, saperti : Syirik, pidik, jail, kaniaya, aral subha, munafek, ngunek-ngunek, ujub, ria, takabur, gumede, tara ngalamun teu puguh, tara berewit, delet, sulit ati, belang bayah, tara ngumandeuar, rumahuh, miara kasusah.<br />
Lamun ieu nu 3 bagian puasa teh kuurang diringkeuskeun, bisa dibagi 2 bagian, nyaeta :<br />
1. PUASA LAHIR<br />
2. PUASA BATHIN<br />
<br />
Nu kaasup kana puasa “Lahir” nyaeta puasa umum jeung puasa khusus. Sedengkeun anu kaasup kana puasa “Bathin” nyaeta puasa khususil khusus.<br />
<br />
SAMPURNANA PUWASA LAHIR AYA 5 PERKARA :<br />
1. Ngaraksa sungut tina ambeuk, ngupat, pasea, ngageuhgeuykeun jeung ngomong anu jorang.<br />
2. Ngaraksa panon tina pangdeuleu nu dicegah ku Sara, babakuna nenjo barang anu lain hakna.<br />
3. Ngaraksa ceuli tina pangdenge, ngadengekeun anu ngupat simuat, nu parasea, pendek ngaraksa tina sagala rupa dedengean nu matak ria.<br />
4. Ngaraksa panyipta, dina sajeroning keur puasa teh ulah nyipta-nyipta pibukaeun, sumawona bari jeung ngumpul-ngumpulkeun dahareunmah, dina bukana kudu saaya-aya bae, ulah makmak mekmek sapedah tas kosong.<br />
5. Puasa kalawan ikhlas, sarta kudu nyaho kana paedahna puasa.<br />
<br />
SAMPURNANA PUWASA BATHIN AYA 20 PERKARA :<br />
- Ulah ngalajur nafsu<br />
- Ulah gede ambeuk<br />
- Ulah ngomongkeun batur<br />
- Ulah nyieun teu ngeunah ka batur<br />
- Ulah nyieun susah ka batur<br />
- Ulah sirik kana kaayaan batur<br />
- Ulah ujub ria takabur<br />
- Ulah cawadan<br />
- Ulah teu payaan<br />
- Ulah aral subaha<br />
- Ulah miara kasusah<br />
- Ulah nguluwut kabingung<br />
- Ulah embung dihina<br />
- Ulah umanggul hayang kapuji<br />
- Ulah hawek<br />
- Ulah ngalamun teu puguh<br />
- Ulah eraan leuwih ti misti<br />
- Ulah pahereng parasea jeung batur<br />
- Ulah kebluk beuki sare<br />
- Ulah gembul kalahkah baranghakan<br />
<br />
20 hal eta ngarujuk kana Dalil :<br />
“LATAHAROKUL JASADU ILLA BI IDZNILLAH, WA LATAHAROKUL ROHU ILLA BI IDZNILLAH”.<br />
Hartosna: Obah usikna jasad ku Roh, jeung obah usikna Roh ku Gusti Alloh.<br />
<br />
“WATTAQULLOHA WAYU’ALIMUKUMULLOHU”<br />
Hartosna : Jeung kudu takwa maraneh (ngabersihkeun kokotor lahir batin) engke maraneh dipaparin elmu ku Alloh.<br />
<br />
“AM KAEFA ILLALLOHU WAHUWA MUKBALUN BISAHWATIHI”<br />
Hartosna : Kumaha rek bisana lumampah nepungan Panggeranna, sedeng maranehna oge diringkus ku hawa nafsuna.<br />
<br />
JADI INTI TINA HAKEKAT PUASA<br />
Lamun lirapkeun kana sejatina puasa, hakekat puasa aya 2 larapan :<br />
1. Puasa lamun dilarapkeun kana unsur diri dibagi kana 7 bagian, nyatana :<br />
- Puasana Badan nyaeta kudu handap asor/depe-depe.<br />
- Puasana Hate nyaeta mengkek sagala kahayang<br />
- Puasana Nafsu nyaeta nyabarkeun diri<br />
- Puasana Nyawa nyaeta temen/syuhud<br />
- Puasana Rasa nyaeta bertindak utama<br />
- Puasana Nur nyaeta susuci<br />
- Puasana Atma nyaeta awas lan waspada<br />
<br />
2. Puasa lamun dilarapkeun kana unsur wujud dibagi kana 7 bagian, nyatana :<br />
- Puasana Panon nyaeta kudu melek (ngurangan sare).<br />
- Puasana Ceupil nyaeta nyegahan nafsu<br />
- Puasana Irung nyaeta ngurangan nginum<br />
- Puasana Baham nyaeta ngurangan dahar<br />
- Puasana Parji nyaeta nyegahan syahwat<br />
- Puasana Leungen nyaeta nyegahan tunggal teunggeul, cocorokot anu lain hakna<br />
- Puasana Suku nyaeta tunda langkah kana laku goreng<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b>BAB IV SYARAT–SYARAT NGAIKHWANKEUN</b></span><div style="text-align: justify;"><b>ﻄﻠﺐ ﺍﻠﻌﻠﻢ ﻓﺮﻴـﻀـﺔ ﻋـﻠﻰ ﻜﻞ ﻤﺴﻠﻤ ﻮﻤﺴﻠﻤﺔ ﻤﻦﺍﻠﻤﻬـﺪﺍﻠﻰﺍﻠﻠﺤﺪ</b></div>
Thalabul Ilmi Fharidatun A’la Kulli Muslimin wal Muslimat Minal Mahdi I’lallahdi<br />
“Nyiar Elmu teh eta wajib ka satiap jalma Islam lalaki jeung Islam awewe ti mimiti aya dina aisan nepi ka sedong kubur (maot) (H. Riwayat Bukhari wal Jama’ah)<br /><br />
Saur Pangandika Rasulullah SAW<div style="text-align: justify;"><b>ﺍﻠﻌـﻠﻢﻋـﻠﻤﺎﻦ؛ ﻋـﻠﻢ ﻓﻰﺍﻠـﻘـﻠﺐ ﻓـﺰﺍﻚﺍﻠـﻌـﻠﻢﺍﻠﻧﺎﻓـﻊ، ﻮﻋـﻠﻢﻋﻠﻰﺍﻠﻠﺴـﺎﻦ ﻓـﺯﺍﻚ ﺤـﺠـﺔ ﻋـﻠﻰ ﺍﺒـﻦ ﺍﺪ ﻢ</b></div>
Al-Ilmu Aliman : Ilmun Fii Qalbi Fazaaka Ilmunnaafi, Wa Ilmun Alal’lisaani Fazaaka Hujjattun A’la Abni Adam<br />
<br />
Anu hartosna : “Ari elmu teh aya dua rupa :<br />
1. Elmu dijero ati, saestuna eta teh elmu-elmu anu berguna.<br />
2. Jeung elmu anu ayana dina ucapan, tapi eta mah ngan saukur jadi hujah pikeun turunan bangsa Adam (ngan sakadar ngaramekeun dunya wungkul).<br />
<br />
Sabda Rasulullah SAW :</div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"><b>ﻠـﻠـﻌﺎ ﻟﻢ ﺜـﻼ ﺜـﺔﻋـﻟـﻮﻢﻋﻠﻢ ﻇﺎﻫـﺮﻴـﺒـﺬ ﻠﻪﻻﺀﻫﻞﺍﻠﻇﺎﻫـﺮﻭﻋـﻠﻢ ﺒـﺎﻄﻦﻻﻴـﻧﺒﻐﻰﺍﻆﻬﺎﺮﻩﺍﻻﻻﻫـﻠﻪ ﻭﻋـﻠﻢ ﺒـﻴـﻧﻪ ﻭﺒـﻴـﻦ ﺍﷲﻻ ﻴـﻇﻬـﺮﻩﻻﺀ ﺤﺪ</b></div>
LIL ALMI SALASATU ULUUMIN ILMUN DHOHIRUN YUBDILUHU LI AHLI DHOHIRI WA ILMU BATHIN LAYAN BAGI I’DHARUHU ILLA LI A’HLIHI WA ILMUN BAINAHU WABAYINALLAHI LAYUDHIRUHU LI A’HADIN<br />
<br />
Ilmu terbagi pada 3 (tiga) macam:<br />
1. Ilmu Lahir Satemenna eta ilmu teh disampaikeun ka balarea secara umum. (Ilmu Umum)<br />
2. Ilmu Bathin Nyaeta elmu nu teu sakuduna disampaikeun secara luas kecuali ka ahlina (nu boga minat pikeun mempelajarina) (Ilmu Khusus)<br />
3. Ilmu Antarana Jeung Allah Nyaeta elmu nu teu salayakna disampaikeun ka sing saha wae oge. (Ilmu Khusus bil Khusus pikeun dirina sorangan) Maksudna : Sagala hal anu nyangkut peristiwa/kajadian anu dialaman nyaeta kaayaan nu bersifat pribadi /individual nu dikehendaki ku Allah, berfungsi sebagai suatu “Rahasiah tersembunyi” mung ukur dikanyahokeun antara Sipelaku (Diri Pribadi) sareng Allah Swt. terus lamun urang nyebarkan elmu rahasiah ketuhanan eta, pikeun disampaikan secara meluas ka umum, loba kamungkinan bakal ngadatangkeun fitnah, tuduhan-tuduhan negatif, atau bisa nimbulkan parasaan `Ujub (ngarasa hebat sorangan) nu akibatna bisa ngancurkeun kana nilai-nilai elmu pamanggihna.<br />
Jadi nurutkeun hal eta diluhur, hal ieu didasarkeun kana Hadist Rasulullah anu unggeulna “ALA QADRI UQULLIHIM” (Sapanjang ukuran akal maranehna anu nuntut).<br />
<br />
Anu dimaksud tina kalimah diluhur eta, nyaeta nu geus nyampai kana syarat-syarat tertentu :<br />
- Geus mapan tina Syariat jeung Thoriqatna.<br />
- Kudu geus manjing umur antawis umur 40 Tahun ka luhur, karna usia eta tos dianggap stabil<br />
- Teu terlalu terikat ejeung urusan dunia.<br />
<br />
Dengan tiga syarat ini akan lebih mencapai tujuan. Adapun pendapat lain bahwa pengertian “Ala Qadri ‘Uqulihim” itu ialah:<br />
a. ada minat yang kuat untuk menuntut,<br />
b. sudah memahami secara keseluruhan pokok-pokok ajaran islam/iman, dan<br />
c. usia dewasa dan memiliki kecerdasan yang memadai untuk memahami hal-hal yang ghaib.<br />
Bila seseorang yang hendak menuntut, memiliki minat/keinginan yang kuat yang bukan ikut-ikutan orang, bukan dibuat-buat, kegairahan yang tinggi, maka hal tersebut sudah merupakan NUR (Hidayah) dari Allah SWT. Syarat yang kedua, sebagai seorang yang sudah dewasa tentu mengerti dan melaksanakan shalat, puasa, ada pengertian tentang sifat dua puluh meskipun tidak rinci. Penyampaian ilmu tidak kepada anak-anak dibawah umur atau orang yang nyata-nyata memiliki ciri-ciri kebebalan. Mereka yang berusia dewasa, secara umum dapat diperkirakan mampu untuk memahami segala uraian yang diajarkan. Dengan tiga syarat tersebut, maka inilah yang dimaksudkan “Ahlinya”.<br />
<br />
Pendapat inilah umumnya yang berlaku dikalangan pengajian Tasawuf.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-24824590996987203152015-11-12T05:21:00.005+07:002022-09-10T08:55:55.786+07:00Memahami Syariat Sebagai Orang Bertakwa<div style="text-align: justify;">
Syariat ternyata tidak harus di pahami secara literal. Tidak harus di mengerti secara harfiah. Kita harus bisa memahami makna yang ada di balik yang tampak. Kemudian di amalkan untuk kehidupan nyata. Dalam saresehan para Wali, di jelaskan bahwa pengamalan syariat itu di maksudkan untuk dapat hidup dengan budi pekerti yang baik. Karena itu, dalam beragama seseorang harus terus menerus meningkatkan kualitas akhlaknya atau budi pekertinya. Bermula menjadi orang muslim, lalu meningkat menjadi mukmin, dan akhirnya menjadi orang yang mutakin (bertakwa).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM9PckzE1m1XmMmAU75hxonrJ__0dGYUDO0z74Nd2J0paOf15EBY8dJK8JDsq5XgxpUun-h3o1Aa06rNFm8Q4dSWkjlwXiBdnCfJdBWNi1dZTXkaSE7EdyyRIjkMGzloJSOW3cLJVra_tUkQ8vfvSrDeFgAHDpQpM2ymTf2iq96f7WFQoZ_28eWc73zw/s620/tiga-calon-sufi-dan-ilmu-perbintangan-btv.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="413" data-original-width="620" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM9PckzE1m1XmMmAU75hxonrJ__0dGYUDO0z74Nd2J0paOf15EBY8dJK8JDsq5XgxpUun-h3o1Aa06rNFm8Q4dSWkjlwXiBdnCfJdBWNi1dZTXkaSE7EdyyRIjkMGzloJSOW3cLJVra_tUkQ8vfvSrDeFgAHDpQpM2ymTf2iq96f7WFQoZ_28eWc73zw/w400-h266/tiga-calon-sufi-dan-ilmu-perbintangan-btv.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syariat dimaksudkan untuk membangun kepribadian muslim. Karena itu orang yang mengamalkan syariat itu harus bisa menerapkannya dalam kehidupan nyata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Meninggalkan Larangan Allah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Jelas bahwa pengamalan nyata yang pertama dari syariat adalah meninggalkan larangan Tuhan. Berbagai bentuk syariat yang ada di dalam rukun Islam sebenarnya cara untuk mendisiplinkan diri. Untuk melatih diri. Untuk kebugaran raga dan jiwa pelakunya. Tapi, tidak cukup berhenti sampai disini. Ada tujuan yang perlu di tindak lanjuti! Yaitu, meninggalkan larangan Tuhan. Apa yang dimaksud dengan larangan Tuhan? Ya semua perbuatan dan tindakan yang merugikan atau menjalimi orang lain maupun dirinya sendiri. Di antaranya, makan harta orang lain dengan jalan batil. Menyakiti orang lain. Membunuh. Mabuk-mabukan, menipu, menghasut atau memprovokasi. Mengingkari janji. Serakah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Melaksanakan Kebajikan atau Perbuatan Mulia</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Antara lain, niat yang baik. Saling menolong. Bertetangga yang baik. Mengentaskan fakir dan miskin. Menciptakan lapangan kerja. Turut serta membangun sarana umum, seperti sekolahan, rumah sakit, taman rekreasi, taman bermain anak-anak, dan tempat ibadah. Termasuk dalam perbuatan mulia adalah berbakti kepada orang tua dan guru. Tunduk pada peraturan dan perundang-undangan negara. Dengan kata lain turut serta dalam penegakan hukum di suatu negara. Ketika institusi untuk mengatur kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara belum ada, syariat dalam agama dapat di katakana sebagai institusi peñata kehidupan bersama. Nah, jika kesalehan dalam hidup ini sudah menjadi bagian pelaksanaan syariat agama, maka selanjutnya kita tinggal meningkatkan keimanan dan ketakwaan hidup ini. Meningkatkan keikhlasan dan semangat hidup yang benar. Tanpa wujud nyata dalam hidup ini, maka syariat hanyalah formalitas belaka!.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-88050279015305660382015-11-12T05:06:00.003+07:002022-09-10T09:30:12.141+07:00Ta'qib Khusus Setelah Sholat Tarekat Haqmaliyah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEExeocBstizRql9lDgPNmD5Trw7DQTtmE5tjYPW9zgaTH_OtNRVPVG_a5a7Hsq5sYpAHP0kS3RZkl6z672iOp7AroQJPF5qwfAKV49MsuBxAQppJ3GJHWMm4iiWHASMKurbVHzavz4FWJwetC04iKs7r-ZkqTNSHv2-nSr-I_GZaRAdku4z4ORUahuw/s320/islam_fjrunroi.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="240" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEExeocBstizRql9lDgPNmD5Trw7DQTtmE5tjYPW9zgaTH_OtNRVPVG_a5a7Hsq5sYpAHP0kS3RZkl6z672iOp7AroQJPF5qwfAKV49MsuBxAQppJ3GJHWMm4iiWHASMKurbVHzavz4FWJwetC04iKs7r-ZkqTNSHv2-nSr-I_GZaRAdku4z4ORUahuw/s1600/islam_fjrunroi.gif" width="240" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"><u><b>Ta'qib Shalat Zhuhur</b></u></span><b><br /><div style="text-align: justify;"><b>LAA ILLAHA ILALLAHUL A’DHIMUL HALIM LAA ILAHA ILLALLAHU ROBBUL ARSYIL KARIM, ALHAMDULILLAHI ROBBIL A’LAMIN.</b></div></b></span><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: inherit;">ALLAHUMMA INNI AS’ALUKA MUJIBATI RAHMATIKA WA AZ’IMA MAGHFIROTIKA WAL GHONI’MATA MIN KULLI BIRIN WASSALAMATA MIN KULLI ISYM.</span></b></div>
<span style="font-family: inherit;"><b><div style="text-align: justify;"><b>ALLAHUMMA LAA TADA A’LI DZABAAN ILLA GHAFARTAHU WALA HAMMAN ILLA FARRAJTAHU WALA SUQMAN ILLA SYAFAYTAHU WALA A’YIBAN ILLA SATARTAHU WALAA RIZQON ILLA BASATHTAHU WALA KHAUFAN ILLA MANTAHU WALAA SUU’AN ILLA SHOROFTAHU WALAA HAAJATAN HIYA LAKA RIDHOON WALIYA FIIHA SHOLAHUN ILLA QODHOYITAHAA YAA ARHAMA RROHIMIN AMIN ROBBAL A’LAMIN.</b></div></b>
Artinya : Tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Agung dan Maha Santun. Tiada Tuhan kecuali Allah, Tuhan arsy yang mulia. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam.<br />
</span><div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">
Ya Allah, jangan biarkan dosaku kecuali Kau ampuni, dukaku kecuali Kau bahagiakan, penyakitku kecuali Kau sembuhkan, aibku kecuali Kau tutupi, rizkiku kecuali Kau curahkan, ketakutanku kecuali Kau amankan, keburukanku kecuali Kau hapuskan. Dan jangan biarkan hajatku yang Engkau ridhai dan membawa maslahat bagiku kecuali Kau penuhi, wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi, amin ya Robbal ‘alamin. <br />
<br />
<b>BILLAHI ’ TA SHOMTU WA BILLAHI A’SYIKU WA ALALLAHI ATTAWAKKALU</b><br />
Artinya: Aku berpegang teguh dengan Allah, aku yakin kepada Allah, dan aku bertawakal kepada Allah.<br />
<br />
<b>ALLAHUMMA IN A’DHUMAT DZUNUBI FA AN’TA A’DHUMU WA IN KABURO TAFRITHI FA ANTA AKBARU WA INDAMA BUKHLI FA ANTA AJWADU. ALLAHUMMAGHFIRLI A’DHIMA DZUNUBI BI A’DHIMI AFWIKA WAKASYIRO TAFRIYTHI BI DHOHIRI KARAMIKA WAQMA’ BUKHLI BIFADHLI JUDIKA. ALLAHUMMA MAA BINAA MIN NI’MATIN FAMINKA LAA ILAHAA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIKA</b><br />
Artinya : Ya Allah jika dosaku besar Engkau Maha Besar, jika keterlaluanku besar Engkau Maha Besar , jika kebakhilanku berkelanjutan Engkau Maha Dermawan. Ya Allah, ampuni dosaku yang besar dengan kebesaran maaf-Mu, banyaknya keterlaluanku dengan nampaknya kemuliaan-Mu, kalahkan kebakhilanku dengan curahan kedermawanan-Mu. Ya Allah, apa saja nikmat yang kudapatkan semuanya dari-Mu, tiada Tuhan kecuali Engkau. Aku mohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><u><b>Ta’qib Shalat Ashar</b></u></span><br />
<b>ASTAGHFIRULLAHALLADZI LAA ILAHA ILLA HUWAL HAYYUL QOYYUM ARRAHMANURRAHIM DZULJALALI WAL I’KRAM.</b><br />
<b>WA AS’LUHU AN’YATUBA ALA TAUBATA ABDIN DZAYILIN KHADI’IN FAQIRIN BI’ISIN MISKIN MUSTAJIRIN LAA YAMLIKU LINAFSIHI NAF’AN WALA DHORRON WALA MAUTAN WALA HAYATAN WALA NUSYURON.</b><br />
Artinya: Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Tiada tuhan selain Dia, yang Maha Hidup dan Menghidupkan, yang Maha Kasih lagi Mahasayang, yang Maha Tinggi dan Mulia. Aku bertaubat kepada-Nya seperti taubat seorang hamba yang hina, lemah dan fakir, sengsara miskin dan papa, yang dirinya tidak dapat memiliki manfa’at dan mudharat, kematian dan kehidupan serta kebangkitan kembali.<br />
<br />
<b>ALLAHUMMA INNI A’UDZUBIKA MIN NAFSIN LAA TASYBA’U WAMIN QOLBI LAA YAKHSYA’U WAMIN ILMIN LAA YANFA’U WAMIN SHOLATIN LAA TURFA’U WAMIN DUU’IN LAA YUSMA’U. ALLAHUMMA INNI AS’ALUKAL YUSRO BA’DAL U’SRI WAL FAROJA BA’DAL KARBI WARROJAA’A BA’DA SSYADATI. ALLAHUMMA MAA BINAA MIN NI’MATIN FAMINKA LAA ILAHAA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIKA</b><br />
Artinya:Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari jiwa yang tidak pernah kenyang, hati yang tidak khusyu’, ilmu yang tidak bermanfa’at, shalat yang tidak diterima, dan do’a yang tidak didengar. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kemudahan setelah kesulitan, kebahagiaan setelah kesusahan, kesempatan setelah kesempitan. Ya Allah, apa saja nikmat yang kami dapatkan semuanya dari-Mu, tiada Tuhan kecuali Allah, aku mohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.<br />
<br />
<br />
<b><span style="font-size: large;"><u>Ta’qib Shalat Maghrib</u></span></b><br />
<b>INNALLAHA WAMALA’IKATU YUSHALLUUNA ALANNABI YA AYUHALLADZINA AMANUU SHOLLU A’LAIHI WA SALLAMU TASLIMAAN. ALLAHUMMA SHOLLI ALLA MUHAMMADIN NNABIYI WA ALA DZURRIYATIHI WA ALA AHLI BAITIHI.</b><br />
Artinya :Sessungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi saw ; wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepadanya dan ucapkan salam dengan salam yang sebenarnya. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad, keturunan dan ahlul baitnya.<br />
<b><br /></b>
<b>BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM LAA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHI A’LIYYIL A’DHIM (7X)</b><br />
Artinya : Atas nama Allah Sumber rahmat pemancar kasih sayang. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.<br />
<br />
<b>ALHAMDULILLAHI LADZI YAF’ALU MAA YASYAA’A WALA YAF’ALU MAA YASYAA’U GHAIRUHU.</b><br />
Artinya : Segala puji bagi Allah yang melakukan apa yang dikehendaki dan tidak melakukan apa yang dikehendaki selain-Nya.<br />
<br />
<b>SUBHAANAKA LAA ILAHA ILLA ANTA IGHFIRLI DZUNUUBI KULLAHAA JAMI’AAN FA INNAHU LAA YAGHFIRU DZUNUUBA KALLAHAA JAMI’AAN ILLA ANTA</b><br />
Artinya : Maha Suci Engkau, tiada Tuhan kecuali Engkau, ampuni semua dosaku, sesungguhnya tidak ada yang mengampuni semua dosa kecuali Engkau.<br />
<b><br /></b>
<b>ALLAHUMMA INNI AS’ALUKA BIWAJHIKAL KARIM WA ISMIKAL A’DHIM WA MULKIKAL QODIM AN’TUSHOLLIYA ALA MUHAMMADIN WA ALIHI WA ANTAGHFIRULI DZANBIL A’DHIM INNAHU LAA YAGHFIRUL A’DHIMA ILLAL A’DHIM.</b><br />
Artinya :Ya Allah, aku memohon kepada-Mu melalui wajah-Mu yang Maha Mulia, dan melalui nama-Mu yang Agung dan melalui Kekuasaan-Mu yang terdahulu (ada sebelum adanya sesuatu). Hendaklah Engkau limpahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, agar Engkau mengampuni dosaku yang besar karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa yang besar kecuali Allah yang Maha Agung. <br />
<b><br /></b>
<b>MAA SYAA’ALLAHU LAA QUWWTA ILLA BILLAHI ASTAGHFIRULLOH (3X) </b><br />
Artinya : Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, tidak ada kekuatan kecuali bersama Allah, aku mohon ampun kepada Allah. <br />
<br />
<b>ALLAHUMMA INNI AS’ALUKA MUJIBAATI RAHMATIKA WA AZ’IM MAGHFIRATIKA WANNAJAATA MINANNAR WAMIN KULLI BALIYYATIN WAL FAWZA BIJANNATI WARRIDHONI FI DARISSALAM WAJWIRI NABIYYIKA MUHAMMADIN A’LAIHI WA ALIHISSALAM ALLAHUMMA MAA BINAA MIN NI’MATIN FAMINKA LAA ILAHAA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIKA</b><br />
Artinya : Ya Allah aku mohon kepastian rahmat-Mu, dan kemestian ampunan-Mu, keselamatan dari neraka dan keselamatan dari segala bencana, dan kebahagiaan dengan syurga dan keridhoan dengan “Darul al Salam” (Syurga) dan berdampingan dengan Nabi Muhammad Saw. Ya Allah, apa saja nikmat yang aku rasakan maka itu dari pada-Mu, tidak ada Tuhan kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><u><b>Ta’qib Shalat Isya</b></u></span><br />
<b>ALLAHUMMA INNAHU LAISALI ILMUN BI MAWDHI’I RIZQI WA INNAMAA A’THLUBUHU BI KHATHORTIN TAKHTHURU ALA QOLBI FA’AJULU FI THOLABIHI BUDNA FA’ANAA FIYMAA AN’THOLIBUN KAA HAIRNI LAA A’DRIYA A’FI SAHLIN HUWA AM’FI JABALIN AM’FI ARDHIN AM’FI SAMAA’IN AM’FI BARAN AM’FI BAHRIN WA ALA YADAYA MAN WAMIN QIBALI MAN WAQOD A’LIMTU A’NNA I’LMAHU I’NDAKA WA A’SBAABAHU BIYADIKA WA AN’TA LLADZIYA TAQSIMUHU BILUTHFIKA WA TUSABBABUHU BIRAHMATIKA.</b><br />
<b>ALLAHUMMA FASHOLLI ALA MUHAMMADIN WA ALIHI WAJ’AL YA ROBBA RIZQOKALI WASI’AAN WA MATHLABAHU SAHLAN WA MAA KHODZAHU QORIBAAN WALAA TU’NANNI BI THOLABI MAA LAM TUQODDARLI FIHI RIZQON FAI’NNAKA GHONNIYUN AN A’DZBI WA AN’FAQIRUN ILA RAHMATIKA FASHOLLI ALA MUHAMMADIN WA ALIHI WAJUD ALA ABDIKA BIFADHLIKA INNAKA DZUFADHLIN A’DHIMIN.</b><br />
Artinya :<br />
Ya Allah, sungguh aku tidak tahu dimana rizkiku. Aku mencarinya dengan menduga-duga di dalam hati, lalu aku mengejarnya di setiap penjuru negeri. Aku tak ubahnya seperti orang yang kebingungan, tidak tahu apakah berada dalam kemudahan, di gunung, di bumi, di langit, didaratan atau di lautan. Aku tidak tahu berada di tangan siapa atau dihadapan siapa. Sementara aku tahu bahwa ilmunya ada disisi-Mu dan sebab-sebabnya ada ditangan-Mu. Engkaulah yang membagikan rizki dengan karunia-Mu dan menyebabkan datangnya rizki dengan rahmat-Mu.<br />
<br />
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasululloh dan keluarganya, dan jadikan bagiku ya Robbi keluasan rizki dari sisi-Mu, kemudahan dalam mencarinya, kedekatan dalam memperolehnya. Jangan biarkan aku mencari rizki yang tidak ditakdirkan bagiku, Engkau Maha Kaya dari menyiksaku, aku membutuhkan rahmat-Mu. Sampaikan shalawat kepada Rasululloh dan keluarganya, dan anugerahkan kedermawanan-Mu pada hamba-Mu dengan karunia-Mu, sesungguhnya Engkaulah Yang memiliki karunia yang agung. <br />
<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><u><b>Ta’qib Shalat Subuh</b></u></span><br />
<b>BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM ALLAHUMMA SHALLI ALA MUHAMMADIN WA ALI MUHAMMADIN WAHDINI LIMAAKHTULIFA FIIHI MINALHAQQI BIIDZNIKA INNAKA TAHDII MINTASYAA’U ILA SHIROTHIM MUSTAQIMIN</b><br />
Artinya : Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan tunjuki aku dengan izin-Mu kebenaran dalam sesuatu yang diperselisihkan, sesungguhnya Engkau memberi petunjuk ke jalan yang benar orang yang Kau kehendaki.<br />
<b><br /></b>
<b>ALLAHUMMA SHALLI ALA MUHAMMADIN WA ALI MUHAMMADIN LAA’AWSHIYAA’I RRODHIINA MARDHINA BI AF’DHOLI SHOLAWATIKA WABARIK A’LAIHIM WA ALA ARWAHIHIM WA AJSAADIHIM WA RAHMATULLAHI WABARAKAATUHU. (10X)</b><br />
Artinya : Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, yang menerima wasiat, yang ridha dan diridhai, dengan shalawat yang paling utama. Berkahi mereka, arwah dan jasad mereka. Semoga Rahmat Allah keberkahan-Nya selalu tercurahkan kepada mereka. <br />
<br />
<b>SUBHAANALLAHIL A’DHIM WA BIHAMDIHI WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL A’LIYYIL A’DDHIM. (10 X).</b><br />
Artinya : Maha Suci Allah yang Agung, dengan mengakui ketuhanan-Nya tidak ada daya dan upaya kecuali bersama Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung. <br />
<b><br /></b>
<b>BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM LAA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL A’LIYYIL A’DDHIM. (7 X)</b><br />
Artinya : Atas nama Allah sumber rahmat, pemancar kasih sayang. Tidak ada daya dan upaya kecuali bersama Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung. <br />
<br />
<b>YAA FATTAHU (70 X)</b><br />
Artinya : Ya Allah yang Maha Membukakan pertolongan rezeki. <br />
<br />
<b>LAA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHI TAWAKKALTU ALAL HAYYA LLADZII LAA YAMUUTU WAL HAMDULILLAHI LLADZI LAMYATTAKHIDZ WALADAN WALAM YAKUN LAHU SYARIIKUN FII MULKI WALAM YAKUN LAHU WALIYYAN MINADDZULLAN WA KABBARHU TAKBIRAN.</b><br />
Artinya : Tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersama Allah, saya bertawakal kepada Allah Yang Maha Hidup tidak mati. Ketuhanan itu milik Allah yang tidak memiliki anak dan tidak ada sekutu pada kerajaannya dan tidak ada pelindung yang dapat menghinakan-Nya maka bertakbirlah sebenar-benarnya takbir.<br />
<b><br /></b>
<b>A’UWDZU BILLAHISSAMI’IL A’LIM MIN HAMAZATI SSYAYAATHIN WA A’UWDZU BILLAHI AN’YAHDHURUN INNALLAHA HUWA SSAMI’UL A’LIM.</b><br />
Artinya : Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui dari godaan bisikan setan-setan dan aku berlindung kepada Allah dari hadirnya setan-setan itu, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.<br />
<br />
<b>SUBHAANALLAHI WALHAMDULILLAHI WALAA ILAHA ILLALLAH WALLAHU AKBAR. (10 X)</b><br />
Artinya : Maha Suci Allah dan Ketuhanan itu milik Allah dan tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah dan Allah itu Maha Agung. <br />
<br />
<span style="font-size: large;"><u><b>KHUSUS DO’A TAHAJUD</b></u></span><br />
<b>ROBBI ADKHILNI MUDKHALA SHIDQIN WA AKHRIJNI MUKHROJA SHIDQIN WA AJ’ALNI MIN LADUNKA SULTHONAN NNASHIRON.</b><br />
Artinya : Ya Tuhanku masukkanlah aku melalui tempat masuk yang benar/baik, dan keluarkanlah aku melalui tempat keluar yang benar. Dan jadikanlah bagiku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong. (Q.S. Al-Isra 17 : 80)<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><u><b>KHUSUS DO’A HIDAYAH</b></u></span><br />
BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM<br />
ALLAHUMMARZUQNA TAWFIQ TTHOA’TI WA BU’DA MA’SHIYYATI WA SHIDQONNIYYATI.<br />
WA A’RIFANAL HURMATI WA AKRIMNAA BIL-HUDA WAL ISTIQOMAH<br />
WASADDAD A’L-SINATANA BI SHAWAABI WAL HIKMAH<br />
WAM LA’U QULUBANA BI ILMI WAL MA’RIFAT<br />
WA THOHHAR BUTHUNANAA MINAL HARAMI WA SYUBHAT<br />
WAKFUF AYIDINAA ANI DDHULMI WA SSYARIQOT<br />
WAGHDHUDH ABSHORONAA ANIL FUJUURI WA KHIYANAT<br />
WASDUD ASMAA ‘ANAA ANIL LAGHWI WAL GHIBAH<br />
WATAFADDHOL ALA U’LAMAA ‘INAA ANIZZUHDI WAN NASHIHAT<br />
WA ALA MU’ALLIMINA BIL JUHDI WAR ROGHBATI<br />
WA ALA MUSTAMI’INA BIL I’ TIBAA’I WAL MAW’IDHATI<br />
WA ALA MARDHO MUSLIMINA BI SYIFAA’I WA RROHATI<br />
WA ALA MAWTAHUM BIRROFATI WA RRAHMAT<br />
WA ALA MASYAAYIKHINAA BIL WAQOORI WA SSAKINAH<br />
WA ALA SYABAABI BIL I’NAABATI WAT-TAUBAT<br />
WA ALA NNASAA’I BIL HAYAA’I WAL I’FFATI<br />
WA ALAL A’GHNIYAA’I BIT-TAWADHU’I WA SSA’ATI<br />
WA ALA FUQARO ’ I BISSHOBRI WAL QONAA’AH<br />
WA ALA GHUZAATI BINNASHRI WAL GHALABATI<br />
WA ALA U ’SAROO’I BIL KHALASHI WARROHATI<br />
WA ALAL U’MAROO’I BIL A’DLI WASSYAFAQOTI<br />
WA ALA RO’ IYYATI BI INSHAAFI WA HUSNI SSAYIROH<br />
WA BARIK LIHUJJAAJI WAZZUWWARI BIZZADI WANNAFAQOH<br />
WAQDHIMAA AW’JABTA A’LAIHI MINAL HAJJI WAL UMROH<br />
BIFADHLIKA WARAHMATIKA YA ARHAMA ROHIMIN<br />
<br />
Artinya: <br />
Dengan Asma Allah yang Maha kasih dan Maha sayang<br />
Ya Allah karuniakanlah pada kami kemudahan untuk taat menjauhi maksiat dan ketulusan niat.<br />
Dan mengetahui kemuliaan dan Muliakan kami dengan Hidayah dan istiqomah<br />
Luruskanlah lidah kami dengan kebenaran dan hikmah<br />
Penuhilah hati kami dengan ilmu dan makrifat<br />
Bersihkan perut kami dari yang haram dan subhat<br />
Tahan tangan kami dari kezaliman dan pencurian<br />
Tundukan pandangan kami dari kemaksiatan dan penghianatan<br />
Palingkan kami pendengaran kami dari ucapan yang sia-sia dan umpatan<br />
Karuniakan pada ulama kami kezuhudan dan nasihat <br />
Para pelajar kesungguhan dan semangat<br />
Para pendengar kepatuhan dan kesadaran<br />
Pada kaum muslimin yang sakit, kesembuhan dan ketenangan <br />
Pada kaum muslimin yang meninggal mendapat kasih sayang dan rahmat<br />
Pada orang-orang tua kami kehormatan dan ketentraman<br />
Para pemuda kembali pada jalan Allah dan taubat<br />
Pada para wanita menjaga rasa malu dan kesucian<br />
Pada orang-orang kaya rendah hati dan kemurahan<br />
Pada orang-orang miskin kesadaran dan kecukupan<br />
Pada para pejuang kemenangan dan penaklukan<br />
Pada para tawanan kebebasan dan ketenangan<br />
Pada para pemimpin keadilan dan rasa sayang<br />
Pada seluruh rakyat kejujuran dan kebaikan akhlak<br />
Berkatilah para jemaah haji dan para penziarah dalam bekal dan nafkah <br />
Sempurnakan haji dan umroh yang engkau tetapkan bagi mereka<br />
Dengan karunia dan rahmatmu. Wahai yang paling pengasih dari semua yang mengasihi <br />
<br /><br />
<span style="font-size: large;"><b>DOA AL TAHAQQUQ BI MA’RIFATILLAH</b></span><span style="font-size: large;"><u><b><br /></b></u></span>
<span style="font-size: large;"><u><b>Do’a Pemantapan Makrifatullah</b></u></span><br />
<b>ALLAHUMMA UKHRUJU MIN QOLBI KULLI QODRIN LIDUNYAA, WAKULLI MAHALLU LILHAQ, YAMIIUBI ILA MA’SYIATIKA, AWYUSGHILNI AN THOOA’TIKA, AW YAHULU BAINI WABAINA AL-TAHAQQUQ BI MA’RIFATIKA KHOSHSHOH, WA MAHABBATIKA KHOLISHOH WASHOLALLAHU ALA MUHAMMADIN WA ALA ALIHI WA SHOHBIHI WASALLAM WAL HAMDULILLAHI ROBBIL AA’LAMIN.</b><br />
<br />
Artinya: Ya Allah, keluarkanlah dari hatiku segala ketamakan kepada dunia, dan segala ketergantungan kepada selain Engkau, yang akan mendorong aku kepada kemaksiatan, atau yang menyibukkan aku sehingga tidak taat kepada-Mu, atau memalingkan aku dari “ Ber-Tahaqquq (Pemantapan makrifat kepadaMu secara khusus) dan ber-Tahaqquq (Pemantapan mencintai Engkau yang murni).<br />
<br />
<b>WASHOLALLAHU ALA MUHAMMADIN WA ALA ALIHI WA SHOHBIHI WASALLAM WAL HAMDULILLAHI ROBBIL AA’LAMIN.</b><br />
<b><br /></b>
<b>YA ROBBI BIHAQQIN HADZIHIL AAYAATI AJIB DU’AAII YAA ARHAMA RRAAHIMIIN</b><br />
Artinya :“Wahai Tuhan kami, dengan benarnya ayat ini perkenankanlah do’a-ku, wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><u><b>DO’A MAHABAH</b></u></span><br />
<b>ALLAHUMMA NAWIR ZHAAHIRII BI THAA’ATIKA WA BATINI BI MAHABBATIKA WA QOLBI BI MA’RIFATIKA WA RUUHII BI MUSYAHADATIKA WA SIRRI BI ISTIQLALI’ ITTISHAALI HADRATIKA YAA DJAAL JALAALI WAL IKRAM</b><br />
<br />
Artinya :Ya Allah terangilah tubuhku dengan ketaatan kepadamu, dan jiwaku dengan cinta kepadamu. Hatiku dengan pengetahuan langsung tentang dirimu. Ruh-ku dengan menatap dekat kepadaMu. Dzat-ku (rasaku) dengan kemampuan mencapai singgasanamu. Wahai Yang Maha Agung lagi Maha Mulia.<br />
<br />
<u><b><br /></b></u>
<span style="font-size: large;"><u><b>DO’A PEPADANG (NURULLOH)</b></u></span><br />
<b>ALLAHUMAJ’AL FII AQLI [AKAL] WAL FIKRI [PIKIRAN] NUURO, WA FII QOLBI (HATI) NUURO, WA FII QOBRI (KUBUR) NUURO, WA FII SAM’II (PENDENGARAN) NUURO, WA FII BASHARI (PENGLIHATAN) NUURO, WA AN-YAMIINII (KANAN) NUURO, WA AN-SYIMAALII (KIRI) NUURO, WA MIN AMAAMII (DEPAN) NUURO, WA MIN KHALFII (BELAKANG) NUURO, WA MIN FAUQII (ATAS) NUURO, WA MIN TAHTII (BAWAH) NUURO, WA MIN A’SHABII (URAT) NUURO, WA FII BASYARI (KULIT) NUURO, WA FII DAMII (DARAH) NUURO, WA FII LAHMI (DAGING) NUURO, WA FII IDHAMII (TULANG) NUURO, WA FII SYA’RII (RAMBUT) NUURO, WA FII LISANI (LIDAH) NUURO, WA FII YADII (TANGAN) NUURO, WA FII RIJLII (KAKI) NUURO, WA JAMI’A JAWAARIHII (SEMUA ANGGOTA TUBUH) NUU RO. YA NURUL ANWAR.</b><br />
<br />
Artinya: Ya Alloh semoga Engkau sinarkan cahaya Nur-Mu dalam akal dan pikiranku, dan dalam hatiku, dan dalam kuburku, begitu pula pada pendengaranku, pada mataku, pada kananku, pada kiriku, pada depanku, pada belakangku, pada atasku, pada bawahku, pada urat nadiku, pada kulitku, pada darahku, pada dagingku, pada tulangku, pada rambutku, pada lidahku, pada tanganku, pada kakiku, dan semua anggota badanku. Wahai cahaya di atas cahaya. </span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-61827754841453407622015-11-12T04:39:00.001+07:002022-09-10T09:20:26.119+07:00Ta'qib Shalat Umum (Bacaan Sesudah Sholat)<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjO9PkHqurDah0n8skXo53JmW-GExE8YgqC8C4d1Uu4w1O-Kf5z0bfzs30yJk-2r_ro-2GHz1u9KCuYVBAeAOGTUrym5nreoQWOjiGc-FdL4ZuO1BVMk6_pP0Rxja24R-NvzpXK2ZWVqIWj8nhaFiRJuJs11N4zo52znRDTbPJuRlkBMi3FMTCpTl44Bw/s454/034b97f473041e7b5e78f3f3e7294b14.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="256" data-original-width="454" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjO9PkHqurDah0n8skXo53JmW-GExE8YgqC8C4d1Uu4w1O-Kf5z0bfzs30yJk-2r_ro-2GHz1u9KCuYVBAeAOGTUrym5nreoQWOjiGc-FdL4ZuO1BVMk6_pP0Rxja24R-NvzpXK2ZWVqIWj8nhaFiRJuJs11N4zo52znRDTbPJuRlkBMi3FMTCpTl44Bw/w400-h225/034b97f473041e7b5e78f3f3e7294b14.gif" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
Ta’qib adalah doa, wirid dan zikir yang sunnah dibaca sesudah shalat-shalat fardhu. Ta’qib ada dua macam: Umum dan khusus. Ta’qib umum dibaca setiap sesudah shalat fardhu yang lima.Ta’qib khusus dibaca sesudah shalat fardhu tertentu, misalnya sesudah shalat Maghrib atau ‘Isya’.<br />
<br /><b><span style="font-size: medium;">
Ta’qib Umum</span></b><br />
Pertama membaca takbir, Allâhu Akbar (3 kali) kemudian membaca doa dan zikir berikut:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>بسم الله الرحمن الرحيم</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اللهم صل على محمد وآل محمد</b></div>
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>لاَ اِلَهَ إلاَّ اللهُ اِلَهاً وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرَهَ الْمُشْرِكُونَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ رَبُّنَا وَرَبُّ آبائِنَا اْلاَوَّلينَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ وَحْدَهُ وَحْدَهُ اَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ فَلَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَيُمِيتُ وَيُحْيِي وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</b></div>
<b><br /></b>
<b>Bismillâhir Rahmânir Rahîm</b><br />
<b>Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad</b><b><br /></b>
<b>Lâ ilâha illallâh ilâhan wâhidâ wa nahnu lahu muslimûn. Lâ ilâha illallâhu wa lâ na’budu illâ iyyâhu mukhlishîna lahud dîn wa law karihal musyrikûn. Lâ ilâha illallâh Rabbunâ wa Rabbu âbâinal awwalîn. Lâ ilâha illallâh wahdahu wahdahu wahdah. Anjaza wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa a’azza jundah, wa hazamal ahzâba wahdah. Falahul mulku walahul hamdu yuhyî wa yumît, wa yumîtu wa yuhyî wa Huwa Hayyun lâ yamût biyadihil khayr wa Huwa ‘alâ kulli syay-in qadîr.</b><br />
<br />
artintya: Tiada Tuhan selain Allah. Tuhan Yang Maha Esa, kami berserah diri kepada-Nya. Tiada tuhan selain Allah, kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, kami ikhlas menjalankan agama-Nya. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan kami dan Tuhan bapak-bapak kami terdahulu. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Esa, Maha Esa. Tuhan Yang Menepati janji-Nya, Yang Memenangkan hamba-Nya, Yang Memuliakan pasukan-Nya, Yang Menghancurkan partai-partai musuh-Nya dengan keesaan-Nya. Bagi Allah semua kekuasaan dan pujian. Dialah Yang Menghidupkan dan Mematikan, Yang Mematikan dan Menghidupkan. Dialah Yang Hidup dan mati. Di tangan-Nya segala kebajikan, Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>اَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَاَتُوبُ اِلَيْهِ</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Astaghfirullâhal ladzî lâ ilâha illâ Huwal Hayyul Qayyûm wa atûbu ilayh.</b></div>
<div style="text-align: center;">
Aku memohon ampun kepada Allah, tiada Tuhan kecuali Dia, Yang Hidup dan Maha Mengawasi, dan aku bertaubat kepada-Nya.</div>
<br />
Kemudian Membaca Tasbih Az-Zahra’. Lalu membaca doa-doa berikut:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>اِلَهِي هَذِهِ صَلاَتِي صَلَّيْتُهَا لاَ لِحَاجَةٍ مِنْكَ اِليْهَا وَلاَ رَغْبَة مِنْكَ فِيهَا اِلاَّ تَعْظِيماً وَطَاعَةً وَاِجَابَةً لَكَ اِلَى مَا اَمَرْتَنِي بِهِ. اِلَهِي اِنْ كَانَ فِيهَا خَلَلٌ اَوْ نَقْصٌ مِنْ رُكُوعِهَا أوْ سُجُودِهَا فَلاَ تُؤَاخِذْنِي وَتَفَضَّلْ عَلَيَّ بِالْقَبُولِ وَالْغُفْرَانِ</b></div>
<b>Ilahî, hâdzihi shalâtî shallaytuhâ lâ lihâjatin minka ilayhâ, walâ raghbatin minka fîhâ, illâ ta’zhîman wa thâ’atan wa ijâbatan laka ilâ mâ amartanî bihi. Ilahî, in kâna fîhâ khalalun aw naqshun min rukû’ihâ wa sujûdihâ, falâ tuâkhidnî wa tafadhdhal ‘alayya bilqabûli walghufrân.</b><br />
<br />
artinya: Ilahi, inilah shalatku yang kulakukan bukan karena Engkau membutuhkannya dan mengharapkannya, tetapi kulakukan karena aku mengagungkan-Mu, mentaati-Mu dan memenuhi perintah-Mu. Ilahi, jika dalam shalatku ini ada cacat atau kekurangan pada ruku’ dan sujudnya, maka janganlah Kau siksa daku, anugerahkan padaku penerimaan dan pengampunan.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَعْتَدِي عَلَى أهْلِ مَمْلَكَتِهِ سُبْحَانَ، مَنْ لاَ يَأخُذُ اَهْلَ اْلاَرْضِ بأَلْوَانِ الْعَذَابِ، سُبْحَانَ الرَّؤُوُفِ الرَّحِيمِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِي فِي قَلْبِى نُوراً وَبَصَراً وَفَهْماً وَعِلْماً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</b></div>
<b>Subhâna Mallâ ya’tadî `alâ ahli mamlakatih. Subhâna Mallâ ya`khudzu ahlal ardhi bi-alwânil `adzâb. Subhânar Raûfir Rahîm. Allâhummaj`allî fî qalbî nûran wa basharan, wa fahman wa ‘ilmâ, innaka `alâ kulli syay-in qadîr.</b><br />
<br />
Mahasuci Dia Yang Tidak Menyiksa penghuni kerajaan-Nya. Mahasuci Dia Yang Tidak Mengadzab penduduk bumi dengan berbagai adzab. Mahasuci Dia Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ya Allah, jadikan bagiku di dalam hatiku cahaya dan penglihatan, pemahaman dan pengetahuan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.<br />
(Doa ini diajarkan oleh Rasulullah saw kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa) untuk menguatkan ingatan dan hafalan)<br />
<br />
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin tidak diungkapkan amal keburukannya pada hari Kiamat, dan tidak dibukakan buku catatan keburukannya, maka hendaknya ia membaca doa ini setiap sesudah shalat”.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>اَللَّهُمَّ إنَّ مَغْفِرَتَكَ اَرْجَى مِنْ عَمَلِى وَاِنَّ رَحْمَتِكَ أوْسَعُ مِنْ ذَنْبِي. اَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ ذَنْبِي عِنْدَكَ عَظِيمًا فَعَفْوُكَ اَعْظَمُ مِنْ ذَنْبِي. اَللَّهُمَّ إنْ لَمْ اَكُنْ أهْلاً أنْ اَبْلُغَ رَحْمَتُكَ فَرَحْمَتُكَ اَهْلٌ اَنْ تَبْلُغَنِي وَتَسَعَنِي لاَنَّهَا وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ .</b></div>
<b>Allâhumma inna maghfitaka arjâ min `amalî, wa inna rahmataka awsa`u min dzanbî. Allâhumma in kâna dzanbî `indaka `azhîmun, fa`afwuka a`zhamu min dzanbî. Allâhumma in lam akun ahlan an ablugha rahmataka, fa-rahmatuka ahlun an tablughanî wa tasa`anî, liannahâ wasi`at kulla syay-in birahmatika yâ Arhamar râhimîn.</b><br />
<br />
Ya Allah, sesungguhnya ampunan-Mu lebih kuharapkan daripada amalku, dan rahmat-Mu lebih luas dari dosaku. Ya Allah, jika dosaku besar di sisi-Mu, ampunan-Mu lebih besar dari dosaku. Ya Allah, jika aku tidak layak mencapai rahmat-Mu, rahmat-Mu layak mencapaiku dan meliputiku, karena rahmat-Mu meliputi segala sesuatu dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ta’qib shalat ini disarikan dari kitab Mafatihul Jinan, kunci-kunci surga.</div></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-13651309267500832712015-11-12T01:30:00.000+07:002015-11-12T01:30:59.987+07:00Bermacam-macam Sholawatan dan Faedahnya Jilid ke 4<b>12. Sholawat Penyembuh Penyakit</b><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>اَلَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَبِيْبِ الْمَحْبُوْبِ شَافِى الْعِلَلِ وَمُفَرِّجِ الْكُرَبِ</b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
ALLAAHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINA MUHAMMADIN HABIIBIL MAHBUUBI SYAAFIL 'ILALI WAMUFARRIJI ALKUROBI</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
“Ya Allah limpahkanlah rahmat atas baginda kami Nabi Muhammad yang mencintai dan dicintai Allah, yang menghilangkan segala penyakit dan menghilangkan segala kesempitan (kesusahan)“.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sebagian Ulama ahli ma’rifat mengatakan, bahwa diantara faedah sholawat ini adalah untuk menghilangkan segala penyakit dan kesusahan. Sebaiknya Sholawat ini dibaca 1000 kali .</div>
<br />
<br />
<b>13. Sholawat Syifa' (Obat) </b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Barang siapa yang selalu membaca Sholawat ini setiap malam 7x atau 21 s.d 41 x atau 313x insya Allah diberi terang hatinya serta diberi kesehatan lahir dan batin.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Agar kita benar-benar dapat memperoleh kesehatan jasmani dan rohani, maka perbanyaklah dan biasakanlah membaca shalawat berikut.Ini shalawatnya :</div>
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ الأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ الأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَعَلَى آَلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ.</b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
ALLAAHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN TIBBI ALQULUBI WADAWAAIHA WA'AFIYATI AL'ABDAANI WASYIFAA'IHAA WANUURI ALABSHORI WADLIYAA'IHA WA'ALAA ALIHI WASHOHBIHI WABARIK WASALLIM</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atas baginda kami Nabi Muhammad yang merupakan obat dan penyembuhan hati kami, penyehat dan penyelamat badan, yang merupakan cahaya dan sinar penglihatan dan yang merupakan penjamin kesehatan jasmani dan rohani akan kebutuhan makanan dan juga tumpahkan kesejahteraan itu atas keluarga dan sahabat-sahabatnya dan berilah keselamatan“.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>14. Sholawat Tibbil Qulub </b></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-SrS9BY-YHQk/VkOExJu5q7I/AAAAAAAARto/nhSCxvjv6so/s1600/Sholawat-TIBBIL-QULUB.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="http://2.bp.blogspot.com/-SrS9BY-YHQk/VkOExJu5q7I/AAAAAAAARto/nhSCxvjv6so/s320/Sholawat-TIBBIL-QULUB.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>"ALLAAHUMMA SHALLI 'ALAA SAYYIDINA MUHAMMADIN TIBBIL QULUUBI WADAWAAIHAA WA'AAFIYATIL ABDAANI WASYIFAAIHAA WANUURIL ABSHAARI WADLIYAAIHAA WAQUWWATIL AJSAADI WAL ARWAAHI WAGHIDAA IHA WA'ALAA AALIHI WASHAHBIHI AJMA'IIN"</i></b><br />
<br />
Artinya: Ya Allah curahkanlah rahmat kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya dan merupakan makanan pokok jasmani maupun rohani, Semoga sholawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para shahabat-shahabatnya.<br />
<br />
Fadhilah dan Khasiat Sholawat Tibbil Qulub :<br />
<br />
Untuk menyembuhkan penyakit perut, sholawat ini dibaca 7 x, tiap-tiap satu kali ditiupkan pada satu gelas air kemudian diminum. Atau sholawat ini dibaca 7 x tiap kali membaca dituipkan pada telapak tangan kemudian diusapkan pada perut yang sakit, Insya Allah akan segera sembuh dengan ijin Allah. Untuk hati yang sempit was-was dan bingung alias sumpek bacalah sholawat ini sebanyak-banyaknya, agar kita dijauhkan dari berbagai penyakit bacalah sholawat ini sebagai wirid setelah shalat maktubah (shalat fardlu) Insya Allah akan terhindar dari segala macam penyakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<b>15. Sholawat Pembuka Pintu Ilmu </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><a href="http://1.bp.blogspot.com/-TW1lO_opS6o/VkOFR03OGLI/AAAAAAAARtw/adE1cpm5NEs/s1600/pembuka%2Bpintu%2Bilmu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="http://1.bp.blogspot.com/-TW1lO_opS6o/VkOFR03OGLI/AAAAAAAARtw/adE1cpm5NEs/s320/pembuka%2Bpintu%2Bilmu.jpg" width="320" /></a></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Allahumma sholli wasallim 'alaa sayyidinaa Muhammadin sholaatan tukhrijunii bihaa min zhulumaatil wahmi, watukrimunii binuuril fahmi, watuwadhdhihu lii maa isykila hattaa yufhama innaka ta'lamu walaa a'lamu waanta 'allaamul ghuyuubi".</i><br />
Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., yang dengan sholawat tsb. Engkau keluarkan aku dari kegelapan ragu-ragu dan berikanlah aku dengan sinar kefahaman dan karuniakan kejelasan kepadaku segala apa-apa yang aku merasa sukar/sulit, sehingga dapat dimengerti/difahami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui, sedang aku tidak mengetahui, dan Engkau mengetahui sesuatu yang gaib.<br />
<br />
Fadhilah dan manfaatnya Sholawat ini:<br />
Barang siapa yang memperbanyak membaca Sholawat tersebut terutama sekali bagi siswa siswi atau mahasiswa ataupun siapa saja yang sedang menuntut ilmu, maka insya Allah akan dibuka pintu kecerdasan , kefahaman sehingga mudah mengerti terhadap ilmu yang dipelajari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>16. Sholawat Rekeis</b><br />
<i><br /><b>Assalaatu wassalaamu 'alaika yaa sayyidi yaa rasuulallaah khudz biyadii qollat hiilatiiadriknii</b></i><br />
<br />
Artinya: Rahmat dan keselamatan semoga tetap atas engkau wahai penghulu saya ya Rasulullah, peganglah tanganku, habis daya upayaku, semoga engkau berkenan menolong aku<br />
<br />
Khasiat dan fadhilah sholawat Rekeis :<br />
<br />
Manfaat , khasiat serta fadhilah sholawat Rekis ini sangat besar diantaranya yaitu :<br />
<br />
Barang siapa membaca sholawat Rekis 1000 x (seribu kali) pada malam Jum'at dan dilanjutkan pada malam -malam berikutnya sampai hari Jum'at sebanyak 1000 x ( delapan hari berturut-turut) maka akan dikabulkan hajatnya, dan Insya Allah dapat bermimpi ketemu Rasulullah SAW. ( Menurut Syech Ibn Syaifuddin Al Jabbary).<br />
<br />
Sholawat Rekeis dengan Lafadh lain: <i><b>Allaahumma shalli wasallim 'alaa sayyidinaa Muhammadin qod dlaqat hiilatii adriknii yaa rasulallah</b></i><br />
Sholawat ini diajarkan oleh Rasulullah kepada seorang Mufti kota Syam yang bernama Syech Hamid Affandy Al 'Imadi dalam sebuah mimpi, Beliau Rasulullah bersabda barang siapa membaca Sholawat tsb Allah SWT akan memberikan kemudahan dalam segala hal<br />
<br />
<br />
<br />
<b>17. Sholawat Nurul Anwar </b><br />
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b><b>اللهم صل على نور الانوار وَسِرِّ الاَسرَارِ وَتِر يَاقِ الاَغيَارِ وَمِفتَاحِ بَابِ اليَسَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد المُختَارِ وَالِهِ الاَطهَار وَاصحَا بِهِ الاَخيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَاِفضَالِهِ</b></div>
<i><br /><b>Allahumma shalli 'alaa nuuril anwaari wasirril asraari, watiryaaqil aghyaari wamiftaahi baabil yasaari, sayyidinaa wamaulaana Muhammadinil muhtaari wa aalihil ath haari wa ash haabihil ahyaari 'adada ni'amillaahi wa ifdhaalih.</b></i><br />
<br />
Artinya : Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada cahaya dari segala cahaya, rahasia dari segenap rahasia, penawar duka dan kebingungan, pembuka pintu kemudahan, yakni junjungan kami, Nabi Muhammad saw yang terpilih, keluarganya yang suci dan para sahabatnya yang mulia sebanyak hitungan nikmat Allah SWT dan karunia Nya<br />
<br />
Keutamaan dan khasiat sholawat Nurul anwar :<br />
Sholawat ini bersumber dari wali quthub Sayyid Ahmad al Badawi ra. menurutnya, keutamaan dan kegunaannya sholawat ini adalah:<br />
- Jika dibaca setiap selesai shalat fardhu, maka akan terhindar dari segala mara bahaya dan memperoleh rizki dengan mudah<br />
- Jika dibaca 7 kali sebelum tidur, insya Allah akan terhindar dari sihir yang dilakukan orang jahat<br />
- Jika dibaca 100 kali sehari semalam, akan memperoleh cahaya Illahi, menolak bencana, mendapat rizki lahir batin<br />
<br />
<br />
<b>19. Sholawat Quthbul Aqthab </b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-ouAGuRLxhDo/VkOIn8wga3I/AAAAAAAARt8/fjn0W6Kw3ZE/s1600/Sholawat%2BQuthbul%2BAqthab.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="230" src="http://3.bp.blogspot.com/-ouAGuRLxhDo/VkOIn8wga3I/AAAAAAAARt8/fjn0W6Kw3ZE/s320/Sholawat%2BQuthbul%2BAqthab.jpg" width="320" /></a></div>
<i><b>Allahmma sholli 'alaa sayyidinaa Muhammadin fil awwaliin washalli 'alaa sayyidina Muhammadin fil aakhiriinaa washalli 'alaa sayyidinaa Muhammadin finnabiyyin washalli 'alaa sayyidina Muhammadin fil mursaliin, washalli 'alaa sayyidina Muhammadin fil malail a'laa ilaa yaumiddiin.</b></i><br />
<br />
Artinya: Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, pada zaman/abad awal dan di abad yang terakhir (akhir zaman) , di dalam kenabian dan kerasulan (keutusan),di dalam golongan mulia sampai hari qiyamat.<br />
<br />
Khasiat dan fadhilah Sholawat Quthbul Aqthab:<br />
Barang siapa yang ingin bertemu dengan nabi Muhammad di dalam mimpi, maka maka baca Sholawat Quthbul Aqthab sebagai wirid 70 kali dalam sehari semalam, demikian menurut Alhafizh Dimyathi. Atau sebelum tidur wudlu, dan sholat sunnah 2 rekaat , setelah sholat bacalah sholawat ini sampai tidur, tidurnya dalam keadaan suci baik pakaian maupun tempatnya dan posisi tidurnya membujur ke utara muka menghadap kiblat serta hatinya tidak melamun.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>Semoga kita tetap Istiqomah dan jauh dari perbuatan Ghibah </b></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-74607134653459640862015-11-12T00:56:00.000+07:002015-11-12T00:56:06.390+07:00Bermacam-macam Sholawatan dan Faedahnya Jilid ke 3<div style="text-align: justify;">
<b>9. Sholawat Basyairul Khairat</b><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>بسم الله الرحمن الرحيم</b></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمؤمنين بما قال العظيم :وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للذاكرين بما قال العظيم : فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً *هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للعاملين بما قال العظيم : أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى* وبما قال : وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للأوابـين بما قال العظيم : فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا*لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ذَلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للتوابين بما قال العظيم : إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ*وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنْ السَّيِّئَاتِ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمخلصين بما قال العظيم : فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا*مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للخاشعين بما قال العظيم : وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ-الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ، الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمصلين بما قال العظيم : وَأَقِمْ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ-أَقِمْ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنْ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للصابرين بما قال العظيم : إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ ، أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمْ اللَّهُ وَأُوْلَئِكَ هُمْ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للخائفين بما قال العظيم : وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ ، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنْ الْهَوَى فإِن الجنة هي المأَوى .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمتقين بما قال العظيم : وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ-الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ، فَأُوْلَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمخبتين بما قال العظيم : الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ ، وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للصابرين بما قال العظيم : وَبَشِّرْ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُهْتَدُونَ ،إِنِّي جَزَيْتُهُمْ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمْ الْفَائِزُونَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للكاظمين بما قال العظيم : الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنْ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ، فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمحسنين بما قال العظيم : وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ، مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للشاكرين بما قال العظيم : وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ ، لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمُنْـفِقِن بما قال العظيم : وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ، وَمَا أَنفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمتصدقين بما قال العظيم : وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ ، إِنَّ اللَّهَ يَجْزِي الْمُتَصَدِّقِينَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للسائلين بما قال العظيم : فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِي إِذَا دَعَانِي ، وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للصالحين بما قال العظيم : أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِي الصَّالِحُونَ ، أُوْلَئِكَ هُمْ الْوَارِثُونَ ،الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمصلين بما قال العظيم : إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ،يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمبشرين بما قال العظيم : وَبَشِّرْ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ، لَهُمْ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للفائزين بما قال العظيم : وَمَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للزاهدين بما قال العظيم : الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للأَميّـــين بما قال العظيم : كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنكَرِ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمصطفين بما قال العظيم : ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمذنبين بما قال العظيم : قُلْ يَا عِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمستغفرين بما قال العظيم : وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرْ اللَّهَ يَجِدْ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>* اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للعابدين بما قال العظيم : إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُوْلَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ ، لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنفُسُهُمْ خَالِدُونَ ،لَا يَحْزُنُهُمْ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمْ الْمَلَائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمْ الَّذِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ .</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>•اللهم صلِّ وسلم على ســيدنا محمّد البشير المبشّر للمسلمين بما قال العظيم : إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا ،وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى ، وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى ، ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى ، وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى .</b></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Terjemahannya: </b><br />
<br />
SHALAWAT 1<br />
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami,Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada kaum mukminin, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Dan berikanlah kabar gembira bagi orang – orang yang beriman (QS 2:223).<br />
Dan bahwa Allah tidak mengabaikan pahala orang – orangh beriman (QS 3: 171).<br />
<br />
SHALAWAT 2<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang ingat ( berzikir ), sebagaimana firman Allah SWT:<br />
Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu (QS 2 : 125).<br />
Ingatlah Allah dengan zikir yang banyak, dan sucikanlah Dia di pagi dan petang hari. Dialah yang memberikan rahmat kepada kalian, untuk mengeluarkan kalian dari kegelapan menuju cahaya, dan Dia amat sayang kepada kaum yang beriman. Penghormatan mereka di hari saat bertemu dengan Nya adalah “salam!” dan Dia menyediakan bagi mereka pahala yang baik (QS 33 : 41 – 44)<br />
<br />
SHALAWAT 3<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang beramal, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Aku tidak mengabaikan amal setiap orang yang beramal, baik laki – laki maupun wanita (QS 3 : 195)<br />
Dan barang siapa melakukan amal shaleh, baik laki – laki ataupun wanita, dan dia seorang yang beriman, maka orang itu akan memasuki surga, dan di sana mereka akan di beri rezeki tanpa batas<br />
(QS 40 : 40)<br />
<br />
SHALAWAT 4<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada mereka yang kembali kepada Tuhannya, sebagaiman firman Allah SWT :<br />
Sesungguhnya Dia selalu mengampuni orang – orang yang mau kembali kepada Nya (QS 17 : 25)<br />
Mereka akan memperoleh apa yang mereka inginkan di sisi Tuhan mereka, dan itulah balasan bagi orang – orang yang berbuat kebaikan (QS 39 : 34)<br />
<br />
SHALAWAT 5<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang bertobat, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Sesungguhnya Allah mencintai orang – orang yang bertobat dan menjaga kebersihan dirinya (QS 2 : 222)<br />
Dia lah yang menerima tobat dari hamba – hamba Nya dan memaafkan keburukan – keburukan (QS 42 : 25)<br />
<br />
SHALAWAT 6<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang ikhlas, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Barangsiapa berharap bertemu dengan tuhannya, hendaklah dia melakukan amal shaleh dan tidak menyekutukan Tuhannya dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Nya (QS 18 : 110)<br />
Ikhlas dan mempersembahkan agama hanya kepada Nya (QS 7 : 29)<br />
<br />
SHALAWAT 7<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang melakukan sholat, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat membantu mencegah perbuatn keji dan tercela (QS 31 : 17)<br />
Wahai anakku, dirikanlah sholat, anjurkanlah yang baik, cegahlah perbuatan tercela, dan bersabarlah atas apa yang menimpamu. Sesunggunya hal itu termasuk kewajiban yang pasti (QS 31 : 17)<br />
<br />
SHALAWAT 8<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang khusyuk, sebagaimana firman Allah SWT :Mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat, meski hal itu di rasa amat berat, kecuali bagi orang – orang yang khusyuk. Yaitu orang – orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhannya dan bahwa kepada Nya mereka akan kembali (QS 2 : 45 – 46)<br />
Yaitu mereka yang selalu mengingat Allah, baik dalam keadaan duduk, berdiri, atau berbaring, dan mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata : “ Tuhan kami, tidaklah Kau ciptakan semua ini sia – sia. Maha suci Engkau! Maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.” (QS 3 : 191)<br />
<br />
SHALAWAT 9<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang sabar (dalam ke ta’atan), sebagaimana firman Allah SWT :Sungguh, orang – orang yang sabar akan di penuhi pahalanya tanpa perhitungan (QS 39 : 10)<br />
Mereka itulah orang – orang yang di beri petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah yang memiliki akal yang jernih (QS 39 : 18)<br />
<br />
SHALAWAT 10<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang takut (kepada Allah), sebagaimana firman Allah SWT:Dan bagi orang – orang yang takut kepada Tuhan nya, ada dua surga (QS 55 : 46). Adapun orang–orang yang takut menghadap Tuhannya dan menahan dirinya dari mengikuti hawa nafsu, maka sesungguhnya surgalah tempat kembalinya (QS 79 : 40 – 41)<br />
<br />
SHALAWAT 11<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang–orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah SWT:<br />
Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan ia bagi mereka yang bertakwa, menunaikan zakat, dan beriman kepada ayat–ayat Ku. Yaitu mereka yang mengikuti Rasul, nabi yang Ummi…..(QS 7 : 156 – 157)<br />
Bagi mereka pahala dua kali lipat dari apa yang mereka kerjakan, dan mereka akan merasa aman di tempat yang agung (QS 34 : 37)<br />
<br />
SHALAWAT 12<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang bersahaja, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Berilah kabar gembira kepada orang – orang yang bersahaja, yaitu orang yang hatinya bergetar ketika Allah di sebut (QS 22 : 34 – 35)<br />
Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan dengan hati yang penuh rasa takut, karena mereka akan kembali kepada Tuhannya (QS 23 : 60)<br />
<br />
SHALAWAT 13<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang sabar ( dalam menghadapi musibah ), sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Berilah kabar gembira kepada orang – orang yang sabar,yaitu orang – orang yang apabila di timpa musibah mereka berkata “ sesungguhnya kami ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada Allah lah kami akan kembali.” Mereka itulah yang di beri kesejahteraan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang – orang yang mendapat petunjuk (QS 2 : 155 – 157)<br />
Aku memberikan balasan baik bagi mereka pada hari ini atas kesabaran mereka, sehingga mereka menjadi orang – orang yang beruntung (QS 23 : 111)<br />
<br />
SHALAWAT 14<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang menahan amarahnya, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Mereka yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain. Dan Allah mencintai orang – orang yang berbuat kebaikan (QS 3 : 134)<br />
Maka barangsiapa memaafkan dan memperbaikinya, maka pahalanya ada di tangan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang – orang yang berbuat kezaliman (QS 42 : 40)<br />
<br />
SHALAWAT 15<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang aktif dalam kebiakan, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah mencintai orang – orang yang aktif dalam kebaikan (QS 2 : 195)<br />
Barangsiapa melakukan kebaikan, baginya balasan sepuluh kali yang seperti itu, dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka baginya balasan yang setimpal dengannya, dan mereka semua tidak akan di zalimi (QS 6 : 160)<br />
<br />
SHALAWAT 16<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang bersedekah, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Dan jika kalian menyedekahkannya, maka itu baik bagi kalian jika kalian mengetahui (QS 2 : 280)<br />
Sesungguhnya Allah akan memberikan pahala kepada orang – orang yang bersedekah (QS 12 : 88)<br />
<br />
SHALAWAT 17<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang menafkahkan hartanya, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Dan mereka menafkahkan sebagian dari apa yang kami anugerahkan kepada mereka (QS 2 : 3)<br />
Dan apapun yang kalian nafkahkan, maka dia akan memberikan gantinya (QS 34 : 39)<br />
<br />
SHALAWAT 18<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang bersyukur, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Dan syukurilah nikmat Allah jika hanya kepada Nya kalian menyembah (QS 16 : 144)<br />
Jika kalian bersyukur, sungguh Aku akan meberikan lebih kepada kalian, namun jika kalian mengingkarinya, sungguh azab Ku amatlah pedih (QS 14 :17)<br />
<br />
SHALAWAT 19<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang–orang yang meminta (kepada Mu), sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Sesungguh Nya aku dekat, Aku menjawab permohonan orang yang bermohon jika ia memohon kepada Ku (QS 2 : 186)<br />
Serulah Aku, pasti Ku jawab seruanmu ( QS 40 : 60 )<br />
<br />
SHALAWAT 20<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang–orang yang saleh, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Bahwa bumi ini akan di warisi oleh hamba – hamba Ku yang saleh (QS 21 : 105)<br />
Merekalah orang – orang yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya (QS 23 : 10 – 11)<br />
<br />
SHALAWAT 21<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang aktif berbuat baik, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Sesungguhnya Allah dan para malaikat Nya bersalawat kepada nabi. Wahai orang – orang yang beriman bersalawatlah kepadanya dan berilah salam kepadanya dengan penuh penghormatan (QS 33 : 56)<br />
Dia akan memberikan kepadamu cahaya penerang yang dengannya engkau berjalan, dan Dia akan mengampunimu. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS 57 : 28)<br />
<br />
SHALAWAT 22<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang–orang yang di beri kabar gembira, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Bagi mereka kabar gembira di dalam kehidupan dunia ini dan di akhirat kelak. Tak ada perubahan bagi kalimat Allah. Itulah keberuntungan yang besar (QS 10 : 64)<br />
<br />
SHALAWAT 23<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang beroleh kemenangan, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul Nya, maka sungguh ia telah memperoleh kemenangan yang besar (QS 33 : 71)<br />
<br />
SHALAWAT 24<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang–orang yang zuhud, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Harta dan anak – anak adalah hiasan kehidupan dunia. Namun amal baik yang abadi adalah lebih baik di sisi Tuhanmu dalam hal pahalanya dan lebih baik untuk di harapkan (QS 18 : 46)<br />
<br />
SHALAWAT 25<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang ummi, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Kalian adalah sebaik – baik umat yang di keluarkan oleh manusia, kalian akan memerintahkan yang baik dan mencegah yang mungkar (QS 3 : 110)<br />
<br />
SHALAWAT 26<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang terpilih, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Lalu kami wariskan kitab itu kepada orang – orang terpilih dari hamba kami. Di antara mereka ada yang menzalimi dirinya sendiri, di antara mereka ada yang sedang – sedang saja, dan di antara mereka ada yang terdepan dalam melakukan kebaikan dengan izin Allah. Itulah keutamaan yang besar ( QS 35 : 32 )<br />
<br />
SHALAWAT 27<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang berdosa, sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Katakanlah, “ wahai hamba – hamba ku yang telah melanggar batas – batas dirinya, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang (QS 39 : 53)<br />
<br />
SHALAWAT 28<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang beristighfar (memohon ampunan), sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Barangsiapa melakukan keburukan atau menzalimi dirinya sendiri, lalu ia memohon ampun kepada Allah, maka ia akan mendapati Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS 4 : 110)<br />
<br />
SHALAWAT 29<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang yang di dekatkan (kepada Allah), sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Sesungguhnya orang – orang yang lebih dulu memperoleh kebaikan dari kami, mereka itu di jauhkan dari neraka. Mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa mereka inginkan. Mereka tidak di susahkan oleh kedahsyatan yang besar ( pada hari kiamat ), dan mereka di sambut oleh para malaikat : “inilah harimu yang telah di janjikan kepadamu.” (QS 21 : 101 – 103)<br />
<br />
<br />
SHALAWAT 30<br />
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang berserah diri (kepada Allah), sebagaimana firman Allah SWT :<br />
Sesungguhnya laki – laki dan wanita yang berserah diri, laki – laki dan wanita yang beriman, laki – laki dan wanita yang taat, laki – laki dan wanita yang jujur, laki – laki dan wanita yang sabar, laki – laki dan wanita yang khusyuk, laki – laki dan wanita yang bersedekah, laki – laki dan wanita yang berpuasa, laki – laki dan wanita yang menjaga kemaluannya, laki – laki dan wanita yang banyak mengingat Allah, maka kami sediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar (QS 33 : 35)<br />
Dan bahwa seseorang hanya akan memperoleh apa yang di usahakannya. Dan bahwa usahanya itu akan di lihat, lalu akan di beri balasan dengan balasan yang setimpal (QS 53 : 39 – 41)<br />
<br />
SHALAWAT 31<br />
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepadanya dengan shalawat yang membuat dada menjadi lapang, berbagai urusan menjadi mudah, berbagai penghalang menjadi terbuka, dan sampaikan kepadanya salam yang banyak, berkesinambungan hingga hari kiamat. Seruan mereka di sana adalah “ maha suci Engkau, Ya Allah”. Penghormatan mereka di sini adalah “salam.” Dan akhir ucapan mereka adalah “ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS 10 : 10)<br />
<br />
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
KEISTIMEWAAN SHOLAWAT BASYAIRUL KHOIROT</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="direction: rtl; font-family: sans-serif; text-align: right;">
هذه صلاة بشائر الخيرات على سيدنا النبي صلى الله عليه وسلم تأليف إِمام
الأَئمة الشيخ عبد القادر الجيلاني– قدس الله تعالى سره ونفعنا الله سبحانه
ببركته آمــــــيــــــن .</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Ini adalah Sholawat Basyairul Khoirot ‘Ala Sayyidina An nabiyyi
Shollollohu Alaihi Wasallam karangan- Imamul Aimmah Asy-syikh Abdul
Qodir Jailaniy- Qoddasalloh Ta’ala Sirrohu Wa Nafa’anallohu Subhaanahu
Bibarokatihi Aamiiin.</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="direction: rtl; font-family: sans-serif; text-align: right;">
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم .</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Rahmat dan kesejahteraan semoga terlimpah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, serta para keluarganya dan sahabatnya.</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="direction: rtl; font-family: sans-serif; text-align: right;">
الحمد لله الذي منّ علينا بنعمة الإِيمان والإِسلام قال إِمام الأَئمة –
وشيخ الأَمة سيد الأَنجاب ، وقطب الأَقطاب ، الغوث العظيم ( الســـيد عبد
القادر الجيلاني ) لبعض إخوانه في الدين : خذوا مني هذه الصلاة فإني قد
أخذتها بإِلهام من الله عزّ وجل ثم عرضتها على النبي صلى الله عليه وعلى
آله وصحبه وسلم وأَردت أن أسأله عن ثوابها فأخبرني قبل أن أسأله, </div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Segala puji milik Alloh yang telah menganugrahkan kepada kami ni’mat
iman dan islam. Talah berkata oleh Imamul Aimmah Syaikhul ummah Sayyidul
Anjab Qutbul Aqtob Al ghostul Adziim</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
(As sayyid Abdul Qodir A jailaniy) kepada sebagian ikhwannya dalam agama: “Ambilah dariku akan
sholawat ini , karena sesungguhnya aku mendapatkannya melalui ilham dari
Alloh Azza Wa Jalla, kemudian aku hadapkan sholawat ini kepada baginda
Nabi SAW, dan aku ingin bertanya mengenai pahala yang di peroleh bagi si
pembaca, kemudian baginda rosul menjelaskan kepadaku sebelum aku
bertanya kepadanya,</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="direction: rtl; font-family: sans-serif; text-align: right;">
فقال لي : لها من الفضل شيء غريب لا ينحصر فإِنها ترفع أصحابها إلى أعلى
الدرجات وإذا قصد أمر لا يخيب ظنه ولا ترد له دعوة عند الله ومن قرأها
مرة واحدة غفر الله تعالى له ولمن في المجلس وإن حضر أجله عند الموت حضر
عنده أربعة من الملائكة ، الأول : يمنع – الشيطان ، والثاني : يلزمه كلمتي
الشهادة ، والثالث : يسقيه بكأس من الكوثر ، والرابع : بيده طاسة من الذهب
مملؤة من ثمار الجنة ،</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Kemdian beliau bersabda kepadaku: “Sholawat ini memiliki suatu
keutamaan yang sangat agung, hampir hampir tak dapat terhitung, di
antaranya :</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Dapat mengangkat posisi pembaca ke derajat yang luhur</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Apabila menginginkan sesuatu tidak akan kecewa (gagal)</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Tidak akan Alloh tolak segala do’anya</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Siapa orang yang membaca satu kalisaja akan Alloh ampuni dosanya dan dosa orang yang hadir pada majlis tersebut</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Dan apabila tiba ajalnya akan hadir di sisinya empat malaikat,
Malaikat pertama akan melindungi dari syaitan, Malaikat kedua akan
memantapkan kalimat Syahadat di hatinya, Malaikat ketiga akan memberi
minum air dari telaga kautsar, dan Malaikat keempat membawa keranjang
dari emas yang berisi aneka buah surga.</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="direction: rtl; font-family: sans-serif; text-align: right;">
ويقول الله تعالى له : أبشر يا عبد الله انْظُرْ لك منزلاً في الجنة فينظر
فيراه بعينيه قبل أن تخرج روحه ويدخل الجنة ، وفي قبره آمناً ولا يرى فيه
وحشة ولا ضيقاً ، ويفتح له أَربعون باباً من الرحمة ويعلق على رأَسه قنديل
من النور يبعث به يوم القيامة ، وعن يمينه ملك يبشّره ، وعن شماله ملك
يؤمنه ، وعليه حلتان ويهدي له نجيب من الجنة يركب عليه ، ولا يرى حسرة ،
ولا ندامة ولا يحاسب بسؤ العمل ،</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Dan Alloh berfirman kepadanya : “ hai hamba Alloh berbahagialah kamu,
lihatlah tempatmu di surga, kemudian orang tersebut melihat surga dengan
mata hatinya, dan keluarlah ruhnya kemudian masuk kedalam surga,</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
<span style="font-family: inherit;">
- Dan dalam kuburnya akan merasa nyaman, ti</span>dak ada kegelisahan dan kesempitan</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Di bukakan 40 pintu rahmat</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Dan dipasang dikepalanya akan lampu dari cahaya untuk penerangan pada hari kebangkitan</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Dan di sebelah kanan ada malaikat yang menghibur</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Dan di sebelah kiri ada malaikat yang menjaganya</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Dan di beri mahkota di kepalanya</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Dan di beri kendaraan dari surga</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
- Tidak terlihat sedih dan penyesalan serta tidak di hisab,</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="direction: rtl; font-family: sans-serif; text-align: right;">
وإِذا مرّ على الصراط فتقول له النار جُزْ سريعاً يا عتيق الله إنني محرمة
عليك ، وأدخل الجنة من أي باب تشاء ، كل ذلك في الجنة يعطى إِليه ، ولكل
باب أربعون قُبّة من الفضة في كل قبة مائة خيمة من النور في كل خيمة سرير
من الكافور على كل سرير فراش جارية من الحور العين خلقها الله تعالى من
الطيب المطيب كأَنها البدر ليلة التمام ، ثم يعطيه الله تعالى ما لا عين
رأَت ولا أُذنٍ سمعت ولا خطر على قلب بشر ،</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Dan apabila dia melintas di shirot, maka shirotpun berkata: “silahkan
melintas wahai orang yang sudah di merdekakan Alloh, sesungguhnya aku
telah di haramkan untukmu, dan silhkan masuk ke surga dari pintu mana
saja yang kamu inginkan, semua yang ada di surga di berikan kepadanya,
di setiap pintu terdapat qubbah dari emas, di setiap qubbah ada seratus
istana dari cahaya, di setiap istana ada tempat tidur dari kafur, di
setiap tempat tidur ada ada bidadari yang bermata indah, Alloh
menciptakan bidadari tersebut dari wewangian yang harum semerbak seolah
olah bulan purnama, kemudian Alloh menganugrahkan apa yang belum pernah
di lihat mata, belum pernah di dengar telinga, dan belum pernah
terlintas di hati manusia,</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="direction: rtl; font-family: sans-serif; text-align: right;">
وفي الخبر عن النبي صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم ليلة أسري به إلى
حضرة ربه فقال الله عز وجل وعلا : السموات لمن يا محمد ؟ فقال له لك يا رب
فقال له أنت لمن يا محمد؟ فسكت النبي صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم
ومنعه الحياءُ أن يقول شيئاً ، فقال له الجليل جلا وعلا أَنت لمن صلى عليك
زاد تشريفاً وتعظيماً ،</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Dan ada dalam sebuah hadist nabi SAW prnah bersabda:</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
“pada malam aku di isro kan ke hadrot Alloh SWT, Alloh Azza Wa ‘Ala berfirman kepadaku: “langit itu milik siapa muhammad.?”</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Nabi menjawab : “ milik Engkau ya Tuhanku..!”</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Lalu Alloh berfirman: “ kamu milik siapa Muhammad?”</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Kemudian Nabi SAW terdiam karena malu, sehingga tak mengatakan sesuatu apapun...</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Maka Alloh Al Jalil Jalla Wa ‘Ala berfirman: “ engkau itu milik orang
yang bersholawat kepadamu, menambah kemuliaan dan keagungn derajatmu,</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="direction: rtl; font-family: sans-serif; text-align: right;">
فقال له سيدي عبد القادر الجيلاني هذه الصلاة يليق بها الحديث وهذه الصلاة
تفتح سبعين باباً من الرحمة وتظهر عجائبها من عن طريق الحكمة ، وخير من
عِتقِ ألف نسمة ، ونحر ألف بدنة وصدقة ألف دين وصيام أَلف شهر ، وفيها سر
مكنون ، وهي تجلب الأَرزاق وتطيـِّب الأّخلاق ، وتقضي الحوائج ، وتغفر
الذنوب وتستر العيوب ، وتعز الذليل .</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Telah berkata oleh Sayyidi syaikh Abdul Qodir Al jailaniy : “ Sholawat
ini sangat sesuai dengan hadist diatas, Sholawat ini dapat membuka 70
pintu rahmat, dan akan muncul keajaibannya dari hikmah Alloh, dan lebih
baik dari pada memerdekakan 1.000 budak, menyembelih 1.000 unta,
shodaqoh 1.000 dinar, puasa 1.000 tahun, dan pada sholawat ini banyak
rahasia yang tersembunyi, dapat memudahkan rezeki, memperbaiki akhlak,
meluluskan hajat, menghapus dosa-dosa serta menutupi ‘aib, dan
mengangkat derajat orang yang hina,</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="direction: rtl; font-family: sans-serif; text-align: right;">
قال ســــــــــيدي مُكِيِنُ الدين : كانت هذه الصلاة لا تعطى إلا لرجل
كامل الخصائل وكثير النوائل وأن صاحب هذه الصلاة إذا أَهمه أَمر من أُمور
الدنيا والآخرة كُــلُّ صلاة قرأَها من هذه الصلاة كانت له شفاعة عند النبي
صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم ، وهى صلاة للمصلين ، وقرآن للذاكرين ،
وموعظة للمتقين ، ووسيلة للمتوسلين وهي هذه الصلاة المَحـْـ كِيُّ عنها.</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
Telah berkata oleh Sayyidi Mukinuddin : “ Ada satu sholawat yang tidak
di berikan kecuali kepada seseorang yang sempurna Akhlaknya dan sering
berderma, orang yang memiliki sholawat ini apabila dia di bingungkan
oleh satu urusan baik dunia maupun akhirat, jika dia baca satu kali
sholawat ini akan menjadi Syafa’at ( penolong ) di hadapan baginda nabi
SAW, inilah sholawat bagi orang yang gemar bersholawat, bacaan bagi
orang yang gemar berzikir, nasihat bagi orang yang bertaqwa, dan wasilah
bagi orang mencari perantara.</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: sans-serif;">
<br />
</div>
<div dir="auto" name="BB10" style="font-family: inherit;">
<b>10. Sholawat Bariyyah </b>
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-JA2Xl2787rc/VkN_G-QMzcI/AAAAAAAARtQ/NKcLYZx7j2U/s1600/sholat-bariyyah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="http://4.bp.blogspot.com/-JA2Xl2787rc/VkN_G-QMzcI/AAAAAAAARtQ/NKcLYZx7j2U/s320/sholat-bariyyah.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<i><b>Allahumma yaa daaimal fadli 'alal bariyyah yaa baasithal yadaini bil'athiyyah yaa shaahibal mawahibissaniyyah sholli 'alaa sayyidina Muhammadin khoiral waraa sajiyyah waghfir lii yaadzal 'ulaa fii haadzihil 'asyiyyah.</b></i><br /><br />Artinya: Ya Allah, wahai Dzat yang langgeng anugerahnya kepada manusia, wahai dzat yang membentangkan kedua tangannya dengan pemberian. Wahai Dzat yang mempunyai pemberian-pemberian yang luhur. Limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebaik-baiknya manusia di dalam budi pekertinya/akhlaqnya. Dan ampunilah aku, wahai dzat yang mmpunyai keluhuran di malam ini.<br /><br />Fadhilah dan manfaatnya:<br />Ibnu Abbas ra, berkata: barang siapa yang membaca sholawat ini malam jum'at 10 kali, maka Allah akan mencatat baginya 100 juta kebaikan, menghapus dari padanya satu juta keburukan, dan mengangkat dari padanya 100 juta derajat, dan besok pada hari kiamat Nabi Ibrahim kekasih Allah memintakan rahmat kepada Allah untuknya.<br /><br />Manfaat lain, bagi yang sedang menuntut ilmu, baik yang di Pondok Pesantren maupun di sekolah-sekolah lain, apabila ingin di beri kecerdasan otaknya dan ingin segera tercapainya ilmu yang dituntut, maka bacalah sholawat ini sebanyak-banyaknya, tapi jangan lupa belajar yang rajin.<br />
<br />
<br />
<br />
<br /><br />
<b>11. Sholawat Nuridzati</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/--mx5JYQE2nY/VkOA3Oy13BI/AAAAAAAARtc/0FLYo2GchC0/s1600/Sholawat%2BNuridzati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="157" src="http://3.bp.blogspot.com/--mx5JYQE2nY/VkOA3Oy13BI/AAAAAAAARtc/0FLYo2GchC0/s320/Sholawat%2BNuridzati.jpg" width="320" /></a></div>
<i><b>Allaahumma shalli wasallim 'ala sayyidinaa Muhammadinin nuuridz dzaatii wassirrissaarii fii saairil asmaai wash shifaati wa'alaa aalihi washah bihii wasallim</b></i><br /><br />Artinya: Ya Allah berikanlah rahmat keselamatan dan berkah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW merupakan cahaya Dzat (Allah) dan merupakan raasia yang mengalir pada seluruh nama dan sifat dan berikanlah pula salam sejahtera, barokah atas keluarganya dan para sahabatnya.<br /><br />Fadhilah dan manfat sholawat Nuridzzati:<br />
<br />Lafadz sholawat Nuridzzati disusun oleh Imam Syadzali, kata beliau satu sholawat nilainya sama dengan 100.000 sholawat. Gunanya ialah untuk menghilangkan segala macam kesusahan, untuk membuka pintu rizqi dan memudahkannya. Dibaca paling sedikit 3 x setelah shalat fardlu<br /><br />Manfaat yang lain untuk pagar/membentengi badan, caranya dengan puasa tiga hari, mulai hari Selasa, Rabu dan Kamis, sholawat Nuridzati dibaca sebanyak-banyaknya selama puasa. Setelah selesai puasa sholawat dibaca 41 x sehari semalam secara istiqomah. Dapat pula untuk menangkal gangguan anak kecil terhadap jin/syetan agar tidak rewel, selamat dari penyakit yang membahayakan.<br /><br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-70124705639259300362015-11-11T20:48:00.000+07:002015-11-12T01:34:32.518+07:00Bermacam-macam Sholawatan dan Faedahnya Jilid ke 2<b>5. Sholawat Qubro</b><br />
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَ اْلمُرْسَلِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالنَّبِيِّنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالصِّدِّيْقِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالرَّاكِعِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالْقَاعِدِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالسَّاجِدِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالذَّاكِرِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالمْكُبَرِِّيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالظَّاهِرِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالشَّاهِدِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالاْوَّلِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالأخِرِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَي يَارَسٌولَاللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَانَبِيَ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدِيْ يَاحَبِبَ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ اَكْرَمَهٌ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ عَظَّمَهٌ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ شَرَّفَهُ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ اَظْهَرَهُ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَن اخْتَارَهٌ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ صَوَّرَهٌ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ عَبَدَاللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاخَيْرَخَلْقِ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاخاَتِمَ رٌسُلِ اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسٌلْطَانَ اْلاَنْبِياَءِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَابٌرْهاَنَ الاَصْفِيَاءِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامُصْطَفَى</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامٌعْلَى</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَجْتَبَى</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامٌزَكىَّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَكِّىٌّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَدَنِيٌّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاعَرَ بِيٌّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاقٌرَشِيٌّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاهاَشِمِيٌّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَااَبْطَحِيٌّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَازَمْزَمِيٌّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاتِهاَمِيٌّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَااٌمِّيٌّ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّّدَوَلَدِاَدَمَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَااَحْمَدَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامٌحَمَّدٌ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاطَهَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَايَس</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامٌدَ ثّرٌ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاصاَحِبَ الكَوْثَرِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاشَفِيْعٌ يَوْمَ المحَشَرِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاصاَحِبَ التاَّجِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاصاَحِبَ المِعْرَاجِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالاَوَّلِيْنَ وَالاَخِرِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالمحٌسِْنِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالكَوْنَيْنِ وَالثَّقَلَيْنِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاصاَحِبَ النَّعْلَيْنِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدِي ياَرَسٌوْلَ اللهِ ياَخَاتمَِ الاَنْبِيَاءِ وَالمٌرْسَلِيْنَ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدِي يَانَبِى اللهِ</b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ وَالْحَمْدٌلِلّهِ رَبِّ اْلعَالمَِيْنَ</b></div>
<br />
<br />
<br />
<i>BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM</i><br />
<br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal Mursaliin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidan nabiyyiin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidas shiddiqiin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidar raaki'iin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal qaa'idin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidas saajidiin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidadz Dzaakiriin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal Mukabbiriin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidadh dhaahiriin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidasy Syaahidiin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal Awwaliin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal aakhiriin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidii yaa Rasulallah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Nabiyyallaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidii yaa Habiiballaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man Akramahullaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man 'Adhdhamahullaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man Syarafahullah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man adhharahullaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa manikhtaarahullaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man shawwarahullaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man "Abadallaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Khaira kholqillaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Khaatima rasuulillaah</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sulthaanal Anbiyaa'</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Burhaanal Ashfiyaa'</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Musthafaa</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Ma'laa</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Mujtabaa</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Muzakkaa Makkiyyu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Madaniyyu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa"Arabiyyu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Qurasyiyyu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Haasyimiyyu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Abthahiyyu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Zamzamiyyu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Tihaamiyyu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Ummiyyu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyida Waladi Aadam</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Ahmadu</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Muhammad</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Thahaa</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Yaasiin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Muddatstsiru</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa ShaaKautsarihibal</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Syaafii'uyaumal Mahsyari</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Shaahibat Taaji</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Shaahibal Mi'raaji</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidal Awwaliina wal aakhiriin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidal Muhsiniin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidal Kaunaini Wats-tsaqalaini</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Shaahiban Na'lain</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidii yaa Rasuulallaah yaa Khaatimal Anbiyaa'i wal Mursaliin</i><br />
<i>Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidii yaa Nabiyyallaahi ilaa yaumiddiin wal hamdu lillaahi Rabbil 'Aalamiin.</i><br />
<br />
Artinya :<br />
<i>Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu para utusan</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu para nabi</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu para shiddiqin</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang ruku'</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang duduk</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang sujud</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang dzikir</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang mengagungkan</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang nampak</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang bersaksi</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang terdahulu</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang kemudian</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghuluku ya Rasulallah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai junjunganku wahai kekasih Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang dihormati Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang diagungkan Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang dimuliakan Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang didhahirkan Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang dipilih Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang dilukiskan Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang berbakti kepada Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai sebaik-baik makhluk</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penutup para utusan Allah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Raja para Nabi</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Hujjah para Sufi</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai manusia pilihan</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai manusia yang ditinggikan</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai manusia yang dipilih</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang disucikan</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang Makkah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang Madinah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang Arab</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai bangsa Qurays</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai keturunan Hasyim</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai bangsa Abthahiyyah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai bangsa Zamzam</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai bansa Tihammah</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai nabi yang Ummi</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu anak Adam (manusia)</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Ahmad</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Muhammad</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Thaha</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Yasin</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang berselimut</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang memiliki telaga Kautsar</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang memiliki mahkota</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang bermi'raj</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang terdahulu dan kemudian</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang yang baik-baik</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai pemimpin dunia dan akhirat,pemimpin jin dan manusia</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai yang memiliki dua sandal</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai junjunganku wahai utusan Allah, wahai penutup para Nabi dan para Rasul</i><br />
<i>Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai junjunganku wahai nabi Allah hingga hari pembalasan dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.</i><br />
<br />
Fadhilah dan faedah Sholawat Kubro:<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Adapun fadhilah dan khasiyat sholawat Kubro itu besar dan banyak sekali , yang diantaranya barang siapa yang membaca secara istiqomah sehari satu kali , InsHa Allah orang tersebut akan diberi pahala dan kenikmatan yang besar sekali dari Allah, yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar telinga orang dan belum pernah terlintas di benak seseorang. Dan juga akan mendapat ketentraman hati cukup sandang pangan serta dikabulkan hajatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sholawat Kubro dinukil dari Alfiyatusholawat yang dihimpun oleh Syaich Muslih bin Abdurrahman Al-Muraqy, dan sholawat itu dinamakan Sholawat Kubro, menurut beliau fadhilah sholawat ini yaitu baik sekali bagi orang yang sedang menunaikan Ibadah Haji ke Mekah dan Madinah untuk memperbanyak membaca sholawat Kubro itu di mana saja yang pantas. Lebih-lebih di waktu ziarah ke makam Rasulullah saw, maka sangat dianjurkan sekali agar segala maksud dan tujuannya yang baik dapat dikabulkan, hajinya menjadi haji yang mabrur, umrahnya menjadi umrah yang diterima oleh Allah SWT, dengan sebab berkah sholawat dan dengan sebab syafaat Nabi Muhammad saw.</div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah sholawat yang dinisbatkan pada waliyullah Imam Junaid Al-Bagdadi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>6. Shalawat Ibrahimiyah </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-Pjyana4B9Po/VkNAfJOfxFI/AAAAAAAARsY/zJ7lHFOZi-M/s1600/sholawat-ibrohimiyah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="106" src="http://2.bp.blogspot.com/-Pjyana4B9Po/VkNAfJOfxFI/AAAAAAAARsY/zJ7lHFOZi-M/s320/sholawat-ibrohimiyah.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN KAMAA SHALLAITA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIMA WA’ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAHIIA WABAARIK ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN KAMAA BAARAKTA ‘ALAA SAYYIDINAA ’ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIMA WA ‘ALAA AALI SAYYIDINA IBRAAHIMA, FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIIDUN.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Artinya: Ya Allah , berilah kasih saying kepada junjungan kita nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberi kasih sayangmMu kepada junjungan kita Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah kepada junjungan kita nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberkati junjungan kita nabi Ibrahim dan kelurganya diantara makhluk makhlukmu, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.<br />
<b><br />Khasiat fadhilah dan manfaat Sholawat Ibrahimiyah:</b><br />
<br />
Sholawat ini terdapat dalam bacaan tasyahud akhir shalat. Imam Nawawi berkata: Bahwa Sholawat ini dinamakan sholawat Ibrahimiyah karena sholawat tersebut merupakan bentuk sholawat yang paling utama, banyak menimbulkan pengaruh yang besar sekali apabila dibaca tiap-tiap harisecara istiqomah, terutama, bagi yang mempunyai keinginan besar untuk menunaikan ibadah haji, maka perbanyaklah membaca sholawat ini secara istiqomah, karena sholawat ini diajarkan oleh Rasuluuah saw. Adapun kalimatnya yaitu :<br />
<br />
<b>7. Sholawat Fatih </b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-9KOOxWrddJg/VkNC-1HyI6I/AAAAAAAARsk/Sg_HKESpk_8/s1600/sholawat-fatih.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="http://4.bp.blogspot.com/-9KOOxWrddJg/VkNC-1HyI6I/AAAAAAAARsk/Sg_HKESpk_8/s320/sholawat-fatih.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><br /></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>"Allahumma shalli wasallim wabaarik 'alaa sayyidinaa Muhammadinil faatihi limaa ughliqa, wal khaatimi limaa sabaqa wannaashiril haqqi bilhaqqi, walhaadii ilaa shiraatikal mustaqiimi, shallallaahu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa ash haabihi haqqa qadrihii wamiqdaa rihil 'adziim".</b></i><br />
<br />
Artinya : Ya Allah curahkanlah rahmat dan keselamatan serta berkah atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang dapat membuka sesuatu yang terkunci, penutup dari semua yang terdahulu, penolong kebenaran dengan jalan yang benar, dan petunjuk kepada jalanMu yang lurus.<br />
<br />
Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada beliau, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya dengan sebenar-benar kekuasaanNya yang Maha Agung.<br />
<br />
<b>Selawat Fatih Yang lain </b><br />
<br />
<b>للَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ<br />صَلاَةً تُوَسِّعُ بِهاَ عَلَينَا الأَرْزَاقِ<br />وتحَسِّنُ بِهَا لَناَ الأَخْلاَق<br />وَعَلَى آَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم<br /><br />Alloohumma solli 'alaa sayyidina Muhammad<br />solaatan tuwassi 'u bihaa 'alainal arzaak<br />watuhassinu bihaa lanal akhlaak<br />wa 'alaa 'aalihi wasohbihi wasallim<br /><br />WAHAI ALLAH RAHMATI DAN KURNIAKANLAH KESEJAHTERAAN ATAS MUHAMMAD RASULULLAH DAN SELAWAT YANG DAPAT MELAPANGKAN REZEKI KAMI DAN MENJADIKAN BAIKNYA AKHLAK KAMI DAN CURAHKANLAH KESEJAHTERAAN ATAS KELUARGA DAN PARA SAHABATNYA</b><br />
<br />
<b>Manfaat dan fadhilah sholawat Fatih:</b><br />
<br />
Sholawat ini dikarang oleh Syech Sayyid Muhammad Syamsuddin ibn Abil Hasan al Bakri RA, adapun gunanya adalah:<br />
<br />
<i>- Untuk menghilangkan pikiran yang resah atau susah;<br />- Barang siapa membaca sholawat al Fatih tersebut, seumur hidup sekali saja Insya Allah diselamatkan dari api neraka.<br />- Membaca Sholawat Al Fatih satu kali seperti membaca sholawat 10.000 x (ada yang mengatakan 600.000 x )<br />- Untuk melepaskan semua kesulitan misalnya agar dapat segera membayar hutang, urusan yang sukar segera dapat solusinya, agar rizqinya lancar dll. Untuk memperoleh sesuatu yang dimaksud sebaiknya shalawat fatih tsb dibaca secara kontunue (langgeng) terutama dibaca tengah malam 100 x selama 40 hari, atau lebih ampuh lagi dibaca setiap hari tiap malam dengan cara shalat hajat dua rakaat, setelah salam hadiah fatihah kepada para Nabi, auliya', syuhada' ulama', ahli qubur yang mu'min, kemudian membaca sholawat Fatih;<br />- Apabila sholawat fatih dibaca setelah shalat shubuh 21 x Allah akan memberi luas rizqinya, sabar hatinya, selamat diri dan keluarganya terhindar dari semua bala' dan bencana atau malapetaka.<br />- Dan siapa orang yang membaca sholawat Fatih 1000 x pada malam Jum'at atau malam Kamis atau malam Senin, maka orang tadi besok dapat berkumpul dengan Nabi Muhammad SAW. adapun caranya sebelum membaca Sholawat Shalat sunnah 4 rakaat: rakaat pertama ba'da Fatihah membaca Surat Al Qadar, rakaat ke dua membaca Surat Al Kafirun, rakaat ke tiga membaca Surat Al Falaq, dan rakaat ke empat membaca Surat An Nas (Afdholus Sholawat :142)</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>8. Sholawat Murah Rezeki</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-f9blwdfAZKg/VkNGvRBkGoI/AAAAAAAARsw/DmZeLy79vzg/s1600/sholawat-murah-rizqi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="278" src="http://3.bp.blogspot.com/-f9blwdfAZKg/VkNGvRBkGoI/AAAAAAAARsw/DmZeLy79vzg/s320/sholawat-murah-rizqi.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>"Allahumma shalli wasallim wabarik 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa'alaa 'aalihii bi'adadi anwaa'ir rizqi walfutuuhaati yaa baasithal ladzii yabsuthur rizqaliman yasyaau bighairi hisaabin ubsut 'alainaa rizqan waasi'an, minkulli jihatin minjamii'i ghaibika boghairi minnatin makhluuqin bimakhdhi fadhlika wakaramika yaa rahmaanu".</b></i><br />
<br />
Artinya: Ya Allah anugerahkanlah rahmat serta keselamatan dan berkah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. dan juga atas keluarganya sebanyak bilangan rizqi dan pintu rizqi. Wahai Dzat yang menganugerahkan rizqi kepada siapa siapayang Dia kehendaki tanpa hitungan. Anugerahkanlah rizqi yang luas bagi kami dari setiap arah perbendaharaanMu yang ghaib dengan tiada makhluk lain yang mengundat-undat (karena iri hati) hanya karena anugerah dan kedermawananMu dan kemulyaanMu, wahai Dzat Yang Pemurah.<br />
<br />
Fadhilah dan Khasiatnya :<br />
Bagi ihwan yang kehidupan ekonominya pas-pasan/sempit, dapat mengamalkan sholawat ini secara istiqomah, istiqomah ini penting karena untuk mengukur sampai di mana tingkat kesungguhan kita dalam berdoa. Tentu saja harus disertai keyakinan yang mantap Insya Allah akan diberikan kelapangan rizqi oleh Allah SWT dari arah yang tidak terduga, sebab Allah SWT Maha Pemberi Rizqi lagi maha Pemurah. Sholawat ini baik sekali dibaca 1.000 kali waktu tengah malam setelah shalat hajat, Semoga berhasil . Amin<br />
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-28755393834187895702015-11-11T20:14:00.001+07:002015-11-12T01:32:52.688+07:00Bermacam-macam Sholawatan dan Faedahnya Jilid ke 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-7fJFjElKAxw/VkMwPdq_e3I/AAAAAAAARrg/Ct01xkh_c0E/s1600/Sholawat.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/-7fJFjElKAxw/VkMwPdq_e3I/AAAAAAAARrg/Ct01xkh_c0E/s200/Sholawat.png" width="161" /></a></div>
<br />
<br />
<b><i>Bismillah hir rohman hir rahim....</i></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alloohumma sholli wasallim 'ala sayyidina Muhammad, wa 'ala alihi washokhbihi ajma'in<br />
<br />
(Shollu 'alannabi Muhammad) Bersholawatlah kamu kepada nabi muhammad SAW<br />
<br />
<i><b>"Sesungguhnya Alloh dan Malaikat Malaikatnya bersholawat atas Nabi. Hai orang orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk Nabi, dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" (QS. Al-Ahzab : 56)</b></i><br />
<i><br />Sabda Nabi: Barang siapa bersholawat kepadaku sekali, maka Alloh akan bersholawat untuknya sepuluh kali. (HR. Muslim, Ahmad dan perawi hadits 3)</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Pengertian sholawat.</b><br /><br />Sholawat adalah lafadh jamak dari kata Shalat. Sholawat merupakan bahasa arab yang berarti do'a, rahmat dari Tuhan, memberi berkah dan ibadat.<br /><br />Kalau shalawat itu dilaksanakan oleh hamba kepada Allah, maka maksudnya hamba itu menunaikan ibadah atau berdo'a kepadaNya, tetapi kalau Allah bersholawat atas hambanya, maka sholawat dalam hal ini artinya adalah bahwa Allah mencurahkan rahmatNya(Allah melimpahkan berkahNya).<br /><br />Dengan demikian sholawat Allah kepada hambaNya dibagi dua, yaitu khusus dan umum.Sholawat khusus, ialah sholawat Allah kepada rasulNya, para nabiNya, istimewa sholawatNya kepada Nabi Muhammad SAW, sholawat umum ialah sholawat Allah kepada hambaNya yang mu'min.<br /><br />Dengan demikian dapat diketahui bahwa arti kata sholawat Allah kepada Nabi Muhammad SAW ialah memuji Muhammad, melahirkan keutamaan dan memuliakannya, memperdekatkannya beliau Muhammad kepada diriNya (Allah).<br /><br />Adapun pengertian sholawat malaikat kepada Nabi saw, adalah memohon kepada Allah supaya Allah mencurahkan perhatiannya kepada nabi, memohonkan ampun.<br /><br /><b>Pengertian sholawat</b> dari orang mu'min kepada Nabi SAW berarti doa supaya beliau Nabi saw diberi rahmat, mengakui kerasulannya serta memohon kepada Allah melahirkan keutamaan dan kemuliaannya yang pada gilirannya mengakui bahwa agama yang dibawa nabi Muhammad sebagai agama yang mulia diatas agama yang lain dan melahirkan kemuliaan beliau SAW di atas kemuliaan nabi-nabi yang lain.<br /><br />Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa bersholawat artinya:<br /><br />- Apabila sholawat dari Allah berarti memberi rahmat;<br />- Sholawat dari malaikat berarti memohonkan ampun;<br />- Sholawat dari orang mu'min berarti berdo'a supaya diberi rahmat seperti perkataan "ALLAHUMMASHOLLI ALAA MUHAMMAD" artinya : Ya Allah , limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad SAW"<br /><br />Dalam perkembangannya, sholawat banyak macamnya serta banyak pula keutamaan,manfaat, faedah serta berkahnya.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ada bermacam macam jenis sholawat, di antaranya yaitu:<br />
<br />
<b>1. Sholawat Nariyah </b></i><i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-IXXPGpEMwFg/VkMxY5C6rhI/AAAAAAAARro/zugZgirm6vU/s1600/Nariyah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-IXXPGpEMwFg/VkMxY5C6rhI/AAAAAAAARro/zugZgirm6vU/s1600/Nariyah.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b></b><br /></i><i></i>
<i>Artinya :Ya Allah, semoga Engkau mencurahkan rahmat yang sempurna, dan salam yang sempurna atas nabi Muhammad saw, yang menjadi sebab terlepasnya keruwetan dan hilangnya kesusahan, terpenuhinya segala hajat dan tercapainya segala yang disukai, dan husnul khotimah dan turunnya hujan dari awan, berkat keagungan dan kemuliaan nabi Muhammad saw, dan kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya pada tiap-tiap mata melirik, dan tiap-tiap jiwa bernafas, dengan jumlah yang Engkau ketahui.<br /><br />Penjelasan: Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan “shalawat Tafrijiyah”. Tentang shalawat ini, Imam Al-Qurthubi me-nuturkan bahwa, barangangsiapa yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahan-nya, menghilangkan kesulitan dan penyakitnya, memudah-kan urusannya, menerangi hatinya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rezeki-nya, dan membukakan baginya segala pintu kebaikan, dan lain-lain.<br /><br />Khasiat Sholawat Nariyah<br /><br />Sholawat Nariyah merupakan salah satu sholawat yang mujarab. Sholawat nariyah juga disebut sholawat Kamilah/Sholawat Tafrijiyyah. Diantara fadhilahnya:<br /><br />1. Dapat melancarkan rizqi ( baca sholawat nariyah 11X setiap hari)<br />2. Kalau punya hajat dapat tercapai hajatnya ( dibaca 100X setiap hari )<br />3. Dapat dibaca setiap habis sholat ferdlu sebanyak 11X secara rutin atau 41 atau 100 kali menurut kemampuan kita.<br />4. Jika seseorang punya hajat yang besar agar benar-benar sukses dan tercapai secara gemilang, maka bacalah sholawat nariyah sebanyak 4444X (empat ribu empat ratus empat puluh empat kali) lalu mohon dikabulkan hajatnya, maka insya Allah dapat berhasil. Dan masih banyak lagi fadlilah sholawat nariyah.</i><br />
<i><br /> </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>2. Sholawat Munjiyat </b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-wdlXMeHBwQ0/VkMyGvQa1AI/AAAAAAAARrw/sTe_LVtAPY0/s1600/sholawat-Munjiyat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="189" src="http://2.bp.blogspot.com/-wdlXMeHBwQ0/VkMyGvQa1AI/AAAAAAAARrw/sTe_LVtAPY0/s200/sholawat-Munjiyat.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>"ALLAAHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLAATAN TUNJIINAA BIHAA MIN JAMII 'IL AHWAALI WAL AAFAATI WATAQDHI LANAA BIHAA JAMII 'ALHAAJAATI WATU THOHHIRUNAA BIHAA MIN JAMII 'ISSAYYI-AATI, WATAR FA 'UNAA BIHA 'INDAKA A'LADDAROJAATI WATUBALLIGHUNAA BIHAA AQSHOL GHOOYAATI MINJAMII 'IL KHOIROOTI FIL HAYAATI WABA'DAL MAMAATI INNAKA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR"</i></b><br />
<br />
<br />
Artinya: Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang dengan rahmat itu Engkau akan menyelamatkan kita dari semua keadaan yang mendebarkan dan dari semua cobaan yang dengan rahmat itu Engkau akan mendatangkan kepada kita hajat, Yang dengan rahmat itu Engkau akan membersihkan kita dari semua keburukan/kesalahan. Yang dengan rahmat itu Engkau akan mengangkat kita kepada setinggi-tinggi derajat.Yang dengan rahmat itu pula Engkau akan menyampaikan kita kepada sesempurna-sempurnanya semua maksud dari semua kebaikan pada waktu hidup dan setelah mati, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Kuasa atas segala sesuatu.<br />
<br />
Fadlilah dan keutamaan Sholawat Munjiyah (Penyelamat) :<br />
<br />
Sholawat Munjiyat artinya shalawat penyelamat. Sholawat ini mengandung khasiat yang sangat besar dan sudah masyhur dan sudah pernah dipraktekkan oleh Syech Musa Al Dlarir. Beliau mendapat Sholawat itu dari Nabi saw, dalam mimpinya. Pada suatu hari Syech Musa pergi naik kapal bersama orang banyak tiba-tiba ada angin yang hebat hingga kapal nyaris tenggelam karena diterpa ombak yang begitu dasyat. Para awak kapal dan penumpangnya bingung dan berfikir bagaimana supaya dapat selamat. Dalam keadaan seperti itu Syech Musa terasa ngantuk berat sampai tidak bisa ditahan hingga tertidur, dalam tidurnya Syech Musa bertemu Nabi Saw. dan diberi amalan Sholawat Munjiyat dan berharap diajarkan kepada penunpang kapal untuk membaca 1000 kali. Setelah Syech Musa terjaga dari tidurnya menceritakan hal mimpinya kepada para penumpang kapal dan mengajari Sholawat tersebut. Kemudian secara bersama membaca Sholawat Munjiyat yang diajarkan tadi, belum sampai 1000 kali, baru kira-kira 300 kali karena pertolongan Allah, angin makin lama makin reda sehingga kapal tidak tenggelam dan penumpang di beri keselamatan oleh Allaw SWT, berkat fadlilah Sholawat Munjiyat.<br />
<br />
Dibaca 41 kali di saat lahirnya seorang anak ,insya Allah anak itu kelak akan jadi orang besar lagi shaleh, tatat kepada Allah dan RasulNya, patuh kepada nasehat orang tua/guru serta menjadi anak yang berguna bagi agama nusa dan bangsa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Dibaca 40 kali setelah sholat fardlu ,akan dapat menghilangkan kesusahan, mempermudah semua pekerjaan dan urusan, membuka dan meluaskan rezeki, menerangkan hati, meninggikan pangkat dan derajat, dan membuka pintu kebaikan dan dapat menolak atau menghindar bencana ,musibah dalam bentuk apa pun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Jika hajat anda ingin lekas di kabulkan , tapi syaratnya harus yakin banget, baca 11 kali setelah sholat fardlu dan pada tengah malamnya dirikan sholat hajat 2 rakaat, lalu baca Sholawat Munjiyat 1000 kali (ini cara pamungkasnya biar cepat dikabulkan) ini cocok untuk hajat yang yang sangat mendesak dan urgen misalnya ingin dapat jodoh atau yang lainnya.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Sholawat Badawiyah </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-FJ82_3d22VY/VkMzmc77B0I/AAAAAAAARr8/uROW1YcwFfQ/s1600/sholawat-badawi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/-FJ82_3d22VY/VkMzmc77B0I/AAAAAAAARr8/uROW1YcwFfQ/s200/sholawat-badawi.jpg" width="191" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM WABAARIK 'ALA SAYYIDINA WAMAULAANA MUHAMMADIN SYAJARATIL ASHLINUURANNIYYAH WALAM'ATIL QABDLATIRRAHMANIYYATI, WA AFDLALIL KHALIQATIL INSANIYYATI WAASYRAFISH SHUURATIL JASMANIYYATI, WAMA'DANILASRAARIR RABBAANIYYATI, WAKHAZAAINIL 'ULUUMIT ISHTHAFAAIYYATI. SHAAHIBIL QABDHATIL ASHLIYYATI. WALBAHJATISSANIYYATI WARRUTBATIL 'ALIYYATI MANINDARAJATIN NABIYYUNA TAHTA LWAAIHII. FAHUMMINHU WAILAIHI. WASHALLI WASALLIM WABAARIK 'ALAIHI WA'ALAA 'ALIHII WASHAHBIHI 'ADADAMAA KHALAQTA WARAZAQTA WAAMATTA WAAHYAITA ILAA YAUMI YUB'ATSU MAN AFNAITA, WASALLIM TASLIIMAN KATSIIRAA WALHAMDU LILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN.</b><br />
<br />
Artinya: Ya Allah curahkanlah kesejahteraan dan keselamatan serta barakah atas junjungan dan tuan kami Muhammad tumbuhan yang berasal dari cahaya kemilauan genggaman (Allah) yang bersifat belas kasih dan seutama-utama makhluk manusia, semulia-mulia rupa jasad dan pusat segala rahasia keTuhanan dan penyiapan segala ilmu terpilih, pemilik genggaman keaslian, kemilauan yang indah dan derajat yang luhur , yang semua nabi berteduh di bawah panjinya, maka para nabi bersumber dari padanya dan akan kembali kepadanya pula , Dan limpahkanlah pula kesejahteraan, keselamatan dan barakah atasnya dan segenap keluarga serta sahabat-sahabatnya sebanyak ciptaan dan rizqiMu, yang Engkau matikan dan Engkau hidupkan hingga hari dibangkitkan segala yang telah Engkau binasakan. Dan berilah keselamatan dan kesejahteraan sebanyak-banyaknya hingga hari kiamat. Dan segala puji bagi Allah , Tuhan seru sekalian alam.<br />
<br />
Manfaat dan fadhilahnya:<br />
<br />
Sholawat Badawiyah adalah salah satu sholawat yang diriwayatkan Sayid Ahmad Badawi Ra.<br />
<br />
- Apabila anda dalam keadaan susah atau menghadapi bahaya khusus atau umum maka bacalah sholawat ini sebanyak-banyaknya. Insya Allah anda akan mendapatkan ketenagan batin.<br />
- Min Ba'dil Ulama, barang siapa membaca membaca shalawat ini 100 x dalam keaadaan suci dari hadats maka akan dimudahkan Allah SWT dalam segala urusan.<br />
- Siapa yang membaca sholawat Badawiyyah 3 x, maka akan mendapatkan pahala seperti pahalanya membaca "Dalaailul Khairat" sampai khatam. (Menurut hadrah al 'arif billah Al Habib Sayid "Ali ibn "Abdirrohman Al Habsyi dalam kitab Fadhilatus Shalawat).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4. Sholawat Kamaliyah </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-4FfgXnlXIwg/VkM9bNQ1rjI/AAAAAAAARsM/MmMwEzHgS2U/s1600/sholawat-kamaliyah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="84" src="http://2.bp.blogspot.com/-4FfgXnlXIwg/VkM9bNQ1rjI/AAAAAAAARsM/MmMwEzHgS2U/s320/sholawat-kamaliyah.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Allahumma sholli wasallim wabaarik 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa'alaa aalihii kamaalaa nihaayata lika maalika 'adada kamaalihi.</b><br />
<br />
Artinya: "Ya Allah limpahkanlah rahmat keselamatan dan berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarganya sebagaimana tiada batas akhir bagi kesempurnaanMu, sebanyak hitungan kesempurnaanNya".<br />
<br />
Manfaat dan fadhilah sholawat ini adalah :<br />
<br />
Apabila dibaca satu kali pahalanya sama dengan membaca sholawat 10.000 (sepuluh ribu) kali, apabila dibaca 700 (tujuh ratus) kali dapat menjadi tebusan bebas dari api neraka.<br />
<br />
Barang siapa yang selalu rutin membaca sholawat kamaliyah 70 kali di waktu antara shalat magrib dan isya', Allah SWT akan memberikan kekuatan dalam hal hafalan s/ hafalannya kuat , tidak mudah lupa.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bersambung ke jilid 2...</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-4881989611643014302015-11-11T20:05:00.000+07:002015-11-12T01:46:00.359+07:00Keutamaan Sholawat Untuk Nabi <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-QvE3K6XZ4rA/VkOMbxn1V8I/AAAAAAAARuI/SaPyLilDYrc/s1600/sholawat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/-QvE3K6XZ4rA/VkOMbxn1V8I/AAAAAAAARuI/SaPyLilDYrc/s200/sholawat.jpg" width="191" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya Allah SWT. dengan segala kekuasaan-Nya telah mengutus nabi-Nya Muhammad dan telah memberinya kekhususan dan kemuliaan untuk menyampaikan risalah. Ia telah menjadikannya rahmat bagi seluruh alam dan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa serta menjadikannya orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Maka seorang hamba harus taat kepadanya, menghormati dan melaksanakan hak-haknya. Dan di antara hak-haknya adalah Allah mengkhususkan baginya sholawat dan memerintahkan kita untuk itu di dalam kitab-Nya yang agung (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-Nya yang mulia (Hadits). Di mana orang yang yang membaca sholawat untuknya akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Maka sungguh berbahagialah orang yang mendapatkan itu. Dan karena masalah Sholawat memiliki urgensi yang sangat besar dan pahala yang besar pula, maka kami merasa perlu untuk mengeluarkan tulisan-tulisan sederhana ini, yang di dalamnya terdapat motivasi untuk memperbanyak sholawat dan salam untuk nabi dan rasul yang paling mulia ini.<br />
<br />
<b>Pengertian Sholawat dan Salam atas nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam</b><br />
<br />
<b><i>Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)</i></b><br />
<br />
Ibnu Katsir-Rahimahullah- berkata: “Maksud ayat ini adalah bahwa Allah subhaanahu wa ta’aala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di langit di mana malaikat-malaikat bersholawat untuknya, lalu Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan makhluk-makhluk yang ada di bumi untuk bersholawat dan salam untuknya, agar pujian tersebut berkumpul untuknya dari seluruh alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah.”<br />
Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bersholawat dan salam untuknya karena kalian telah mendapatkan berkah risalah dan usahanya, seperti kemuliaan di dunia dan di akhirat.”<br />
Banyak pendapat tentang pengertian Sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, dan yang benar adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abul Aliyah: “Sesungguhnya Sholawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yang bersholawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” -Imam Bukhari meriwayatkannya dalam Shohihnya dengan komentar yang kuat- Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yang bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.<br />
Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan dan bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang dan bersih dari kekurangan dan dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi dan lebih sempurna. Demikian yang dikatakan oleh Syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.<br />
<b><br />Hukum Sholawat Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam</b><br />
Menurut madzhab Hanbaliy, sholawat dalam tasyahhud akhir itu adalah termasuk di antara rukun-rukun sholat.<br />
Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah subhaanhu wa ta’aala telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.”<br />
<br />
<b>Saat-Saat Yang Disunnahkan dan Dianjurkan Membaca Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:</b><br />
Sebelum berdoa:<br />
Fadhalah bin ‘Abid berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: “Orang ini tergesa-gesa” Lalu beliau memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya:<br />
“Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk nabi, kemudian berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan.” [H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dan Hakim]<br />
<br />
Dalam salah satu hadits disebutkan:<br />
“Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.” [H.R. Thabarani]<br />
Ibnu ‘Atha berkata: “Doa itu memiliki rukun-rukun, sayap-sayap, sebab-sebab dan waktu-waktu. Bila bertepatan dengan rukun-rukunnya maka doa itu menjadi kuat, bila sesuai dengan sayap-sayapnya maka ia akan terbang ke langit, bila sesuai dengan waktu-waktunya maka ia akan beruntung dan bila bertepatan dengan sebab-sebabnya maka ia akan berhasil.”<br />
Adapun rukun-rukunnya adalah menghadirkan hati, perasaan tunduk, ketenangan, kekhusyu’an, dan ketergantungan hati kepada Allah, sayap-sayapnya adalah jujur, waktu-waktunya adalah di saat sahur dan sebab-sebabnya adalah sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.<br />
Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau:<br />
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
“Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]<br />
<br />
Memperbanyak sholawat untuknya pada hari Jum’at:<br />
Dari ‘Aus bin ‘Aus berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
“Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling afdhal adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah sholawat untukku pada hari itu, karena sholawat kalian akan sampai kepadaku......” [R. Abu Daud, Ahmad dan Hakim]<br />
<br />
Sholawat untuk nabi ketika menulis surat dan apa yang ditulis setelah Basmalah:<br />
<br />
Al-Qodhi ‘Iyadh berkata: “Inilah saat-saat yang tepat untuk bersholawat yang telah banyak dilakukan oleh umat ini tanpa ada yang menentang dan mengingkarinya. Dan tidak pula pada periode-periode awal. Lalu terjadi penambahan pada masa pemerintahan Bani Hasyim -Daulah ‘Abbasiah- lalu diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.”<br />
Dan di antara mereka ada pula yang mengakhiri bukunya dengan sholawat.<br />
<br />
Ketika masuk dan keluar mesjid:<br />
<br />
Dari Fatimah -Radhiyallahu ‘Anha- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:<br />
”Dengan nama Allah, salam untuk Rasulullah, ya Allah sholawatlah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah kami dan mudahkanlah bagi kami pintu-pintu rahmat-Mu.”<br />
“Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti dengan:<br />
“Dan permudahlah bagi kami pintu-pintu karunia-Mu.” [H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi]<br />
Cara ber Sholawat<br />
<br />
Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam berfirman:<br />
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)<br />
Jadi yang utama adalah dengan menggandengkan sholawat dan salam bersama-sama, dengan harapan agar doanya dapat dikabulkan oleh Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam Inilah bentuk sholawat dan salam untuk beliau sollallohu ‘alaihi wa sallam Dari Abi Muhammad bin ‘Ajrah -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam keluar kepada kami, lalu saya berkata: “Wahai Rasulullah! Kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bersholawat untukmu?” Maka beliau bersabda: “Katakanlah: “Ya Allah! Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafqun ‘Alaihi]<br />
Dan dari Abi Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana kami bersholawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah : “Ya Allah! Berilah sholawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi sholawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun ‘Alaihi]<br />
Kedua hadits ini menunjukkan bentuk sholawat yang sempurna untuk Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam.<br />
<br />
Keutamaan Sholawat<br />
<br />
Dari Umar -Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kalian mendengar orang yang adzan maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan dan bersholawatlah untukku karena barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, kemudian mintalah wasilah (kedudukan mulia di surga) untukku, karena ia adalah suatu kedudukan di surga yang tidak pantas diberikan kecuali kepada seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan semoga akulah hamba itu, maka barangsiapa yang memohon untukku wasilah maka ia berhak mendapatkan syafa’at.” [H.R. Muslim]<br />
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa’atku.” [H.R. Thabarani]<br />
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” [H.R. Muslim, Ahmad dan perawi hadits yang tiga]<br />
Dan dari Abdurrahman bin ‘Auf -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Saya telah mendatangi nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam ketika ia sedang sujud dan memperpanjang sujudnya. Beliau bersabda:“Saya telah didatangi Jibril, ia berkata: “Barangsiapa yang bersholawat untukmu, maka saya akan bersholawat untuknya dan barangsiapa yang memberi salam untukmu maka saya akan memberi salam untuknya, maka sayapun bersujud karena bersyukur kepada Allah.” [H.R. Hakim, Ahmad dan Jahadhmiy]<br />
Ya’qub bin Zaid bin Tholhah At-Taimiy berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepadaku (malaikat) dari Tuhanku dan berkata: “Tidaklah seorang hamba yang bersholawat untukmu sekali kecuali Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” Maka seseorang menuju kepadanya dan bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah saya jadikan seperdua doaku untukmu?” Beliau menjawab: “Jika anda mau”. Lalu bertanya: “Apakah saya jadikan sepertiga doaku?” Beliau bersabda: “Jika anda mau” Ia bertanya: “Kalau saya jadikan seluruh doaku?” Beliau bersabda: “Jika demikian maka cukuplah Allah sebagai motivasi dunia dan akhiratmu.” [H.R. Al-Jahdhami, Al-Albani berkata: “Hadits Mursal dengan Isnad yang Shohih]<br />
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling menyampaikan salam kepadaku dari umatku.” [H.R. Nasa’i dan Hakim]<br />
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, diampuni sepuluh dosa-dosanya dan diangkat baginya sepuluh derajat.” [H.R. Ahmad dan Bukhari, Nasa’i dan Hakim dan ditashih oleh Al-Albani]<br />
Hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud: “Manusia yang paling utama di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan berkata: “Hasan ghorib dan H.R. Ibnu Hibban]<br />
Dari Jabir bin Abdullah berkata: “Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ketika mendengarkan adzan membaca: “Ya Allah! Tuhan pemilik adzan yang sempurna ini dan sholat yang ditegakkan, berilah Muhammad wasilah dan fadhilah dan bangkitkanlah ia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan untuknya.”<br />
Maka ia berhak mendapatkan syafa’at pada hari kiamat.” [H.R. Bukhari dalam shohihnya]<br />
<br />
Celaan Bagi Yang Tidak Bersholawat Untuk Nabi.<br />
<br />
Dari Abu Huraerah -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah seseorang yang jika namaku disebut di sisinya ia tidak bersholawat untukku, celakalah seseorang, ia memasuki bulan Ramadhan kemudian keluar sebelum ia diampuni, celakalah seseorang, kedua orang tuanya telah tua tetapi keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.” Abdurrahman salah seorang perawi hadits dan Abdurrahman bin Ishak berkata: “Saya kira ia berkata: “Atau salah seorang di antara keduanya” [H.R. Tirmidzi dan Bazzar]<br />
Dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Nasa’i, Tirmidzi dan Thabaraniy]<br />
Dari Ibnu Abbas, Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang lupa mengucapkan sholawat untukku maka ia telah menyalahi jalan surga.” [Telah ditashih oleh Al-Albani]<br />
Dari Abu Hurairah, Abul Qosim bersabda: “Suatu kaum yang duduk pada suatu majelis lalu mereka bubar sebelum dzikir kepada Allah dan bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka Allah akan menimpakan kebatilan atas mereka, bila Ia menghendaki maka mereka akan disiksa dan bila Ia menghendaki maka mereka akan diampuni.” [H.R. Tirmidzi dan mentahsinnya serta Abu Daud]<br />
Diriwayatkan oleh Abu Isa Tirmidzi dari sebagian ulama berkata: “Jika seseorang bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam sekali dalam suatu majelis, maka itu sudah memadai dalam majelis tersebut.”<br />
<br />
Faedah Sholawat Untuk:<br />
<br />
Ibnul Qoyyim menyebutkan 39 manfaat sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah sebagai berikut:</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><i>Melaksanakan perintah Allah subhaanahu wa ta’aala</i></li>
<li><i>Mendapatkan sepuluh sholawat dari Allah bagi yang membaca sholawat satu kali.</i></li>
<li><i>Ditulis baginya sepuluh kebaikan dan dihapus darinya sepuluh kejahatan.</i></li>
<li><i>Diangkat baginya sepuluh derajat.</i></li>
<li><i>Kemungkinan doanya terkabul bila ia mendahuluinya dengan sholawat, dan doanya akan naik menuju kepada Tuhan semesta alam.</i></li>
<li><i>Penyebab mendapatkan syafa’at sollallohu ‘alaihi wa sallam bila diiringi oleh permintaan wasilah untuknya atau tanpa diiringi olehnya.</i></li>
<li><i>Penyebab mendapatkan pengampunan dosa.</i></li>
<li><i>Dicukupi oleh Allah apa yang diinginkannya.</i></li>
<li><i>Mendekatkan hamba dengan nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat.</i></li>
<li><i>Menyebabkan Allah dan malaikat-Nya bersholawat untuk orang yang bersholawat.</i></li>
<li><i>Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab sholawat dan salam orang yang bersholawat untuknya.</i></li>
<li><i>Mengharumkan majelis dan agar ia tidak kembali kepada keluarganya dalam keadaan menyesal pada hari kiamat.</i></li>
<li><i>Menghilangkan kefakiran.</i></li>
<li><i>Menghapus predikat “kikir” dari seorang hamba jika ia bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam ketika namanya disebut.</i></li>
<li><i>Orang yang bersholawat akan mendapatkan pujian yang baik dari Allah di antara penghuni langit dan bumi, karena orang yang bersholawat, memohon kepada Allah agar memuji, menghormati dan memuliakan rasul-Nya, maka balasan untuknya sama dengan yang ia mohonkan, maka hasilnya sama dengan apa yang diperoleh oleh rasul-Nya.</i></li>
<li><i>Akan mendapatkan berkah pada dirinya, pekerjaannya, umurnya dan kemaslahatannya, karena orang yang bersholawat itu memohon kepada Tuhannya agar memberkati nabi-Nya dan keluarganya, dan doa ini terkabul dan balasannya sama dengan permohonannya.</i></li>
<li><i>Nama orang yang bersholawat itu akan disebutkan dan diingat di sisi Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam seperti penjelasan terdahulu, sabda Rasul: “Sesungguhnya sholawat kalian akan diperdengarkan kepadaku.” Sabda beliau yang lain: “Sesungguhnya Allah mewakilkan malaikat di kuburku yang menyampaikan kepadaku salam dari umatku.” Dan cukuplah seorang hamba mendapatkan kehormatan bila namanya disebut dengan kebaikan di sisi Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam.</i></li>
<li><i>Meneguhkan kedua kaki di atas Shirath dan melewatinya berdasarkan hadits Abdurrahman bin Samirah yang diriwayatkan oleh Said bin Musayyib tentang mimpi Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam: “Saya melihat seorang di antara umatku merangkak di atas Shirath dan kadang-kadang berpegangan lalu sholawatnya untukku datang dan membantunya berdiri dengan kedua kakinya lalu menyelamatkannya.” [H.R. Abu Musa Al-Madiniy]</i></li>
<li><i>Akan senantiasa mendapatkan cinta Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bahkan bertambah dan berlipat ganda. Dan itu termasuk ikatan Iman yang tidak sempurna kecuali dengannya, karena seorang hamba bila senantiasa menyebut nama kekasihnya, menghadirkan dalam hati segala kebaikan-kebaikannya yang melahirkan cinta, maka cintanya itu akan semakin berlipat dan rasa rindu kepadanya akan semakin bertambah, bahkan akan menguasai seluruh hatinya. Tetapi bila ia menolak mengingat dan menghadirkannya dalam hati, maka cintanya akan berkurang dari hatinya. Tidak ada yang lebih disenangi oleh seorang pecinta kecuali melihat orang yang dicintainya dan tiada yang lebih dicintai hatinya kecuali dengan menyebut kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan berkurangnya cinta itu tergantung kadar cintanya di dalam hati, dan keadaan lahir menunjukkan hal itu.</i></li>
<li><i>Akan mendapatkan petunjuk dan hati yang hidup. Semakin banyak ia bersholawat dan menyebut nabi, maka cintanyapun semakin bergemuruh di dalam hatinya sehingga tidak ada lagi di dalam hatinya penolakan terhadap perintah-perintahnya, tidak ada lagi keraguan terhadap apa-apa yang dibawanya, bahkan hal tersebut telah tertulis di dalam hatinya, menerima petunjuk, kemenangan dan berbagai jenis ilmu darinya. Ulama-ulama yang mengetahui dan mengikuti sunnah dan jalan hidup beliau, setiap pengetahuan mereka bertambah tentang apa yang beliau bawa, maka bertambah pula cinta dan pengetahuan mereka tentang hakekat sholawat yang diinginkan untuknya dari Allah.</i></li>
</ul>
<div style="text-align: center;">
<b><br />Sholawat dan salam untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya</b><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-20133320150849198392015-09-28T22:39:00.000+07:002022-09-09T09:19:03.795+07:00Sholat Tanpa Mengenakan Penutup Kepala (Kopiah/Peci/Songkok)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-GNbSNF_EA-I/Vf5UYxZy4iI/AAAAAAAARMY/svakwfutEUg/s1600/Memakai%2BKopiah%2BSaat%2BShalat.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="219" src="http://4.bp.blogspot.com/-GNbSNF_EA-I/Vf5UYxZy4iI/AAAAAAAARMY/svakwfutEUg/s320/Memakai%2BKopiah%2BSaat%2BShalat.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hukum Memakai Kopiah Saat Shalat</b><br />
<br />
Pertanyaan: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Di komplek perumahan diadakan pengajian fiqih yang dibimbing oleh seorang ustadz, beliau pernah menyampaikan kepada jamaah bahwa kalau mau melaksanakan shalat diusahakan menggunakan kopiah atau peci. Menurut beliau orang yang jarang menggunakan kopiah dalam shalatnya termasuk orang yang fasik. Hal ini membuat sebagian jamaah bingung, karena kami sebagai jamaah belum pernah mendengar ada hadits yang menyatakan demikian. Yang ingin saya tanyakan apakah yang disampaikan oleh ustadz tersebut benar? Terima kasih atas perhatiannya. Wassalam.<br />
<br />
Jawaban: Assalamu`alaikum Wr. Wb. Memang tidak ada dalil yang sharih dalam perintah untuk mengenakan kopiah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Bahkan di luar shalat sekalipun dimana Rasulullah SAW sering diriwayatkan menggunakan imamah, yaitu sorban yang dililitkan di atas kepala, namun bagaimana hukumnya, para ulama pun juga berbeda pendapat antara yang mengatakannya sunnah dan tidak. Sedangkan dari dalil seperti masalah `urf (kebiasaan), ada juga yang berpendapat pentingnya mengenakan kopiah ini. Menurut pendapat ini, memakai kopiah di masa lalu merupakan sebuah adat kebiasaan yang terkait dengan masalah kesopanan atau attitude. Tentu saja ini hanya berlaku pada kelompok masyarakat tertentu di masa tertentu. Tapi karena terkait dengan attitude tadi, maka seorang yang tidak pakai kopiah seolah-olah menyalahi kebiasaan yang berlaku umum.<br />
<br />
Barangkali kita bisa ibaratkan ada orang tampil di muka umum dengan bertelanjang dada. Secara hukum syariah, laki-laki dibolehkan bertelanjang dada karena batas auratnya hanyalah dari pusat hingga lulut. Tapi bertelanjang dada di muka umum pada hari ini di tengah masyarakat kita termasuk aib, paling tidak menurut ukuran norma yang berlaku. Paling tidak bukan termasuk orang yang terhormat atau terpandang. Nah di masa itu dan negeri itu, orang yang tidak pakai kopiah kira-kira hampir sama kasusnya dengan orang bertelanjang dada di zaman kita ini. Sehingga bila orang tidak pakai kopiah lalu dituduh fasik, kira-kira berangkat dari sikap orang tersebut yang menurut norma pergaulan di masyarakat itu tidak tahu malu dan tidak punya sopan santun.<br />
<br />
Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa orang yang tidak pakai kopiah tidak bisa diterima kesaksiaannya di pangadilan, karena tuduhan fasik tadi. Barangkali ini salah satu dasar mengapa sebagain orang sangat merasa `harus` memerintahkan orang lain memakai kopiah, meski tidak ada dalil syar`inya yang memerintahkan secara langsung baik dalam Al-Quran maupun As-Sunnah.<br />
<br />
Wallahu A`lam Bish-Showab, Wassalamu `Alaikum Wr. Wb. (Ustad Abdul Hafiz)<br />
<br />
================================================<br />
<br />
<b><br />Beberapa Kesalahan Dari Segi Berbusana Dan Menutup Aurat Di Dalam Sholat<br /><br />Sholat Tanpa Mengenakan Penutup Kepala (Songkok/Peci)</b><br />
<br />
Boleh melakukan sholat dengan membuka kepala bagi kaum laki-laki, sebab kepala hanya menjadi aurat bagi kaum wanita bukan untuk kaum pria. Namun demikian, disunnahkan bagi setiap orang yang melakukan sholat untuk mengenakan pakaian yang layak dan paling sempurna. Diantara kesempurnaan busana sholat adalah dengan memakai 'imamah (kain surban yang diikatkan di kepala), songkok atau sebagainya yang biasa dikenakan di kepala ketika beribadah.<br />
<br />
Tidak memakai tutup kepala tanpa udzur (keadaan yang terpaksa), makruh hukumnya. Terlebih ketika melakukan sholat fardhu dan teristimewa lagi ketika mengerjakannya dengan berjama'ah. (Fataawa Muhammad Rasyid Ridha (V/1849) dan al Sunan wa al Mubtadi'aat halaman 69).<br />
<br />
Al-Albani berkata: "Menurut pendapatku, sesungguhnya sholat dengan tidak memakai tutup kepala hukumnya adalah makruh. Karena merupakan sesuatu yang sangat disunnahkan jika seorang muslim melakukan sholat dengan memakai busana islami yang sangat sempurna, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits: "Karena Allah paling berhak untuk dihadapi dengan berias diri." (Permulaan hadits di atas adalah: "Jika salah seorang dari Kalian mengerjakan sholat, maka hendaklah dia memakai dua potong bajunya. Kerna sesungguhnya Allah paling berhak dihadapi dengan berias diri.").<br />
<br />
Diriwayatkan oleh al Thahawi di dalam Syarh Mas'aani al Aatsaar ( I / 221 ), al Thabarani dan al Baihaqi di dalam al Sunan al Kubra ( II / 236 ) dengan kualitas sanad yang hasan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Majma' al Zawaaid ( II / 51 ). Lihat juga al Silsilah al Shahihah nomor 1369.<br />
<br />
Tidak memakai penutup kepala bukan merupakan kebiasaan baik yang dikerjakan oleh para ulama salaf, baik ketika mereka berjalan di jalan maupun ketika memasuki tempat-tempat ibadah. Kebiasaan tidak memakai tutup kepala sebenarnya (adalah) tradisi yang dikerjakan oleh orang-orang asing. Ide ini memang sengaja diselundupkan ke negara-negara muslim ketika mereka melancarkan kolonialisasi. Mereka mengajarkan kebiasaan buruk dan sayangnya malah diikuti oleh umat Islam. Mereka telah mengesampingkan kepribadian dan tradisi keislaman mereka sendiri. Inilah sebenarnya pengaruh buruk yang dibungkus (dengan) sangat halus dan tidak pantas, untuk merusak tradisi umat Islam dan juga tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk memperbolehkan sholat tanpa memakai tutup kepala.<br />
<br />
Adapun argumentasi yang memboleh (kan) membiarkan kepala tanpa tutup, seperti yang dikemukakan sebagian rekan-rekan kami, para kelompok pembela sunnah di Mesir adalah dengan mengqiyaskannya kepada busana orang yang sedang memakai baju ihram ketika melaksanakan ibadah haji. Ini adalah qiyas terburuk yang mereka lakukan dan yang pernah kami saksikan. Bagaimana hal ini bisa terjadi, sedangkan tidak menutup kepala ketika ihram adalah syi'ar dalam agama dan termasuk dalam manasik yang jelas tidak sama dengan aturan ibadah lainnya.<br />
<br />
Seandainya qiyas yang mereka lakukan itu benar, pasti akan terbentur juga dengan pendapat yang menyatakan tentang kewajiban untuk membiarkan kepala agar tetap terbuka ketika ihram. Karena itu merupakan kewajiban dalam rangkaian ibadah haji. (Tamaamul Minnah fii al Ta'liiq 'alaa Fiqh al Sunnah halaman 164-165),<br />
<br />
Tidak pernah disebutkan sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tidak memakai tutup kepala ketika sholat, kecuali hanya ketika ihram. Barangsiapa yang menyangka beliau pernah tidak memakai 'imamah ketika sholat selain pada saat melakukan ihram, maka dia harus bisa menunjukkan dalilnya. Dan yang benar itulah yang paling berhak untuk diikuti. (al Diin al Khaalish ( III / 214 ) dan al Ajwibah al Naafi'ah 'an al Masaail al Waaqi'ah halaman 110).<br />
<br />
Yang perlu disebutkan di sini adalah bahwa sholat tanpa mengenakan tutup kepala hukumnya adalah makruh saja, sebagaimana yang disebutkan oleh al Baghawi dan mayoritas ulama lain ( Lihat al Majmuu' ( II / 51) ). Anggapan orang awam tentang tidak bolehnya bermakmum pada imam yang tidak memakai tutup kepala, maka anggapan tersebut tidaklah benar. (Tapi) Tidak bisa disangkal kalau itu memang lebih baik tidak dilakukan, sebelum seorang imam memenuhi semua syarat kesempurnaan sholat dan mengikuti semua sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Hanya kepada Allah kita memohon perlindungan.</div>
<div style="text-align: justify;">
-------------------------------------------------------- </div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh: Syaikh Abu Ubaidah Masyhur Hasan Salman<br />
[Disalin dari buku Al-Qaulul Mubin Fii Akhta-il Mushallin Edisi Indonesia Koreksi Total Ritual Sholat, Penulis Syaikh Abu Ubaidah Masyhurrah Ibn Hasan Ibn Mahmud Ibn Salman. Penerbit Pustaka Azzam, Jakarta, Oktober 2001, halaman 66 - 68 ]<br />
<br />
============================================<br />
<b><br />Hukum Shalat Tanpa Penutup Kepala</b><br />
<br />
Alhamdulillah, wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.<br />
<br />
Mungkin kita pernah menyaksikan sebagian orang ketika shalat dalam keadaan penutup kepala. Apakah seperti ini bermasalah, artinya tidak afdhol atau bahkan tidak dibolehkan sama sekali ketika shalat? Berikut ada pelajaran menarik dari ulama Al Lajnah Ad Daimah (komisi fatwa di Saudi Arabia) akan hal ini. Fatwa ini lebih menenangkan karena dibangun atas kaedah yang tepat. Moga bermanfaat.<br />
<br />
Al Lajnah Ad Daimah ditanya,<br />
<br />
Apa hukum shalat tanpa penutup kepala dan ini dilakukan terus menerus? Ada yang mengatakan bahwa memakai peci (songkok) bukanlah sunnah (ajaran yang patut diikuti) karena tidak ada hadits yang menjelaskan hal ini. Oleh karena itu sekelompok orang mengatakan di negeri kami bahwa mengenakan peci bagi orang yang shalat dan selainnya bukanlah ajaran yang patut diikuti. Sampai-sampai dalam rangka melecehkan, mereka menyebut peci dengan “qith’at qumaas” (hanya sekedar potongan kain tenun).<br />
<br />
Al Lajnah Ad Daimah menjawab,<br />
<br />
Pertama, pakaian termasuk dalam perkara adat dan bukanlah perkara ibadah, sehingga ada kelapangan dalam hal ini. Pakaian apa saja tidaklah terlarang kecuali yang dilarang oleh syari’at seperti mengenakan kain sutera untuk pria, mengenakan pakaian tipis yang menampakkan aurat, mengenakan pakaian ketat yang membentuk lekuk tubuh yang termasuk aurat, atau pakaian tersebut termasuk tasyabbuh (menyerupai) pakaian wanita atau pakaian yang menjadi kekhususan orang kafir.<br />
<br />
Kedua, perlu diketahui bahwa kepala pria bukanlah aurat dan tidak disunnahkan untuk ditutup baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Boleh saja seorang pria mengenakan ‘imamah atau peci dan boleh juga ia membiarkan kepalanya tanpa penutup kepala dalam shalat atau pun dalam kondisi lainnya. Dan perlu diperhatikan bahwa tidak perlu sampai seseorang menjelek-jelekkan orang lain atau melecehkannya dalam hal ini.<br />
<br />
Wa billahit taufiq. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.<br />
<br />
Fatwa ini ditandatangani oleh: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku ketua; Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi selaku wakil ketua; Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan selaku anggota.<br />
<br />
Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, pertanyaan pertama no. 9422, 24/45<br />
<br />
Kaedah dan pelajaran di atas sangat bermanfaat sekali dalam perkara seputar pakaian dan penutup kepala. <br />
<br />
Moga yang singkat ini bermanfaat.<br />
<br />
<br />
Panggang-GK, 5 pm, 8th Rabi’ul Awwal 1432 H (11/02/2011)<br />
<br />
www.rumaysho.com<br />
<br />
===========================================</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Siapa Bilang Peci Hitam Dilarang?</b><br />
<br />
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ. ح وحَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ عِيسَى، عَنْ شَرِيكٍ، عَنِ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي زُرْعَةَ، عَنِ الْمُهَاجِرِ الشَّامِيِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ فِي حَدِيثِ شَرِيكٍ يَرْفَعُهُ، قَالَ: ” مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ أَلْبَسَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَوْبًا مِثْلَهُ زَادَ، عَنْ أَبِي عَوَانَةَ ثُمَّ تُلَهَّبُ فِيهِ النَّارُ “،<br />
<br />
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، قَالَ: ثَوْبَ مَذَلَّةٍ<br />
<br />
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Iisaa[1] : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah[2] (ح). Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Iisaa, dar Syariik[3], dari ‘Utsmaan bin Abi Zur’ah[4], dari Al-Muhaajir Asy-Syaamiy[5], dari Ibnu ‘Umar, ia berkata (secara mauquuf) – dan dalam hadits Syariik ia memarfu’kannya – beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa memakai pakaian syuhrah, niscaya Allah akan memakaikan kepadanya pakaian semisal pada hari kiamat” – dan dalam riwayat Abu ‘Awaanah terdapat tambahan : “kemudian akan dibakar padanya di dalam neraka”.<br />
<br />
Telah menceritakan kepada kami Musaddad : Telah menceritakan kepada kami, ia berkata : “Yaitu pakaian kehinaan” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4029].<br />
<br />
Abu Haatim Ar-Raaziy mentarjih bahwa riwayat mauquuf lebih shahih.[6] ‘Utsmaan bin Abi Zur’ah dalam periwayatan marfuu’ telah diselisihi oleh Al-Laits bin Abi Sulaim, sedangkan ia seorang yang dla’iif. Oleh karena itu, riwayat marfuu’ ini mahfuudh. Wallaahu a’lam.<br />
<br />
Mengomentari hadits di atas, As-Sindiy rahimahullah berkata :<br />
<br />
مَنْ لَبِسَ ثَوْبًا يَقْصِد بِهِ الِاشْتِهَار بَيْن النَّاس ، سَوَاء كَانَ الثَّوْب نَفِيسًا يَلْبَسهُ تَفَاخُرًا بِالدُّنْيَا وَزِينَتهَا ، أَوْ خَسِيسًا يَلْبَسهُ إِظْهَارًا لِلزُّهْدِ وَالرِّيَاء<br />
<br />
“Yaitu : Orang yang memakai pakaian dengan tujuan kemasyhuran/kepopuleran di antara manusia. Sama saja, apakah pakaian itu bagus yang dipakai untuk berbangga-bangga dengan dunia dan perhiasannya, atau pakaian itu hina/jelek yang dipakai untuk menampakkan kezuhudan dan riyaa’ (di hadapan manusia)” [Hasyiyyah As-Sindiy ‘alaa Sunan Ibni Maajah, sumber : http://www.yanabi.com/Hadith.aspx?HadithID=30403].<br />
<br />
Asy-Syaukaaniy rahimahullah berkata :<br />
<br />
قال ابن الأثير : الشهرة ظهور الشيء والمراد أن ثوبه يشتهر بين الناس لمخالفة لونه لألوان ثيابهم فيرفع الناس إليه أبصارهم ويختال عليهم بالعجب والتكبر<br />
<br />
“Ibnul-Atsiir berkata : ‘Asy-Syuhrah adalah tampaknya sesuatu. Maksudnya bahwa pakaiannya populer di antara manusia karena warnanya yang berbeda sehingga orang-orang mengangkat pandangan mereka (kepadanya). Dan ia menjadi sombong terhadap mereka karena bangga dan takabur” [Nailul-Authaar, 2/111 – via Syamilah].<br />
<br />
Para ulama telah menjelaskan bahwa salah satu bentuk terlarang pakaian syuhrah ini adalah pakaian yang berbeda dari adat kebiasaan orang-orang setempat. Perhatikan dua riwayat di bawah :<br />
<br />
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ الْعَوَّامِ، عَنِ الْحُصَيْنِ، قَالَ: كَانَ زُبَيْدٌ الْيَامِيُّ يَلْبَسُ بُرْنُسًا، قَالَ: فَسَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ عَابَهُ عَلَيْهِ، قَالَ: فَقُلْتُ لَهُ: إِنَّ النَّاسَ كَانُوا يَلْبَسُونَهَا، قَالَ: ” أَجَلْ ! وَلَكِنْ قَدْ فَنِيَ مَنْ كَانَ يَلْبَسُهَا، فَإِنْ لَبِسَهَا أَحَدٌ الْيَوْمَ شَهَرُوهُ، وَأَشَارُوا إِلَيْهِ بِالأَصَابِعِ “<br />
<br />
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abbaad bin Al-‘Awwaam, dari Al-Hushain, ia berkata : Dulu Zubaid Al-Yaamiy pernah memakai burnus (sejenis tutup kepala). Lalu aku mendengar Ibraahiim mencelanya karena perbuatannya yang memakai burnus tersebut. Aku berkata kepada Ibraahiim : “Sesungguhnya orang-orang dulu pernah memakainya”. Ibraahiim berkata : “Ya. Akan tetapi orang-orang yang memakainya sudah tidak ada lagi. Apabila ada seseorang yang memakainya hari ini, maka ia berbuat syuhrah dengannya. Lalu orang-orang berisyarat dengan jari-jari mereka kepadanya (karena heran)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 25655; sanadnya shahih].<br />
<br />
أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْن ثابت بْن بندار، نا أبي الْحُسَيْن بْن عَلِيّ، نا أَحْمَد بْن منصور البوسري، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ مخلد، ثني مُحَمَّد بْن يوسف، قَالَ: قَالَ عَبَّاس بْن عَبْدِ العظيم العنبري: قَالَ بِشْر بْن الحارث: إن ابْن الْمُبَارَك ” دخل المسجد يوم جمعة وعليه قلنسوة فنظر الناس ليس عليهم قلانس فأخذها فوضعها فِي كمه “<br />
<br />
Telah mengkhabarkan kepada kami Yahyaa bin Tsaabit bin Bundaar : Telah mengkhabarkan kepada kami ayahku (: Telah mengkhabarkan kepada kami ) Al-Husain bin ‘Aliy : Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin Manshuur Al-Buusiriy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Makhlad : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Yuusuf, ia berkata : Telah berkata ‘Abbaas bin ‘Abdil-‘Adhiim Al-‘Anbariy : Telah berkata Bisyr bin Al-Haarits : Sesungguhnya Ibnu Mubaarak pernah masuk ke dalam masjid pada hari Jum’at, dan ia memakai peci. Lalu ia melihat orang-orang tidak ada yang memakai peci. Maka Ibnul-Mubaarak melepas dan menyimpannya di balik bajunya” [Diriwayatkan oleh Ibnul-Jauziy dalam Talbiis Ibliis, hal. 184].<br />
<br />
Al-Mardawiy rahimahullah berkata saat menjelaskan posisi madzhabnya :<br />
<br />
يُكْرَهُ لُبْسُ مَا فِيهِ شُهْرَةٌ ، أَوْ خِلَافُ زِيِّ بَلْدَةٍ مِنْ النَّاسِ عَلَى الصَّحِيحِ مِنْ الْمَذْهَبِ<br />
<br />
“Dimakruhkan memakai sesuatu yang menimbulkan syuhrah/popularitas atau menyelisihi pakaian penduduk negeri setempat berdasarkan pendapat yang shahih dari madzhab (Hanaabilah)” [Al-Inshaaf, 2/263].<br />
<br />
Oleh karena itu, syari’at menganjurkan kita berpakaian dengan pakaian yang dipakai oleh penduduk negeri tempat kita tinggal, selama tidak ada hal-hal yang menjadi larangan syari’at. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimiin rahimahullah berkata ketika menjelaskan tentang masalah ‘imamah (surban) :<br />
<br />
والسنة لكل إنسان أن يلبس ما يلبسه الناس ما لم يكن محرماً بذاته ، وإنما قلنا هذا ؛ لأنه لو لبس خلاف ما يعتاده الناس لكان ذلك شهرة ، والنبي صلى الله عليه وسلم نهى عن لباس الشهرة ، فإذا كنا في بلد يلبسون العمائم لبسنا العمائم ، وإذا كنا في بلد لا يلبسونها لم نلبسها<br />
<br />
“Yang disunnahkan bagi setiap orang adalah memakai pakaian yang dipakai oleh orang-orang kebanyakan selama dzatnya tidak diharamkan. Hanyalah kami mengatakan demikian karena seandainya ia memakai pakaian yang berbeda dengan kebiasaan orang-orang, itu merupakan syuhrah. Dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang memakai pakaian syuhrah. Seandainya kita berada di negeri yang orang-orangnya memakai ‘imamah (surban), maka kita memakai ‘imamah. Namun apabila kita berada di negeri yang orang-orangnya tidak mamakai ‘imamah, maka kita pun tidak memakainya….” [Liqaa Al-Baab Al-Mafttuh, 23/160].<br />
<br />
Termasuk hal yang mengherankan, ada sebagian saudara kita yang melarang – atau bahkan mencela – pemakaian peci hitam sebagaimana lazim dipakai penduduk negeri kita. Padahal telah menjadi pengetahuan jamak bahwa peci hitam merupakan salah atribut pakaian kaum muslimin negeri kita. Tidak ada pula dalil yang melarangnya. Peci hitam tidak ubahnya seperti peci putih, hijau, biru, atau warna-warna yang lainnya.<br />
<br />
Apakah peci hitam itu dilarang karena warna hitamnya ?. Jika inii alasannya, maka salah satu sifat ‘imamah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah berwarna hitam sebagaimana riwayat :<br />
<br />
حدثنا عَلِيُّ بْنُ حَكِيمٍ الْأَوْدِيُّ، أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ، عَنْ عَمَّارٍ الدُّهْنِيِّ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ: أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ، وَعَلَيْهِ عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ “<br />
<br />
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Hakiim Al-Audiy : Telah mengkhabarkan kepada kami Syariik, dari ‘Ammaar Ad-Duhniy, dari Abuz-Zubair, dari Jaabir bin ‘Abdillah : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memasuki pada hari penaklukan Makkah dengan memakai ‘imaamah (surban) berwarna hitam [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1358].<br />
<br />
Bahkan para ulama kita terdahulu telah ada yang memakai peci berwarna hitam. ‘Abdurrahmaan bin Muhammad bin Al-Mughiirah rahimahullah berkata :<br />
<br />
رأيت أبا حنيفة شيخاً يفتي الناس بمسجد الكوفة عليه قلنسوة سوداء طويلة<br />
<br />
“Aku pernah melihat Abu Haniifah seorang syaikh yang memberikan fatwa kepada manusia di Masjid Kuufah, dimana (waktu itu) ia memakai peci hitam panjang” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 6/399].<br />
<br />
حدثنا أَبُو مُسْهِرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، قَالَ: ” رَأَيْتُ عَلَى الْأَوْزَاعِيِّ قَلَنْسُوَةً سَوْدَاءَ فِي أَيَّامِ ابْنِ سُرَاقَةَ “<br />
<br />
Telah menceritakan kepada kami Abu Mus-hir, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Khaalid, ia berkata : “Aku pernah melihat Al-Auza’iy memakai peci hitam pada peristiwa Ibnu Suraaqah” [Diriwayatkan oleh Abu Zur’ah dalam Taariikh-nya no. 368 & 2319; shahih].<br />
<br />
أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْنٍ، قَالَ: ” كُنْتُ إِذَا رَأَيْتُ دَاوُدَ الطَّائِيَّ لا يُشْبِهُ الْقُرَّاءَ، عَلَيْهِ قَلَنْسُوَةٌ سَوْدَاءُ طَوِيلَةٌ مِمَّا يَلْبَسُ التُّجَّارُ<br />
<br />
Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Fadhl bin Dukain, ia berkata : “Dulu jika aku melihat Daawud Ath-Thaa’iy, ia tidak menyerupai qurraa’, karena ia memakai peci hitam panjang yang dipakai para pedagang” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat, 6/536; shahih].<br />
<br />
Hadits, penjelasan ulama, dan contoh-contoh di atas semoga dapat menjadi kejelasan bagi kita tentang diperbolehkannya memakai peci hitam. Bagi yang lebih senang memakai peci putih haji, ya silakan. Bebas memilihnya.<br />
<br />
Ini saja yang dapat dituliskan, semoga ada manfaatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
=========================<br />
[1] Muhammad bin ‘Iisaa bin Najiih Al-Baghdaadiy, Abu Ja’far bin
Ath-Thabbaa’; seorang yang tsiqah lagi faqiih, termasuk orang yang
paling tahu hadits Husyaim. Termasuk thabaqah ke-10, lahir tahun 150 H,
dan wafat tahun 224 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy secara mu’allaq, Abu
Daawud, At-Tirmidziy dalam Asy-Syamaail, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah
[Taqriibut-Tahdziib, hal. 886-887 no. 6250].<br />
[2] Al-Wadldlaah bin ‘Abdillah Al-Yasykuuriy, Abu ‘Awaanah Al-Waasithiy
Al-Bazzaar; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-7,
wafat tahun 175/176 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud,
At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal.
1036 no. 7457].<br />
[3] Syariik bin ‘Abdillah bin Abi Syariik An-Nakha’iy, Abu ‘Abdillah
Al-Kuufiy Al-Qaadliy; seorang yang shaduuq, namun banyak salahnya dan
berubah hapalannya ketika menjabat qaadliy. Termasuk thabaqah ke-8, dan
wafat tahun 177 H/178 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy secara mu’allaq,
Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah
[Taqriibut-Tahdziib, hal. 436 no. 2802].<br />
[4] ‘Utsmaan bin Al-Mughiirah Ats-Tsaqafiy, Abul-Mughiirah Al-Kuufiy
Al-A’syiy – ia adalah ‘Utsmaan bin Abi Zur’ah; seorang yang tsiqah.
Termasuk thabaqah ke-6. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Abu Daawud,
At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 669
no. 4552].<br />
[5] Muhaajir bin ‘Amru An-Nabbaal Asy-Syaamiy; seorang yang dikatakan
Ibnu Hajar : maqbuul. Termasuk thabaqah ke-4. Dipakai oleh Abu Daawud,
An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 975 no. 6971].<br />
Namun yang benar ia seorang yang shaduuq, hasanul-hadiits. Ibnu Hibbaan
telah mentsiqahkannya, dan beberapa perawi tsiqaat pun meriwayatkan
darinya [Tahriirut-Taqriib, 3/422 no. 6922].<br />
[6] Ibnu Abi Haatim berkata :<br />
<br />
وَسألت أبي عَنْ حديث رَوَاهُ شَرِيكٌ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي
زُرْعَةَ، عَنْ مُهَاجِرٍ الشَّامِيِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ
شُهْرَةٍ أَلْبَسَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ “.
قَالَ أَبِي: هَذَا الْحَدِيثُ مَوْقُوفٌ أَصَحُّ<br />
<br />
“Aku pernah bertanya kepada ayahku tentang hadits yang diriwayatkan
Syariik, dari ‘Utsmaan bin Abi Zur’ah, dari Muhaajir Asy-Syaamiy, dari
Ibnu ‘Umr, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam: ‘Barangsiapa memakai pakaian syuhrah, niscaya Allah akan
memakaikan kepadanya pakaian kehinaan pada hari kiamat’. Ayahku berkata :
“Hadits ini dalam periwayatan mauquuf lebih shahih” [Al-‘Ilal, no.
1471].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
==========================================</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Hukum Laki-Laki Yang Tidak Memakai Peci atau Kopiah Saat Sholat</b><br />
<br />
Pertanyaan: Ustadz, apa hukum laki-laki yang tidak memakai peci atau kopiah saat sholat?<br />
<br />
Jawaban: Allah berfirman,<br />
<br />
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ<br />
<br />
Yang artinya, “Wahai anak keturunan Adam kenakanlah pakaian perhiasan kalian setiap kali kalian mengerjakan shalat” [QS al A’raf:31].<br />
<br />
Syaikh Abdurrahman as Sa’di menjelaskan ayat di atas dengan mengatakan, “Maknanya tutupilah aurat kalian ketika kalian mengerjakan shalat baik shalat yang wajib maupun shalat sunah karena tertutupnya aurat itu menyebabkan indahnya badan sebagaimana terbukanya aurat itu menyebabkan badan nampak jelek dan tidak sedap dipandang.<br />
<br />
Zinah [perhiasan] dalam ayat di atas bisa juga bermakna pakaian yang lebih dari sekedar menutup aurat itulah pakaian yang bersih dan rapi.<br />
Jadi dalam ayat di atas terdapat perintah untuk menutupi aurat ketika ketika hendak mengerjakan shalat dan memakai pakaian yang menyebabkan orang yang memakainya nampak sedap dipandang mata serta memakai pakaian yang bersih dari kotoran dan najis” [Taisir Karim ar Rahman hal 311, terbitan Dar Ibnul Jauzi , cet kedua 1426 H].<br />
<br />
Berdasarkan makna yang kedua yang disampaikan oleh Ibnu Sa’di di atas maka ketika kita mengerjakan shalat kita dianjurkan untuk memakai pakaian perhiasan. Itulah pakaian yang menyebabkan kita sedap dipandang jika kita memakainya. Tolak ukur pakaian perhiasan adalah kebiasaan masyarakat sehingga berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain, satu zaman dengan zaman yang lain.<br />
<br />
Sehingga jika di suatu daerah memakai peci adalah bagian dari berpakaian rapi dan menarik ketika shalat maka memakai peci adalah suatu hal yang dianjurkan sehingga tidak memakai peci dalam kondisi tersebut berarti melakukan hal yang kurang afdhol. Akan tetapi hukum memakai peci menjadi berbeda manakala kita<br />
berdomisili di suatu yang tidak menilai berpeci sebagai bagian dari kerapian berpakaian dalam shalat.<br />
<br />
Sumber: www.ustadzaris.com <br />
<br />
Wallaahu a’lam.<br />
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-4085306400704489572015-09-28T22:38:00.000+07:002022-09-03T23:27:53.481+07:0010 Tanda Hamba-hamba ALLAH Yang Dicintai ALLAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-vsj2EoDjE8c/Vglew4Nb-II/AAAAAAAAROk/5UIC_BV86aU/s1600/arifin-ilham.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-vsj2EoDjE8c/Vglew4Nb-II/AAAAAAAAROk/5UIC_BV86aU/s320/arifin-ilham.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Hurairoh Rasulullah bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai Fulan, maka cintailah ia’ Kemudian Jibril mencintai oran itu dan berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia’ Penghuni langit pun akhirnya mencintai orang itu. Setelah itu kecintaannya diteruskan kepada penghuni bumi” (HR Bukhari dan Muslim). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu abang mengajak kalian untuk mengenali diantara hamba hamba ALLAH yg dicintai ALLAH :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Hamba ALLAH yg hobbynya ibadah, dermawan dan berbuat baik krn ALLAH</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dan Allah Mencintai hamba hamba yg berbuat kebaikan” (QS Ali Imran 134).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Hamba ALLAH yg sungguh sungguh bertakwa, takut sekali ma'siyat</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Maka sungguh, Allah Mencintai hamba hambaNya yg bertakwa” (QS Ali Imran 76).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Hamba ALLAH yg sungguh sungguh bertaubat, tidak pernah mengulangi ma'siyatnya lagi</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Allah Menyukai hamba hambaNya yg bertobat dan menyukai hambaNya yg menyucikan diri” (QS Al-Baqarah 222).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Hamba ALLAH yg sabar dari berbagai macam ujian</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan Allah Mencintai hamba hambaNya yg sabar” (QS Ali Imran 146).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Hamba ALLAH yg tawakkal setelah ikhtiar dan doa maksimal</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sungguh, Allah Mencintai hambaNya yg bertawakal” (QS Ali Imran 159).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Hamba ALLAH yg menegakkan keadilan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya Allah menyukai hamba hamba yg adil” (QS Al-Ma’idah 42).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. Hamba ALLAH yg berjihad di jalan Allah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya Allah Mencintai hamba hambaNya yg berperang di jalan-Nya dalam barisan yg teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yg tersusun kokoh” (QS Shaff 4).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8. Hamba ALLAH yg suka kebersihan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Allah menyukai hamba hambaNya yg bersih” (QS At-Taubah 108).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9. Hamba Allah yg menghidupkan Sunnah RasulNya</div>
<div style="text-align: justify;">
"Katakanlah kalau kalian benar benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasulullah) niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa dosa kalian..." (QS Ali Imron 31).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10. Hamba ALLAH yg senang sholat malam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwa kamu berdiri sholat malam kurang dari 2/3 malam, atau ½ malam atau sepertiga demikian pula segololongan dari orang-orang yg bersamamu“ (QS Al Muzammil 20 ).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allahumma ya ALLAH jadikanlah kami para hambaMu yang Engkau cintai, dan dekatkanlah kami dengan para hamba yang Engkau cintai...aamiin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan lupa sebelum rehat malam ini berwudhu, berdoa, berzikir dan berazam untuk sholat malam.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-84842101474501308372015-09-20T20:16:00.002+07:002022-09-10T09:39:45.931+07:00Banjir Nuh Dalam Al Qur’an<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Banjir Nuh disebutkan dalam banyak ayat di dalam al-Qur’an. Di bawah ini bisa dilihat ayat-ayat yang disusun berdasarkan urut-urutan peristiwa banjir tersebut:</div><div style="text-align: justify;"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSx7G0aRMy6ZDohZHUhNG9AyTaTImhKltlPxyFbHIMCbTvTbrZbfvq7RKjGsXcU5pKTjCu7HGsBnY8NbdIoS_Ec5SWZIUWquPzc-fS6SrANGDoZpmtxVgnjFGG9sYuvBLp1ByvozEFczYyufdbUVe-nczAoLMKpHWdGcMome7Un9p9Q6w0-_YGKmvT9A/s400/ezgif.com-gif-maker-2.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="400" height="384" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSx7G0aRMy6ZDohZHUhNG9AyTaTImhKltlPxyFbHIMCbTvTbrZbfvq7RKjGsXcU5pKTjCu7HGsBnY8NbdIoS_Ec5SWZIUWquPzc-fS6SrANGDoZpmtxVgnjFGG9sYuvBLp1ByvozEFczYyufdbUVe-nczAoLMKpHWdGcMome7Un9p9Q6w0-_YGKmvT9A/w640-h384/ezgif.com-gif-maker-2.webp" width="640" /></a></div><b><br /><span style="font-size: medium;">Nabi Nuh Menyeru Kaumnya Pada Agama Kebenaran</span></b><br />Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnyalalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selainNya”. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”. (Al-A’raf: 59)<br /><br />Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. QS. Asy-Syuara’: 107-110)<br /><br />Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu ia berkata “Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?”.QS. Al-Mukminun: 23)<br /><br />Peringatan Nabi Nuh kepada kaumnya untuk Menghindari Hukuman dari Allah<br /><br />Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”(QS. Nuh: 1)<br /><br />Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal. (QS. Hud:39)<br /><br />Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. (QS. Hud: 26)<br /><br /><br /><b><span style="font-size: medium;">Pembangkangan kaum Nabi Nuh</span></b><br />Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata”.(QS. Al-A’raf: 60)<br /><br />Mereka berkata: “Hai Nuh sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (QS. Hud: 32)<br /><br />Dan mulailah Nuh membuat bahtera . Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkata Nuh: “Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). (QS. Hud: 38)<br /><br />Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: “Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu , yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu . Dan kalau Allah menghendaki , tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar seruan (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu. Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu. (QS. Al-Mukminun: 24-25)<br /><br />Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: “Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman”.(QS. Al-Qamar: 9)<br /><br /><br /><b><span style="font-size: medium;">Penghinaan terhadap para pengikut Nabi Nuh</span></b><br />Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu , melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu , melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta”. (QS. Hud: 27)<br /><br />Mereka berkata: “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?” Nuh menjawab: “Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan?”. Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari .Dan aku sekali-kali tidka akan mengusir orang-orang yang beriman. Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan. (QS. Asy-Syuara’: 111-115)<br /><u><br /></u><b><span style="font-size: medium;">Peringatan Allah agar Nabi Nuh tidak Bersedih</span></b><br />Dan diwahyukan kepada Nuh , bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Hud: 36)<br /><br /><b><br /><span style="font-size: medium;">Doa Nabi Nuh</span></b><br />Maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka , dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku. (QS. Asy-Syuara’: 118).<br /><br />Maka dia mengadu kepada Tuhannya : “bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku). (QS. Al-Qamar: 10)<br /><br />Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (QS. Nuh: 5-6).<br /><br />Nuh berdoa : “Ya Tuhanku tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku.”(QS. Al-Mukminun: 26)<br /><br />Sesungguhnya Nuh telah menyeru kami : Maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami).(QS. Ash-Shaffat: 75)<br /><br /><br /><b><span style="font-size: medium;">Pembuatan Kapal (Bahtera)</span></b><br />Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami , dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang zalim itu , sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)<br /><br /><b><br /><span style="font-size: medium;">Penghancuran umat Nabi Nuh dengan cara Ditenggelamkan</span></b><br />Maka mereka mendustakan Nuh , kemudian kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).(QS. Al-A’raf: 64).<br /><br />Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal. (QS. Asy-Syuara: 120)<br /><br />Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun.Maka mereka ditimpa banjir besar , dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al- Ankabut: 14)<br /><br /><b><br /><span style="font-size: medium;">Dibinasakannya Putera Nabi Nuh</span></b><br />Al-Qur’an sehubungan dengan dengan dialog yang terjadi antara Nabi Nuh dan puteranya, pada tahap-tahap awal dari terjadinya banjir mengungkapkan:<br /><br />Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung, dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat jauh terpencil : “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”. Nuh berkata : “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya ; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS. Hud: 42-43)<br /><br /><br /><b><span style="font-size: medium;">Diselamatkannya Orang-Orang yang Beriman dari Banjir</span></b><br />Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan.(QS. Asy-Syuara: 119).<br /><br />Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. (QS. Al-Ankabut: 15)<br /><br /><br /><b><span style="font-size: medium;">Bentuk Fisik dari Banjir yang Terjadi</span></b><br />Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (QS. Al-Qamar: 11-13)<br /><br />Hingga apabila perintah Kami datang dan ‘dapur’(permukaan bumi yang memancarkan air hingga meneyebabkan timbulnya taufan) telah memancarkan air, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman”. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung, dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat jauh terpencil : “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” .(QS. Hud: 40-42)<br /><br />Lalu Kami wahyukan kepadanya : “Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan ‘tannur’ telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.(QS. Al-Mukminun: 27)</div><div style="text-align: justify;"><br /><br /><b><span style="font-size: medium;">Terdamparnya Perahu di Tempat yang Tinggi</span></b><br />Dan difirmankan: “Hai bumi tahanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim”. (QS. Hud: 44)<br /><br /><br /><b><span style="font-size: medium;">I’tibar yang Diambil dari Peristiwa Banjir</span></b><br />Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa )nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (QS. Al-Haqqah: 11-12)<br /><br /><br /><b><span style="font-size: medium;">Pujian Allah terhadap Nabi Nuh</span></b><br />“Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam”. Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Ash-Shaffat: 79-81)<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-69592771058655604332015-09-19T15:23:00.000+07:002022-09-03T23:34:11.860+07:00Khitan: Tinjauan Sejarah, Landasan Hukum, Bedanya Laki dan Perempuan Dikhitan<div style="text-align: justify;">
Kata khitan (sirkumsisi, sunat) adalah masdar dari “khatana” sama dengan “Nizal” dan “Khitan”. Ditujukan juga untuk menyebutkan nama bagian kulit yang akan di khitan. Dalam sebuah hadist dikatakan “izaltaqal khitanani Faqad wajabal guslu” apabila dua khitanan bertemu maka wajib mandi. Para ulama lugah (bahasa) mengatakan biasanya kata khitan disebutkan untuk laki-laki sedangkan untuk perempuan disebut “khafdhah”, dan untuk menyebut keduanya disebut “’izarah”. Menurut Ibnu Faris bahwa khitan berasal dari kata “qatha’a” yang berarti memotong. Sedangkan arti lain dari kata “khatan” yaitu jalinan persaudaraan.[1]<br />
<br />
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata bahwa orang-orang Arab melakukan khitan sejak dahulu kala, bahkan dulu orang-orang Arab berkeyakinan apabila anak laki-laki lahir pada bulan purnama, maka dia lahir dalam keadaan telah dikhitan.<br />
<br />
Khitan menurut istilah adalah mengambil bagian qulfah (kulit yang menutup) kepala zakar laki-laki atau kelentit yang menonjol dibagian atas vagina perempuan.<br />
<br />
Ibnu Ruslan dalam Zubad menjelaskan : “Cabutlah bulu ketiak dan memotong kumis, juga bulu kemaluan dan khitan itu wajib bagi yang sudah balig dengan memotong penutup kepala zakar. Dan pada perempuan dengan menghilangkan sekedarnya dan jeger itu makruh”.<br />
<br />
<b>Sejarah Khitan</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-8WRrWhvoFno/Vf0SxORaJfI/AAAAAAAARMI/TsLIcqrDkLw/s1600/khitan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/-8WRrWhvoFno/Vf0SxORaJfI/AAAAAAAARMI/TsLIcqrDkLw/s200/khitan.jpg" width="167" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ditinjau dari sisi sejarah khitan telah dikenal kira-kira 100 tahun SM . Para antropolog menemukan bahwa budaya khitan telah ada sejak pra-Islam yang dibuktikan dengan ditemukannya mumi perempuan di Mesir kono pada abad 16 SM yang memiliki tanda clitoridectomy (pemotongan yang merusak kelamin) . Pada abad ke 2 SM khitan perempuan dijadikan sebagai prosesi perkawinan. Dalam penelitian lain ditemukan khitan telah dilakukan oleh pengembara Smit Hamid dan Hamitoi di Asia Barat Daya dan Afika Timur, beberapa bangsa Negro di Afrika Timur dan Afrika Selatan . Di Indonesia sendiri tempatnya di Museum Batavia terdapat benda kuno yang memperlihatkan zakar telah di khitan.<br />
<br />
1. Berbeda dengan antropolog Barat yang lebih menganggap bahwa khitan (sunat) semata-mata untuk tujuan medis atau untuk menjaga kesehatan. Anggapan ini ditentang oleh beberapa orang yang berhasil menemukan relief dan patung-patung peniggalan tentang upacara penyunatan ribuan tahun silam. Pada saat itu penyunatan lebih bertujuan untuk tujuan pengorbanan bagi para dewa dan simbol perlawanan rasa takut kepada roh jahat. Di Yucatan dan Nicaragua darah orang yang disunat di oleskan pada patung berhala oleh pemuka agama. Sedangkan di Afrika, upacara sunat dilakukan secara massal dengan harapan agar memperoleh berkah yang lebih besar dari leluhur.[2]<br />
<br />
Menurut para sejarawan Muslim bahwa dalam Islam khitan ini telah sepakat bahwa Nabi berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitabnya al-Muwattha’ dari Abu Hurairah sbb:<br />
<br />
(Ibrahim melakukan khitan pada usia 120 tahun dan beliau hidup setelah itu selama 80 tahun).<br />
<br />
Al-Marwazi berkata Al-Musayyib bin Rafi, berkata :”diriwayatkan bahwa lafaz qadum dibaca dua qadum (mukhaffaf) yang berarti kapak yang dipakai oleh Nabi Ibrahim as untuk melakukan khitan . lafaz yang kedua adalah qaddum ( mutsaqqal ) yaitu nama tempat beliau melakukan khitan . Tapi Pendapat pertama yang paling banyak dianut oleh para ulama hadits dan lugah. Ikrimah berkata setelah Nabi Ibrahim as melakukan khitan, maka semua orang melakukan khitan dan menjadi ajaran yang mentradisi secara turun temurun, sampai ada undang-undang bahwa seseorang tidak boleh melakukan tawaf di ka’bah bagi yang tidak berkhitan baik laki-laki maupun perempuan.[3]<br />
<br />
Juga ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :<br />
<br />
(Ibrahim melakukan khitan pada waktu berumur 80 tahun disebuah tempat bernaa Qadum”) .<br />
<br />
Hadist yang kedua ini lebih kuat karena riwayat ini yang mahfuz dalam hadist riwayat ibn Ajlan dan dikuatkan oleh riwayat A’raj dari Abu Hurairah.<br />
<br />
Khitan ini juga di kenal dalam kitab Injil, dalam agama Nasrani khitan ini adalah merupakan ajaran yang harus dilakukan. Dalam kitab kejadian 17 : 12 menganjurkan anak laki-laki dikhitan dalm usia 8 hari. Itu sebabnya nabi Isa as telah dikhitan pada usia 8 hari. Setelah itu beliau dibawa ke Bait Allah di Yerussalem untuk diserahkan kepada Tuhan dan diberkahi oleh Simon.[4] Hal ini juga bersumber pada Imamat 12 : 1. Dalam kitab Injil juga disebutkan bahwa nabi-nabi terdahulu juga telah melakukan khitan diantaranya, yaitu :<br />
<br />
1. Adam “maka Musa telah memberi kamu hokum bersunat itu, bukan asalnya dari Musa, melainkan dari nenek moyangmu”.[5]<br />
2. Ibrahim, Ismail dan Ishak;[6]<br />
3. Harun dan Musa;[7]<br />
4. Yahya (Yohanes) dan Yesus di khitan dalam usia 8 hari;[8]<br />
5. Nabi Muhammad SAW. Karena beliau termasuk keturunan nabi Ibrahim as, menurut riwayat yang sahih beliau di khitan pada hari ketujuh dari kelahiran beliau. Tetapi ada juga yang menyebutkan beliau telah di khitan sejak lahir.<br />
<br />
Paulus meniadakan hukum khitan, Paulus ini adalah orang yang mengaku-ngaku Rasulnya Yesus dalam kisah Rasul, riwayat yang saling bertentangan sebagaimana yang dicatat oleh Lukas, yang bersumber dari Paulus sendiri. Paulus menghitankan orang lalu ia berkata :”khitan atau tidak, tidak jadi apa-apa” dan akhirnya ia putuskan bahwa khitan itu tidak ada faedahnya.[9]<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Landasa Hukum Khitan</b><br />
<br />
Dasar hukum khitan adalah firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 123 sebagai berikut: “Kemudian kami wahyukan kepadamu agar mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Dan dia tidak termasuk golongan orang-orang yang musyrik. (QS. an-Nahl : 123).<br />
<br />
Terkait khitan perempuan . Ibnu Qudamah – salah seorang ulama mazhab Hambali – Murid Syekh Abdul Qadir al-Jaelani- Ia berpendapat: bahwa dengan berlandaskan firman Allah " " maka pada perempuan juga harus diperlakukan sama dengan laki-laki. Selain itu dalam Hadist lain menyatakan:<br />
Dalam hadist di atas dinyatakan, bahwa dua Khitan yang bertemu mewajibkan untuk mandi, maka dari itu perempuan itu juga pada dasarnya mereka telah wajib berkhitan. Disamping itu Umar ra menceritakan bahwa ada seorang perempuan sebagai tukang sunat melakukan sunatan sesuai dengan bunyi Informasi Umar: Artinya : bahwa Umar ra berkata kepada seorang tukang khita perempuan biarkan sedikit / sisakan jangan kau habiskan kalau kau mengkhitan<br />
<br />
Lengkapnya hadis ini adalah: Selain itu didapatkan hadist mauquf yang berbunyi: Selain itu adanya informasi bahwa memang telah ada tukang khitan perempuan pada zaman Rasul, seperti informasi berikut ini: Demikian juga pendapat Ibnu Taimiyah – ketika ditanya tentang khitanann perempuan – bahwa seorang perempuan wajib ber-khitan sebagaimana laki, berdasarkan dengan hadist mauquf di atas, dengan tujuan untuk melemahkan syahwat mereka, sesuai dengan ungkapannya:Dalam Fath al-Bariy dijelaskan berbagai pendapat ulama’ tentang Khitan laki dan perempuan, baik yang mendukung dan tidak dan ujung-unjungnya kembali kepada pada tafsiran ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang kisah nabi Ibrahim. (silahkan periksa kembali), dan akhirnya diungkapkan suatu kesimpulan bahwa semua hadits yang menjadi dasar adanya keharusan khitan adalah masih dapat dipertanyakan, sesuai dengan ungkapannya: Sementara orang perempuan yang ber-khitan pertama kali adalah seorang budak yang diberikan Hajar kepada Nabi Ibrahim, sebagaimana yang diinformasikan oleh Syaukani dalam Fath al-Qadir dengan ungkapannya: Karena masih samarnya hukum khitan ini, maka para ulama berbeda pandangan seperti yang dapat dilihat pada ungkapan Ibnu Abidin: Mengenai khitan ini Rasulullah SAW telah bersabda : “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw bersabda :”bersih itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, menggunting kuku, dan mencabut bulu ketiak( HR Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
Empat: riwayat dari Ibn Abbas :”Khitan itu disunnahkan bagi laki-laki dan dimuliakan bagi perempuan.<br />
<br />
Dalam hadist diatas disebutkan tentang khitan sebagai pangkal uhsulilfitrah yang lima karena disebutkan pada pangkal hadist. Dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Imam Abdurrazak dari ma’mar dari Tsawus dari bapaknya dari Abdullah bin Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lafaz “kalimat” pada ayat:”wa izibtala ibrahima” adalah lima dikepala dan lima dibadan dikepala adalah mencukur kumis, berkemumur, membersihkan hidung, siwak dan menguraikan rambut. Sedangkan lima hal dibadan adalah memotong kuku, mencukur bulu kemaluan, khitan, mencabut bulu ketiak dan beristinjak.<br />
<br />
Dalam sebuah riwayat yang diambil dari Almarwazi menyatakan: setelah Nabi Ibrahim as melakukan khitan, maka orang yang akan melakukan tawaf harus melakukan khitan dulu.<br />
<br />
Ajaran khitan ini juga bisa di jumpai dalam agama Nasrani, dalam kitab Kejadian Baru dikatakan bahwa anak laki-laki harus dikhitan pada umur 8 hari setelah kelahiran, kemudian Yesus di khitan. Dalam kitab Injil dikatakan bahwa Adam sudah disunat. Hal ini bisa dilihat dalam Lukas. Paulus juga mengkhitan orang, tetapi ia mengatakan bahwa mau khitan boleh tapi boleh juga tidak melakukan khitan.<br />
<br />
Ada juga beberapa riwayat lain yang menceritakan tentang usia Nabi Ibrahim as pada saat melakukan khitan karena beliau melakukannya sendiri. Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang menyatakan Nabi Ibrahim as berkhitan pada usia 70 tahun atau 120 tahun menurut riwayat yang lain. Dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 123 inilah yang menjadi dalil kewajiban laki-laki berkhitan, sedangkan bagi perempun tidak ada dasar hukumnya dalam syariat Nabi Ibrahim as. Dalam kitab Jami’ul ahkam al-qurtubi.<br />
<br />
Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat sebagimana yang disebukan diatas, hal ini karena ada sebagian ulama memasukkan kewajiban berkhitan adalah termasuk kewajiban yang diabil dari “millah Ibrahim”, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdul Bari sebagai berikut:<br />
<br />
Saqawi, Imam Tajludi diriwayatkan bahwa Siti Aisyah dipestakan khitan ini baik laki maupun perempuan. Dalam hadist dikatakan :”Akhifful khitan… nikah. Hadist ini menurut as-Saukani bahwa hadist ini tidak jelas sanadnya. Tetapi dibawahnya dijelaskan Siti Aisyah berbicara pada konteks khitan perempuan.<br />
<br />
Pada zaman Nabi Ibrahim as yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 123 ini menujukkan keumuman, yaitu siapa saja, baik dia laki-laki maupun perempuan melakkukan khitan karea Siti Sarah sudah melakukan sumpah untuk itu beliau berkhitan dan ini selanjutnya menjadi tradisi. Dan barang siapa yang bertawaf maka dia harus berkhitan dahulu. “Millah” dalam ayat ini maksudnya adalah at-tauhid, ini dibuktikan dengan konsep ayat tersebut yang diakhiri dengan kalima : “wama kana minal musyrikin”.<br />
<br />
Hukumnya<br />
Al-Qur’an tidak menjelaskan masalah khitan ini, akan tetapi ada beberapa hadist yang menerangkan hal tersebut, yaitu :<br />
Pertama: riwayat dari Ustman bin Kulaib bahwa kakeknya dating kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata.”aku telah masuk Islam” lalu Nabi SAW bersabda :”Buanglah darimu rambut kekufuran dan bekhitanlah.<br />
<br />
Kedua: Riwayat dari Harb bin Ismail:”siapa yang masuk Islam, maka berkhitanlah walaupun sudah besar”. Ketiga riwayat dari Abu Hurairah :<br />
<br />
Mengenai hukum khitan ini para ulama berbeda pendapat, diantaranya yaitu:<br />
Menurut Imam Hasan Al-Bishri, Imam Abu Hanifah dan sebagian pengikut Mazhab Hambali, yang mengacu pada hadist Rasulullah SAW mengatakan bahwa khitan itu sunnah bagi laki-laki dan dimuliakan bagi perempuan.<br />
<br />
Menurut Imam As-Sya’bi, Rabi’ah, Al-Auza’i, Yahya bin Saad Al-Ashari, Malik bin Anas, As-Syafi’I dan Ahmad berpendapat bawhwa khitan ini adalah hukumnya wajib. Bahkan menurut Imam Malik :<br />
<br />
”barang siapa yang tidak berkhitan maka tidak boleh jadi imam dan kesaksiannya ditolak”.<br />
<br />
Tapi ada riwayat lain bahwa Imam Malik mengatakan bahwa hukumnya sunnah. Ibn Musa dari kalangan Hanabilah berkata bahwa hokum khitan adalah sunnah mu’akkadah. Sedangkan Imam Ahmad bahwa hokum khitan itu adalah wajib bagi laki-laki dan sunnah bagi perempuan.<br />
<br />
Adapun praktik khitan bagi perempuan dikalangan masyarakat adalah dimaksudkan sebagai control terhadap seksualitas perempuan. Dengan demikian praktik khitan yang memotong sebagian atau seluruh klitoris, bahkan menjahit labia majora menjadi dibenarkan dalam masyarakat patriakhi.<br />
<br />
Sejumlah penelitian menemukan, praktik pemotongan klitoris menyebabkan perempuan mengalami kesulitan orgasme. Dengan teori maqasisdus syar’i yaitu untuk kemaslahatan manusia, maka disimpulkan praktik pemotongan klitoris menyebabkan kemudaratan sehingga tidak absah dilakukan.<br />
<br />
Praktik khitan dibeberapa Negara Islam dan umat Islam telah menyalahi praktik khitan perempuan yang telah dilaksanakan pada masa Rasulullah SAW yang hanya sekedar membasuh atau mencolek ujung klitoris dengan jarum. Hal ini diperintahkan langsung oleh Rasulullah SAW kepad tukan sunat perempuan yang bernama Ummu Athiyah, beliau bersabda:”jangan berlebihan, karena adalah bagian kenikmatan perempuan dan kecintaan suami”. Bahkan dalam riwayat lain dikatakan :”sentuh sedikit saja dan jangan berlebihan, karena hal itu penyeri wajah dan bagian kenikmatan suami.(HR. Abu Daud).<br />
<br />
Adapun tafsil hokum khitan dalam mazhan Syafi’i adalah sbb:<br />
1. Wajib bagi laki-laki dan perempuan yang sudah balig, berakal dan mampu menahan sakitnya.<br />
2. wajib bagi laki-laki dan sunnah bagi perempuan, ini pendapat Syafi’I, tetapi dianggap syaz karena berlawanan dengan pendpat jumhur Syafi’iyah walaupun sama dengan pendapat Hanabilah.<br />
3. Tidak wajib pada anak-anak dan orang gila, baik laki-laki atau perempuan, karena mereka belum mukallaf dengan kewajiban syari’at.<br />
4. Haram pada 3 (tiga) orang, yaitu<br />
a) Banci musykil yang memiliki dua alat kelamin, karena tidak boleh melukai tanpa ada keyakinan;<br />
b) Mengkhitan orang yang sudah meninggal walaupun sudah balig;<br />
c) Mengkhitan anak yang dilahirkan dalam keadaan terkhitan.<br />
<br />
<br />
<b>Beda Khitan Laki dan Perempuan</b><br />
<br />
Perempuan juga berkhitan, pada zaman nabi ada tabib yang bertugas menjadi pengkhitan perempuan.. liat makalah subki. Nabi menyatakan hanya di oles saja bukan dipotong, tapi kalau dipotong harus sekedar saja asal ada nama dipotong. Semua hadis tetang khitan semua dhaif dan semua berdasrkan ijtihadiyah. Hal ini sesuai dengan hadist bahwa pada masa Rasulullah sudah ada tukang khitan perempuan.<br />
<br />
Menurut laporan organisasi kesehatan dunia (WHO) yang dimuat pada majalah Population Report mengungkapkan banyak terjadi komplikasi pada anak perempuan yang di khitan di Afrika. Seperti infeksi dan adanya fistula pada daerah yang dilakukan penyunatan. Hal ini bisa menyebabkan adanya luka sayatan didinding vagina yang tidak jelas manfaatnya yang tentunya bisa merusak hymen. Cara khitan ini telah menimbulkan permasalahan dan mudharat. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa agama telah meligitimasi praktik khitan yang mengamputasi organ seksual perempuan, dan hokum fiqh tidak dan belum memberikan sanksi bila hal ini terjadi terhadap perempuan.<br />
<br />
Sedangkan tujuan perempuan di khitan (sunat) untuk mengurangi sahwat perempuan, karena sifat dari sel telur (ovum) perempuan adalah panas dan dengan digosok saja mereka bisa terangsang, sedangkan mani laki-laki dingin akan tetapi hal ini masih menjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama fiqh.<br />
<br />
Dalam buku Prof. Ida Bagus Gde Manuaba, S.Pog dalam klentit organ perempuan dipenuhi dengan pembuluh darah yang bisa mengakibatkan kegairahan dan rangsangan. Hal ini juga dijelaskan dalam kitab fathul mun’in juga dijelaskan agar bisa menambah gaerah perempuan laki-laki. Artinya masa orgasme (orgasmic phase) sama tercapai.<br />
<br />
Ibnu Qayyum al-Jauziah mengatakan pada faraj perepuan terhimpun banyak urat dan ketika digosok, maka gairah seksual perempuan bisa membara. Menurut beliau mani perempuan sifatnya dingin maka untuk membangkitkan gaerag perempuan dengan menggosoknya. Selajutnya beliau mengatakan tentang “tanhaqi” memotong sedikit, bukan semuanya. Ketika disunnat maka gairah itu semakin tinggi. Memang hadist ini dhaif, menurut Imam Nawawi dalam “majmu’ syarah muhazzab” bahwa boleh beramal dengan hadist yang dhaif tetapi “li fadhailil a’mal” tetapi tidak bisa dipakai untuk berhukum akan tetapi menurut Imam Syafi’i bahwa dalil yang kuat yang dipakai untuk kewajiban khitan ini adalah “wattabi’ millata ibrahimma haniifa” dan juga disebut dalam azkar an-Nawawiyah.<br />
<br />
Menurut syekh Mahmud Syaltut dalam kitabnya al-Fatawa menyatakan bahwa tujuan khitan laki-laki tidak sama dengan tujuan khitan perempuan Hal ini hanya bertolak ukur pada maslahah (kebaikan) bagi perempuan itu sendiri. Tingkat libido perempuan tidak ditentukan dengan khitan atau tidak, perempuan dikhitan hanya untuk menjaga kehormatan perempuan itu sendiri. Menjaga kehormatan tidak hanya dengan dikhitan tetapi dengan memberikan pendidikan yang baik terhadap mereka . Perempuan dikhitan untuk menjaga kehormatan laki-laki juga. Khitan bukan menjadi ukuran terjadinya hubungan bebas dilingkungan pergaulan mereka, jadi menurutnya khitan tidak wajib bagi perempuan tetapi wajib bagi laki-laki.<br />
<br />
Pada zaman nabi saw sudah ada tabib khusus yang bertugas mengkhitan perempuan, hal ini dikaitkan dengan adanya hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ummu Athiah sebagai berikut:<br />
“bahwa ada seorang perempuan yang mengkhitan perempuan di Madinah, kemudian Nabi SAW bersabda :”Jangan kamu keterlaluan (memotong bagian kelentit terlalu banyak) karena itu lebih memberikan kepuasan bagi perempuan dan lebih disukai oleh suami”.<br />
<br />
Perawi hadist ini adalah Abu Daud sendiri dan mengatakan bahwa hadist ini lemah karena perawinya majhul (tidak dikenal). Menurut Sayyid Sabiq bahwa semua hadist yang berkaitan dengan khitan perempuan adalah dhaif (lemah), tidak ada satupun yang shahih. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara ex officio khitan perempuan merupakan fatwa yang bersumber dari masalah ijtihadiyah. Terlepas dari dalil-dalil naqli diatas, kita juga tidak bisa melupakan bahwa perumusan-perumusan hokum Islam tidak mesti bersandarkan dalil-dalil naqli semata, tetapi juga ada pertimbangan-pertimbangan hokum lainnya terasuk khitan.<br />
<br />
Imam As-Syatibi mengatakan dalam Muwafaqat Ushulus Syari’ah syariat Islam bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat. Cita-cita kemaslahatan dapat diwujudkan jika 5 (lima) unsur pokok dapat terpelihara, yaitu : Agama, jiwa, akal, keturunan dan harta (daruriyatul hams). Maka jika kita mengikuti konsep diatas, tampak bahwa khitan pada laki-laki bertujuan untuk memelihara jiwa, baik suami maupun isteri, dengan pertimbangan ini maka tidaklah keliru jika kita mengatakan bahwa khitan pada laki-laki adalah wajib. Sementara khitan pada perempuan dimaksudkan sebagai control seksual perempuan. Dengan demikian praktik khitan yang membuang sebagian atau seluruh klitoris, bahkan menjahit labia majora menjadi dibenarkan dalam nalar masyarakat patriakhi.<br />
<br />
Sejumlah penelitian menemukan praktik pemotongan klitoris dapat menyebabkan perempuan kesulitan orgasme, yang sangat munkin menyebabkan hubungan suami isteri kurang harmonis dan hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan perceraian. Prinsip fiqh mengatakan:”perantara itu sama hukumnya dengan tujuan”. Melihat lima konsep diatas maka mempertahankan keharmonisan rumah tangga merupakan kewajiban bersama untuk memelihara keturunan. Lalu bagaimana dengan praktik yang dilakukan di zaman Rasulullah SAW cara khitan pada perempuan dilakukan dengan cara hanya sekedar mencolek ujung klitoris dengan jarum, sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud diatas.<br />
<br />
Tujuan Khitan Ibn Taimiyah<br />
- Membendung libido<br />
- Kalau tidak sunat maka dia akan meronta<br />
- Orang yang tidak disunat akan lebih bergejolak yang tidak berkhitan.<br />
KHITAN perempuan adalah perpaduan antara budaya dan di yogya khitan dilakukan. Ada di recorder. Departemen kesehatan. UNICEF 5 WANITA, secara medist khitan perempuan tidak ada manfaatnya, WHO sunat perempuan adalah kekejaman. Kltoridotomo, kliotori. Studi terbaru, perempuan yang telah mengalami korban 30 % menjalani bedah cesar utuk melahirkan.<br />
<br />
<br />
Larangan Khitan Perempuan Bertentangan dengan Syariat Islam<br />
<br />
Pemerintah Indonesia menolak sunat perempuan. Demikianlah bunyi judul berita BBC Indonesia, Senin 26 November 2012 lalu. Dikatakan di sana bahwa Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboy, menegaskan bahwa pemerintah Indonesia keberatan dengan praktek sunat perempuan atau female genital mutilation (FGM).<br />
<br />
"Secara prinsip, jelas kami keberatan dengan FGM (female genital mutilation). Itu tidak bisa diterima," kata Nafsiah dalam wawancara dengan BBC Indonesia, hari Senin (26/11).<br />
<br />
Nafsiah menyatakan hal ini terkait laporan di surat kabar Inggris, The Guardian, edisi 18 November 2012, yang menyebutkan sunat dengan melukai alat kelamin anak perempuan, umum dipraktikkan.<br />
<br />
The Guardian antara lain memaparkan fakta bahwa pada suatu hari tahun 2006, di Bandung, 246 anak perempuan disunat. Menurut koran ini sunat perempuan makin banyak dipraktikkan dalam beberapa tahun setelah keluar peraturan Menteri Kesehatan tahun 2010 tentang panduan sunat perempuan.<br />
<br />
Tentang peraturan menteri soal sunat perempuan, Nafsiah menjelaskan bahwa tadinya Menteri Kesehatan tidak ingin ada praktik sunat perempuan, seperti tercantum dalam keputusan tahun 2007.<br />
<br />
Namun, lanjutnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak setuju pelarangan sama sekali sunat perempuan. Akhirnya dikeluarkan perangkat peraturan dikeluarkan untuk mencegah pendarahan atau infeksi.<br />
<br />
"Yang penting bagi Menkes, jangan sampai ada dampak buruk dari sunat perempuan, baik yang dilakukan berdasar agama maupun adat kebiasaan," jelas Nafsiah.<br />
<br />
Khitan Perempuan menurut Islam<br />
<br />
Lalu bagaimana sesungguhnya kedudukan khitan perempuan dalam Islam?.<br />
<br />
Merupakan sesuatu yang telah dimaklumi, bahwa berkhitan bagi wanita dapat menstabilkan syahwatnya. Sebab jika tidak dikhitan, maka ia akan merasakan desakan kuat dari syahwatnya.<br />
<br />
"Karena itu, sering dikatakan dalam rangka saling mengejek: Wahai Ibn Qulfa –hai anak yang tidak dikhitan. Sebab al-Qulfa adalah yang tidak dikhitan. Wanita demikian itu akan selalu memperhatikan laki-laki. Sebab jika ia tidak dikhitan, maka hal itu akan menyalakan instink fisikal (badaniah) padanya," tulis Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indoneisa (MUI) Prof Dr Hj Huzaimah T Yanggo, dalam bukunya "Fiqih Anak".<br />
<br />
Jeleknya, kata Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu, dengan sebab seperti itu, yakni tidak dikhitan, wanita akan banyak terdorong untuk melakukan apa yang tidak pantas untuk dilakukan. Oleh karena itu, perbuatan keji dan cabul terjadi jauh lebih banyak di kalangan wanita non-Muslim, sesuatu yang tidak terjadi di kalangan umat Islam. Padahal di samping itu pun, jelas sekali, bahwa tanpa khitan, maka cairan yang ada pada tempat tersebut akan menimbulkan aroma yang tidak sedap.<br />
<br />
Menurut Huzaimah, wanita yang tidak dikhitan itu juga tidak merasakan ketenangan jiwa. Mereka selalu merasa bimbang dan goncang. Tabiatnya tidak baik, merasakan kekacauan dan kelinglungan dalam berfikir. Mereka juga mempunyai fanatisme dalam berkelakar. Muka mereka dihinggapi bentuk dan warna yang aneh dan debu gelap yang aneh pula. Kondisi mereka seperti itu dapat terlihat sejak pertama kali melihatnya. Itulah bahaya-bahaya yang tidak dapat dianggap remeh.<br />
<br />
Tak Boleh Berlebihan<br />
<br />
Sebaliknya, kata Huzaimah, jika ada wanita yang dikhitan secara berlebihan, atau bagian yang perlu dikhitan itu dipotong dari wanita, maka daya syahwatnya akan melemah, bahkan sangat mungkin akan menghilang. Akibatnya, suaminya tidak akan menemukan kelezatan dalam berjimak, dan wanita/istrinya pun tidak dapat menikmati kelezatan badaniahnya. Bahkan ia akan merasa benci dan tidak kuat melakukannya, maka lahirlah disharmoni di antara suami dan istri. Timbullah keretakan di dalam kehidupan mereka. Kebahagiaan hidup berkeluarga pun sirna. Tidak jarang hal seperti itu melahirkan perceraian yang mengakhiri perikehidupan bersuami-istri. Atau, kadang-kadang kondisi semrawut itu mendorong suami untuk menyeleweng, khususnya juka ia tidak mempunyai ketahanan mental agama yang kuat.<br />
<br />
Meskipun demikian, sebaik-baik sesuatu adalah yang pertengahan. Hal itu dapat dilalui dengan berkhitan secara wajar dan sederhana, atau tidak berlebihan. Sebab dapat dipastikan, jika pelaksanaan khitan tidak berlebihan, maka tujuan akan tercapai secara adil dan menguntungkan suami-istri.<br />
<br />
Huzaimah mengutip sebuah hadits dalam al-Mustadrak, hadits dari adh-Dhahhak bin Qais, bahwa ada seorang wanita di Madinah yang bernama Ummu ‘Athiyyah (tukang khitan wanita), Rasulullah saw bersabda kepadanya, “Bersederhanalah dan jangan berlebihan. Sebab itu lebih menceriakan wajah dan lebih menguntungkan suami.”<br />
<br />
"Jadi, sebetulnya khitan dapat membuahkan kecantikan dan keindahan bentuk. Juga dapat memberikan keceriaan dan keindahan pada wajah. Dengan demikian, wanita akan merasa tenang dan jiwanya pun tidak goncang," simpulnya.<br />
<br />
Di samping itu, kita tidak perlu kaget jika ternyata khitan merupakan salah satu dari tiga perbuatan/amal yang disukai oleh Imam Malik bagi (kepentingan) laki-laki dan perempuan. Diriwayatkan secara kuat dari Imam Malik bahwa ia mengatakan, “Aku suka bagi wanita itu untuk memotong kuku, mencukur rambut al-‘anat –yangterletak di bawah perut-- dan berkhitan, sebagaimana yang dilakukan oleh laki-laki.<br />
<br />
Demikianlah sepantasnya mengenai khitan wanita. Melarang mutlak tidak diperbolehkan, terlalu berlebihan dalam memotong juga dilarang.<br />
<br />
Sebab, khitan yang tidak berlebihan itu lebih menguntungkan –dan mempercantik—wanita, lebih bermanfaat, dan lebih lezat. Juga tentu lebih disukai suaminya. Oleh karena itu, wanita yang bertugas mengkhitan wanita diperintahkan untuk tidak berlebihan dalam mengkhitan wanita. Sebab, hal itu merupakan sebab bagi tumbuh suburnya rasa cinta kasih di antara suami dan istri.<br />
<br />
Juga sepentasnya tidak kita lewatkan, bahwa wanita-wanita di zaman Rasulullah saw pun dikhitan. Imam Ahmad mengatakan, “Hadis Nabi Muhammad saw , ‘Apabila (saling) bertemu kedua yang dikhitan, maka wajiblah mandi.’ Hal ini menunjukkan bahwa wanita zaman Rasulullah saw itu dikhitan. Berdasarkan alasan yang telah disebutkan di atas, maka khitan harus dilakukan terhadap anak laki-laki dan perempuan.”<br />
<br />
Red: Shodiq Ramadhan<br />
Sumber: Fiqih Anak, karya Prof. Dr. Hj. Huzaimah Y Tanggo<br />
<br />
=======================================<br />
[1] Lihat lisanul Arab Ibn Manzur hal 26 Jilid 4. Dar Ihya’turats Bairut Libanon<br />
[2] Hal ini juga pernah dilakukan oleh A’isyah sebagaimana dijelaskan oleh As-Sakhawi dalam Maqassid al-Hasanah. Lihat Maqasid al-Hasanah hadits yang ke 43, hal 72, cetakan pertama 1985. Dar Al-Kitab Al-Arabi Bairut Libanon.<br />
[3] Jami’ Ahkam Fiqhiyah Imam Al-Qurtubi jilid 1 hal 39 pada kitab thaharah. Dar al-Kitab Al-Arabi Bairut Libanon.<br />
[4] Lihat Lukas 2 : 22 – 2 : 23<br />
[5] Injil Barnabas 23 : 1 - 5<br />
[6] Kitab kejadian 17 : 24 – 26 dan 21 : 4<br />
[7] Kitab kejadian 12 : 43<br />
[8] Lukas 1 : 59 - 60<br />
[9] Kisah Rasul 16 : 3 dan Korintus 7 : 19.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4887170373917728059.post-5793990244287176572015-09-19T10:55:00.001+07:002022-09-10T09:47:52.313+07:00Sepintas Kisah Nabi Idris<div style="text-align: justify;">
Nabi Idris Allahissalam (bahasa Arab: إدريس , Alkitab: Henokh) (sekitar 4533-4188 SM) adalah salah seorang rasul yang pertama kali diberikan tugas untuk menyampaikan risalah kepada kaumnya. Ia diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Adam dan Syits.<br /><br />Dikatakan bahwa Idris lahir dan tinggal di Babil, Iraq, untuk berdakwah kepada kaumnya yang bernama Bani Qabil dan Memphis. Sedangkan beberapa kisah menyebutkan, Idris lahir di daerah Munaf, Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 2 kali dalam Al-Qur'an. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidS0XMRJzbCUpH9CHaNhdH-FIwbznX5xan9bw5GknJXJZ9y2Nh8pzkaw-9461w9DHtO7NTxhgMiRGD1avsqHSN9E3swTXh0rKkRL6edCwpKDMGRCB9UcnhlRzvPq2H_GpdClrM8z4kdYUW2cr9YJvMRwNo6KAMSnJKMfdor6pFd4bgZR4g2d58sH671w/s640/nabi%20idris.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="422" data-original-width="640" height="264" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidS0XMRJzbCUpH9CHaNhdH-FIwbznX5xan9bw5GknJXJZ9y2Nh8pzkaw-9461w9DHtO7NTxhgMiRGD1avsqHSN9E3swTXh0rKkRL6edCwpKDMGRCB9UcnhlRzvPq2H_GpdClrM8z4kdYUW2cr9YJvMRwNo6KAMSnJKMfdor6pFd4bgZR4g2d58sH671w/w400-h264/nabi%20idris.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah beliau tak banyak diketahui. Hanya ada di dua tempat dalam Al-Qur’an, dan riwayat-riwayat maupun atsar-atsar yang membahas beliau pun tidak banyak. Walaupun begitu, tidak mengurangi kemuliaan beliau sebagai seorang Nabi Allah yang wajib kita imani sebagai wujud pengamalan salah satu rukun iman. <br /><br />Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :<br /><br /><div style="text-align: right;">وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا. وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا</div>Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. [QS Maryam : 56-57]<br /><br />Allah Ta’ala telah memuji Idris dan mensifatkannya dengan kenabian dan kejujuran, beliau bernama Khanukh bin Yard bin Mahla’il bin Qanin bin Anusy bin Syits bin Adam. Para ulama ahli nasab berpendapat bahwa nasab beliau bergaris lurus dengan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Beliau merupakan Nabi yang diutus setelah Adam dan Syits Alaihimussalam. Muhammad bin Ishaq menyebutkan bahwa Idris-lah yang pertama kali menulis menggunakan pena, hal itu sudah diketahui dari kehidupan Adam selama 308 tahun.<br /><br />Sebagian orang berkata, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Mu’awiyyah bin Al-Hakam As-Sulami ketika dia bertanya kepada Rasulullah terkait menulis dengan krikil, beliau Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya dia (Idris) adalah Nabi yang menulis dengan itu, maka siapa saja yang tulisannya sesuai, maka itulah tulisannya.” (1).<br /><br />Firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi,” ayat ini seperti yang telah dijelaskan di dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim peristiwa Isra’ Mi’raj bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melintasinya ketika Idris berada di langit keempat. Al-Imam Ibnu Jarir meriwayatkan dari Yunus, dari Abdul A’la, dari Ibnu Wahab, dari Jarir bin Hazim, dari Al-A’masy, dari Syimr bin Athiyyah, dari Hilal bin Yasaf, dia berkata, Ibnu Abbas bertanya kepada Ka’ab sementara aku berada disitu, “Apa maksud firman Allah tentang Idris, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi,” Ka’ab berkata, “Adapun tentang Idris, sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadanya bahwa: Aku telah mengangkat untukmu setiap hari sebagaimana amalan anak keturunan Adam. Maka Idris suka untuk menambah amalan, kemudian malaikat mendatanginya, lalu Idris berkata, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku begini dan begitu maka katakanlah kepada malaikat maut agar menangguhkanku hingga aku dapat menambahkan amalan-amalanku.” Kemudian malaikat itu membawanya dengan sayapnya naik ke atas langit. Ketika mereka sampai di langit keempat, malaikat maut pun menyambut, maka malaikat yang bersama Idris menyampaikan pesan Idris kepadanya. Malaikat maut berkata, “Dimana Idris?”, dijawab oleh malaikat, “Dia ada di atas punggungku.” Malaikat maut berkata, “Aku takjub karena telah dikatakan kepadaku, cabutlah ruh Idris di langit keempat, kemudian aku berkata, bagaimana mungkin aku mencabut ruhnya di langit keempat sedangkan dia berada di bumi.” Kemudian malaikat mautpun mencabut ruh Idris di langit keempat. Demikianlah, sesuai dengan firmanNya, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (2).<br /><br />Di dalam tafsir Ibnu Abi Hatim, terdapat tambahan, Idris bertanya kepada malaikat yang membawanya, “Tanyakan kepada malaikat maut berapa sisa umurku?”, maka malaikat pun menanyakan kepada malaikat maut, malaikat maut menjawab, “Aku tidak tahu hingga aku melihatnya.” Kemudian malaikat maut melihatnya dan berkata kepada malaikat yang membawa Idris, “Kau bertanya kepadaku berapa sisa umur seseorang, sesungguhnya umurnya tinggal beberapa saat lagi.” Malaikat pun melihat ke bawah sayapnya untuk melihat Idris dan ternyata nyawanya sudah dicabut namun dia tidak merasakannya. Ibnu Katsir berkata : Riwayat ini israiliyat yang mana di dalamnya terdapat banyak kemungkaran.<br /><br />Sementara itu, Ibnu Abi Najih berkata dari Mujahid dalam firman Allah Ta’ala, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” Dia berkata, Idris diangkat ke langit dalam keadaan hidup, belum dicabut nyawanya sebagaimana ‘Isa Alaihissalam (3), namun hal ini harus dikaji lebih dalam lagi, adapun jika maksudnya adalah dia diangkat ke langit dalam keadaan masih hidup kemudian dicabut nyawanya disana maka tidak dapat dinafikan dari apa yang diriwayatkan oleh Ka’ab Al-Ahbar. Allahu a’lamu bishawab.<br /><br />Al-Aufi berkata, dari Ibnu Abbas terkait firmanNya, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” Maksudnya dia diangkat ke langit keenam dan wafat disana (4), demikian yang dikatakan Adh-Dhahhak. Namun hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim yang menyebutkan di langit keempat adalah lebih shahih dan sanadnya lebih terpercaya. Al-Hasan berkata tentang firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” Yaitu diangkat ke surga. Sementara yang lain ada yang mengatakan Idris diangkat kepada kehidupan bapaknya, Yard bin Mahla’il.<br />Allahu a’lamu bishawab. Semoga bermanfaat.<br />------------------------------------------<br />Dinukil dari Al-Bidayah wa An-Nihayah hal. 441-444 karya Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah. Penerbit Pustaka Azzam<br />Tahqiq : Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin At-Turki<br /><u>Footnote</u> :<br />(1) HR Muslim (537); Abu Dawud (930); An-Nasa’i (1218); Ahmad (2253)<br />(2) HR Ibnu Jarir (Jami’ul Bayan 16/96 no. 23768); para perawinya tsiqah<br />(3) HR Ibnu Jarir (Jami’ul Bayan 16/96 no. 23769); Ibnu Hibban berkata, Ibnu Abi Najih tidak mendengar tafsir dari Mujahid tetapi mengambilnya dari kitab Al-Qasim.<br />(4) HR Ibnu Jarir (Jami’ul Bayan 16/96 no. 27770); sanadnya dha’if dan mursal.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0